"Exactly how long are you gonna let me be on my knees?"
Pertanyaan dengan nada jenaka dari Tyler membuat Safi tersadar dari keterkejutannya dan tertawa kecil. Apa yang dilakukan oleh Tyler hanyalah sebuah lamaran sederhana yang amat klasik.
Dinner and then boom.. a proposal.
Namun lamaran sederhana itu sukses membuat kedua matanya mengembun penuh haru. She didn't expect this, not even in her dream.
"Aku punya syarat sebelum jawab pertanyaan kamu." Bagaimana pun Safi tetaplah Safi yang tidak terlalu terburu-buru dalam memutuskan.
"Aku mau kamu terbuka sama aku. We're gonna be partner for life. Aku gak bisa hidup dengan cowok yang conceal semua masalahnya. I want to know you better. Kalau ada masalah.. ya cerita. Kamu harus inget kalo I'm here for you. Aku mau berbagi beban itu sama kamu," lanjut Safi sungguh-sungguh sembari menghapus air mata yang sudah turun dengan punggung tangannya.
Tyler tersenyum. Sorotnya meremang hangat kemudian mengangguk. "Aku udah expect kamu bakal ngomong itu. Of course I would do that, Saf. I learned from my mistake and I won't repeat the same. Kamu juga ngomong ya, kalau ada sesuatu." Pria itu memberi jeda sementara Safi mengangguk pelan.
"So, your answer is?"
"Yes, Tyler. Yes, yes. I'll be glad to spend the rest of my life with you." Safi menjawab dengan yakin.
Tanpa banyak membuang waktu, Tyler menyematkan cincin bermata biru itu dengan cekatan di jari manis kiri Safi. Direngkuhnya tubuh mungil perempuan itu sebelum melabuhkan ciuman hangat di bibir ranumnya.
"I love you, gorgeous. Jangan nangis. Ini lagi seneng, kenapa kamu nangis?" Tyler mengusap buliran air mata yang keluar dari kedua mata Safi perlahan sembari terkekeh geli.
Safi menggeleng kemudian kembali memeluk pria itu erat. Kehangatan dan rasa aman yang diberikan oleh Tyler membuatnya berani mengambil keputusan besar yang akan mengubah hidupnya.
Jemari Safi mengepal, merasakan lingkaran cincin yang ada di jari manisnya seraya mengucap doa-doa baik yang ia harapkan dalam hubungan mereka dalam hati. Semoga pilihannya tepat. Semoga ia tidak salah langkah dengan menerima pria di hadapannya.
Karena demi apapun juga. Begini saja. Ia sudah bahagia.
--
Malam sudah lumayan larut. Waktu sudah menunjukkan hampir jam dua belas malam. Kebanyakan orang pasti sudah tertidur atau pun beristirahat, namun lain halnya dengan Tyler dan Safi. Dengan mengerahkan segala upaya, Tyler yang tidak rela berpisah dengan sang calon istri pun berhasil membuat Safi membukakan pintu penthouse nya.
Sebuah film romantis terputar di hadapan dua manusia yang sibuk bercumbu satu sama lain. Lumatan demi lumatan mesra berlabuh sampai ke leher mulus sang puan. Desahan demi desahan pun keluar dengan manja tanpa ada rasa malu sedikit pun.
"I think we should stop. Takutnya aku gak bisa nahan diri kalau kita lanjut," gumam Tyler tidak rela lalu menyudahi permainan panas mereka dengan mengecup bibir Safi sekali lagi.
"Muka kamu jangan ditekuk gitu dong." Safi menyindir wajah nelangsa Tyler sambil tertawa. Jemari halus perempuan itu mengelus wajah sang pria, merasakan tekstur five o'clock shadow milik Tyler sementara pria itu memejamkan mata menikmati sentuhannya.
"Yakin gak mau lanjut aja?"
Pertanyaan berani itu dilontarkan sehingga membuat Tyler membuka matanya sedikit kemudian berucap dengan malas, "Don't try me, gorgeous. Nanti aku lanjutin beneran kamu nya panik."
KAMU SEDANG MEMBACA
aficionado
RomanceSiapa yang tidak mengenal Sapphire Ixora Ganendra? Perempuan berusia dua puluh tujuh tahun itu sudah dua tahun berturut-turut masuk ke dalam jajaran Forbes 30 Under 30 berkat kesuksesan perusahaan produsen makanan hewan miliknya. Ia juga seorang so...