chapter 10

7.5K 670 10
                                    

Apa yang ada dibenak kalian ketika membayangkan sebuah pasangan yang baru saja meresmikan hubungan mereka satu jam yang lalu?

Genggaman erat itu menyelimuti telapak tangan Safi saat mereka berdua berjalan melalui salah satu lorong pusat perbelanjaan mewah di Singapura. Window shopping bukanlah kesenangan Safi. Namun sepertinya ia tidak keberatan apabila melakukan hal tersebut bersama dengan Tyler. Menghirup aroma oud yang keluar dari tubuh pria itu, merasakan hangatnya tangan sang lelaki di dekatnya. Apakah ia sedang bermimpi? Kalau iya, ia mohon untuk jangan pernah dibangunkan.

Tidak. Semua ini nyata! Safi merasakan seluruh dunia ada di telapak tangannya. Hidupnya yang sudah lengkap menjadi sempurna.

"Ada yang aneh sama penampilan gue?" Ternyata pria itu sadar kalau Safi sedang memandanginya.

"Nggak kok." Safi menggeleng lalu menoleh ke arah deretan toko barang branded yang menjual pakaian dan tas.

"Kenapa liatin gue terus?"

Safi dapat merasakan pipinya memanas. "Nggak kok, siapa juga yang liatin lu," elaknya.

Telunjuk Safi terarah ke sebuah tas yang dipajang di balik dinding kaca. "Itu, bagus banget!" Sebenarnya ia tidak tertarik sama sekali dengan tas tersebut, namun hal pertama yang ia lihat adalah tas itu sehingga ia langsung mengalihkan perhatian Tyler kesana.

Tanpa berpikir panjang, Tyler menatap Safi dan langsung bertanya, "Lu mau?"

Giliran Safi yang tambah salah tingkah sekarang. Ia pun balas menatap Tyler. "Mau apa?"

Ujung bibir Tyler terangkat. Sebelah tangannya mengusap pipi Safi. "Lucu banget. Gue tahu lu cuma mau ngalihin perhatian gue. It's okay." Ia mencubit pelan pipi tirus itu. "Lucu kalo lagi salah tingkah."

Detakan itu semakin kencang ketika Tyler menggodanya. Sial. Sungguh tidak lucu masuk ke rumah sakit karena ritme jantungnya sangat cepat akibat salah tingkah.

--

Pernahkah kalian semua merasakan degupan jantungmu terdengar sampai ke telinga tanpa bantuan adanya bantuan alat?

Safi sedang merasakannya, ketika Tyler terus-terusan memandanginya semenjak mereka duduk di sebuah restoran Perancis mewah di tengah pusat perbelanjaan itu. Duduk berhadapan sembari menunggu hidangan oyster mereka sampai, baik Tyler maupun Safi tidak membuka pembicaraan di antara mereka. Kecanggungan mengambil alih suasana.

Sungguh aneh rasanya. Well, iya Safi senang karena sekarang statusnya tidak jomblo lagi. Tapi perlu diingat kalau sebelumnya Safi juga bukan tipe yang mementingkan apakah dia memiliki pasangan atau tidak. Kebetulan saja ada Tyler, kebetulan saja dia yang menawarkan diri jadi pacar Safi. Kebetulan juga Safi merasakan sebuah gelenyar aneh ketika bersama Tyler. Tapi tidak dapat dimungkiri ada sesuatu yang membuatnya takut. Rasanya Tyler sudah mengenal Safi, namun tidak sebaliknya.

"Let's talk about you." Safi mengawali pembicaraan itu.

Ujung mata pria itu naik ke atas. "Sure. Mau tahu apa tentang gue?"

"Tell me about yourself," suruh Safi layaknya sebuah wawancara kerja.

Diawali dengan kekehan kecil karena pertanyaan itu, pria yang mempunyai rahang tegas itu perlahan mulai menjawab. "My name is Tyler Candranata. As you already know, I'm the owner of a chemical company which produces a lot of products. I'm extremely tenacious, bold, and lucky. I believe that business cannot work out if you don't have any luck. Well, itu bagian resminya." Mereka berdua terkekeh.

Tanpa menunggu lama, Tyler pun melanjutkan. "Now, this is the part that you'll need to know. I can sometimes be obstinate and dull. Gue menganggap itu kelemahan gue, jadi please, bantu gue untuk melewati itu. Gue nggak punya pengalaman banyak dalam sebuah hubungan jadi gak tahu mana yang boleh sama gak boleh. Gue juga bisa jadi menyebalkan dan bikin lu jadi nggak nyaman. Tolong kasih tahu kalau gue udah melewati batasan itu. I will do my best to be your significant other, Saf. I mean it."

aficionadoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang