chapter 6

8.5K 785 22
                                    

Blub.. Blub.. Blub..

Bunyi gelembung udara yang pecah dalam air terdengar begitu Safi menenggelamkan dirinya sebatas leher di bathtub granit berukuran 170 sentimeter itu. Memejamkan mata menikmati sensasi semerbak lavender dari lilin aromaterapi dan bathbomb yang memasuki indra penciumannya.

Ia butuh ketenangan setelah apa yang dilewatinya beberapa jam yang lalu. Yeah, she definitely needs to calm down.

—Flashback, dua jam yang lalu

"Tyler Ordian Candranata, do you like me?" Udara yang ada di sekitar Safi seketika menipis begitu ia melontarkan pertanyaan sensitif itu.

Hanya deru nafas Tyler yang terdengar. Perlahan tangan kekar itu membelokkan setir ke kiri, kemudian menghentikan mobil itu di bahu jalan. Manik coklat tegas itu pun beralih menatap Safi yang sedari tadi menunggu jawaban darinya.

"Menurut lu?" Singkat. Namun cukup untuk membalikkan keadaan kepada Safi yang kini mati kutu setelah mendapatkan pertanyaan balasan.

"Gua udah coba untuk mikir beberapa hari ini. Dari awal lu ajak gue ke Henshin, I was thinking, why me? Dari sekian banyak perempuan yang ada di ballroom malam itu, kenapa lu milih untuk ngajak gue ke rooftop. Mungkin kalo itu aja argumen gue, lu bisa bilang it's a coincidence. Terus gimana lu jelasin kejadian pas gue di rumah sakit. Apa dasar kepanikan lu waktu itu? Emangnya gue siapa, sampe seorang Tyler Candranata datang siang-siang ke rumah sakit dengan ekspresi khawatir. For God sake, gue cuma CEO perusahaan makanan hewan kecil aja sibuknya setengah mati, not to mention you, CEO perusahaan kimia terbesar se-Asia Tenggara." Safi mengeluarkan tawa remeh. "Then, I also learned something odd. Perusahaan plastik besar sekelas AVCA Plastic mau cetak cuma sepuluh ribu plastik pembungkus makanan kelinci. Ketika gue cari tau, AVCA Plastic baru aja tanda tangan MoU sama Candranata Industries. Ini semua karena lu kan?"

"Excellent arguments," komentar Tyler yang membuat Safi memicingkan matanya tidak suka.

"So, Ty. Do you—"

"I do, Saf. Gue suka sama lu," potong Tyler cepat. Pria itu kemudian tersenyum sambil menggelengkan kepalanya tidak percaya. "Gosh, I can't believe I would say that tonight."

Kondisi Safi sangat jauh berbeda dengan Tyler. Perempuan itu dilanda rasa terkejut sampai wajahnya memucat. O-ow. Kejebak kan lu di kandang predator darat!

"Kenapa?"

Tyler menatap Safi dalam. "Why not? You are a great, mature, smart, beautiful and independent woman. Gak ada alasan yang buat gue gak suka sama lu."

Tanpa menunggu jawaban Safi, pria itu menjalankan mobilnya lagi. Tidak ada pembicaraan lanjutan, bahkan sampai kendaraan roda empat itu sampai ke lobi apartemen Safi. Pria itu memberikan Safi waktu untuk menenangkan diri.

"Look Saf. I'm not asking you to reciprocate my feelings right away. Gue kasih tau lu yang sejujurnya karena gue gak mau nyuruh cewek nebak-nebak perasaan gue," ujar Tyler tenang. "Love isn't something you should be embarrassed about, right?"

Safi menatap kedua manik pria itu sebentar, lalu membuka sabuk pengaman yang melilit badannya. "Thanks for the ride, Ty." Tanpa mengatakan satu patah kata pun tentang pernyataan Tyler barusan, perempuan itu buru-buru membuka pintu dan keluar dari mobil.

Damn Saf. Apa yang bakal lu lakuin sekarang?

--

"Nonton apa lu?" Safi menatap layar iPad yang berada di pangkuan Amarylis. Dalam layar berukuran hampir tiga belas inci itu tampak wajah pria yang kini sedang tenar di masyarakat. Arthur Clausius Astapura sedang tersenyum sembari menjawab pertanyaan wartawan mengenai isu perselingkuhannya dengan salah satu istri konglomerat di Indonesia.

aficionadoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang