Dua bulan telah berlalu semenjak kejadian yang memporak-porandakan hubungan mereka, dua manusia itu pada akhirnya kembali rujuk dan rukun seperti sedia kala. Safi merasakan perubahan signifikan dari sosok Tyler dimana kini pria itu lebih terbuka terhadap hal-hal yang bersifat private.
Oleh karena itu, Safi menyimpulkan bahwasanya: Tyler is a quick learner.
Seolah-olah hidup benar-benar mempermainkan mereka karena setelah hubungan mereka membaik, Safi dan Tyler kini dihadapkan dengan pekerjaan mereka yang semakin padat. Sang puan yang lembur hampir setiap hari karena mereka sedang melakukan riset pengembangan makanan hewan baru yang dibarengi dengan audit internal perusahaan, sementara pasangannya sibuk bolak-balik Eropa karena perusahaan baru ia akuisisi itu mengalami masalah berat karena kebocoran limbah.
Terhitung sudah dua minggu mereka tidak bertemu–sejak dua minggu lalu mereka berkencan di salah satu restoran fine-dining di daerah Sudirman. Safi menghembuskan nafas lelah ketika mengingatnya. Perempuan itu ingin mengeluh, tapi ia sendiri juga sibuk. Frustasi juga karena setiap hari ada saja tumpukan dokumen yang menantinya di atas meja kerjanya.
"Ini udah dua kali kamu bolak-balik nganterin dokumen, Nin. Emangnya ada berapa tumpuk lagi?" tanya Safi seraya meremas rambutnya. Penampilan yang biasanya ia cermati dengan sepenuh hati, kini terbengkalai karena kesibukannya. Di sekitaran matanya menggelap karena sudah satu minggu ini dirinya kurang tidur, kulitnya kusam tidak terawat, dan masih banyak lagi yang membuat dirinya lebih layak disebut sebagai gelandangan daripada pemilik sebuah perusahaan.
"Ini terakhir untuk hari ini Bu tapi saya gak janji besok gak nambah," balas Nina dengan nada tidak enakan.
Safi mengangguk dan menyuruh Nina pergi. Untuk kesekian kalinya pada hari itu, tangannya meraih lembaran dokumen teratas dan membacanya dengan seksama. Audit kali ini berjalan agak alot karena ada kecurigaan bahwa terjadi penyelewengan dana di IndoPet.
Ponsel yang tergeletak di sebelah tumpukan dokumen itu bergetar, namun Safi tidak mengindahkannya karena fokus membaca. Ketika getaran itu tak kunjung berhenti, mau tidak mau Safi meletakkan dokumen empat belas lembar itu di meja dan menggapai handphone nya kesal.
"Apa sih?" ketusnya tanpa melihat lagi siapa yang menelpon.
"Wow.. wow.. Sorry." Suara dari seberang sana tampak terkejut dan bersalah. "I just miss your voice, gorgeous." Tyler mengungkapkan maksud dirinya melakukan panggilan itu.
Safi melunak. Mood nya yang jelek langsung berubah tenang begitu mendengar suara berat milik pacarnya itu. "Hei sorry aku marah-marah, aku lagi stres banget. Nina baru kasih tumpukan dokumen baru yang isinya angka-angka semua. Kepala aku mau meledak," keluhnya yang senantiasa didengarkan oleh Tyler.
Itu adalah kali pertama mereka berbicara dalam lima hari terakhir. Mendengar ocehan Safi membuat Tyler terkekeh pelan. "Akhirnya aku bisa denger suara kamu ngoceh-ngoceh lagi. Only God and I know how much I miss it. Oh God, aku pengen banget balik Indonesia. Sekarang disini jam tujuh pagi berarti disana jam dua subuh. Kamu masih di kantor?"
Safi hanya menjawabnya dengan gumaman. "Aku ngantuk banget. Udah dua hari aku gak tidur."
"Have some rest, gorgeous. Jangan sampai sakit ya."
Safi tersenyum malu mendengar kalimat yang dilontarkan oleh Tyler. Sudah hampir satu tahun mereka berhubungan dan kalimat manis dari Tyler tidak pernah gagal membuat perutnya diserbu ribuan kupu-kupu terbang. Tanpa sadar ia memeluk meja di depannya dan memjamkan mata untuk menikmati sensasi itu. "Kamu juga. Anyway, how was your day?"
"Not really good. Ada masalah di salah satu tangki jadi bahan kimianya bocor ke sungai. Kita dituntut sama warga dan pemerintah lokal. Aku lagi coba ngelobi dan membuat surat permintaan maaf tapi–" Sampai situ saja ingatan Safi. Karena suara Tyler adalah lagu pengantar tidur paling ampuh yang membuatnya langsung menginjakkan kaki di dunia mimpi dalam sekejap.
KAMU SEDANG MEMBACA
aficionado
Roman d'amourSiapa yang tidak mengenal Sapphire Ixora Ganendra? Perempuan berusia dua puluh tujuh tahun itu sudah dua tahun berturut-turut masuk ke dalam jajaran Forbes 30 Under 30 berkat kesuksesan perusahaan produsen makanan hewan miliknya. Ia juga seorang so...