Chapter ini santai-santai dulu ya. -skeldknana
--
Segaris senyuman tidak pernah benar-benar hilang dari bibir Safi. Terhitung sudah empat jam perempuan itu menginjakkan kaki di salah satu rumah di perumahan elite Serpong–rumah orang tuanya, tapi pandangannya tak lepas dari layar handphone. Puluhan tamu yang berasal dari berbagai kalangan datang silih-berganti di kediaman orang tuanya untuk merayakan ulang tahun sang papi pun hanya dihiraukannya dengan satu anggukan singkat.
"Saf. Si Sierra dua bulan lagi udah married loh. Calon suaminya yang punya Bermuda Construction, arsitek lulusan ITB dia. Kamu kapan nyusul?" Suara cempreng khas aih-aih rempong terdengar dari sebelahnya. Vivilia Ganendra, adik papanya. Perlu diketahui jika Vivilia termasuk golongan aih-aih yang gemar membandingkan anaknya dengan anak-anak saudaranya.
Safi sudah sangat well-aware tentang pernikahan sepupunya. Jelas karena Vivilia sudah mengumbar kabar gembira itu sejak enam bulan yang lalu. Tentang sepupunya yang bertemu dengan saudagar kaya bernama Ivano Januar–seorang arsitek yang berasal dari keluarga pemilik Bermudacon, ketika mereka sama-sama menonton konser di Singapura.
"Doain aja ya aih." Safi tidak merasa tersinggung. Mana sempat memikirkan perkataan Vivilia saat otaknya dipenuhi oleh Tyler Candranata. Ya, pria yang resmi menyandang status sebagai pacarnya semenjak dua minggu yang lalu itu baru saja memberi kabar bahwa ia sedang dalam perjalanan menuju rumahnya.
"Kamu gak mau aih kenalin aja sama anak temen aih. Ada satu–"
"Aku udah punya pacar, aih," potong Safi. Singkat, padat, jelas. Tentunya cukup untuk membuat tante-tante dengan eyeliner tebal dan eyeshadow kontras itu bungkam dan membelalak kaget.
"Kamu punya pacar Saf? Sejak kapan?" Sierra Handracaraka–yang sejak tadi mereka bicarakan–muncul dari belakang. Perempuan dengan bulu mata on-fleek dan senyuman angelic penuh kepalsuan itu menarik kursi di sebelah Safi.
Safi mengeluarkan senyuman penuh kebanggaannya. "Belum lama sih, Ra. But yes, I do have a boyfriend."
"Siapa pacar kamu Saf?" tanya Sierra lagi dengan nada sombong dibuat-buat.
Oh yes. Like mother, like daughter. Sierra akan cocok sekali menjadi penerus kejulidan Vivilia di masa depan. Safi berdecih pelan.
Sekali lagi. Safi tidak tersinggung. Dia hanya menerbitkan sebuah senyuman santai. Toh, ia mempunyai kartu as yang sebentar lagi akan terbuka dengan sendirinya. "Dia lagi otw kesini kok. Katanya mau kenalan sama mami dan papi."
Lawan Saf. Sekelas Bermudacon mah kalah sama Candranata Industries. Pikiran jahat Safi mulai mengeluarkan unek-uneknya. Sisi julid Safi mulai muncul, namun ia sadar diri bahwa tidak sopan untuk mengatakan hal tersebut di wajah kedua orang haus gosip.
Merasa risih dengan tatapan penasaran kedua orang itu, Safi pun memutuskan untuk pindah. Berdiri dari tempatnya, Safi melangkahkan kaki menuju ke meja sebelah dimana sang papi dan mami duduk berdampingan seraya mengobrol dengan tamu. Iya juga, dia bahkan belum memberitahu orang tuanya bahwa dia punya pacar.
"Mami, aku punya pacar."
Maminya–yang ia kira akan histeris–hanya menatapnya datar. Tampak tidak tertarik akan percakapan itu. "Oh, orang mana?"
"Orang sini lah. Dia yang punya Candranata Industries," jawab Safi dengan bangga.
Papinya yang mendengar perkataan Safi pun langsung tertawa begitu mendengar ucapan putri semata wayangnya. "Kebanyakan nonton film Korea kamu. Candranata Industries besar begitu," cemoohnya.

KAMU SEDANG MEMBACA
aficionado
RomanceSiapa yang tidak mengenal Sapphire Ixora Ganendra? Perempuan berusia dua puluh tujuh tahun itu sudah dua tahun berturut-turut masuk ke dalam jajaran Forbes 30 Under 30 berkat kesuksesan perusahaan produsen makanan hewan miliknya. Ia juga seorang so...