Tidak ada yang lebih melelahkan dari kunjungan pabrik. Sebagai seorang CEO perusahaan makanan hewan terbesar se-Indonesia, tentu saja Sapphire Ixora Ganendra tidak terlepas dari kewajiban itu. Ketukan heels setiap kali ia melangkah bergema pelan. Tubuh tegak yang mungil itu tampak bersinar hari ini dengan balutan hygeine outfit dibalik plaid blazer formal berwarna hitam putih dan heels senada.
"Satu minggu lalu saya mendengar dua puluh ton makanan anjing mengalami delay dari pabrik ini. Saya lalu mendengar desas-desus karyawan yang mogok bekerja. Bisa dijelaskan ada apa sebenarnya?" tanya Safi to-the-point kepada manajer pabrik yang berdiri di sampingnya. Sebenarnya ia sudah tahu apa akar masalahnya–bahwa orang di depannya ini melakukan penggelapan upah harian–hanya saja ia ingin mendengar langsung dari orang yang ada di lapangan.
Pria yang menjabat sebagai manajer pabrik tampak ketar-ketir tidak nyaman. "Itu.. kami mengalami sedikit masalah di bagian pembayaran."
Safi mengernyit mengintimidasi. Oho, ia akan meledak hari ini. "Maksudnya?"
Sang manajer yang berusia kurang lebih empat puluhan itu terdiam. Mau tidak mau Nina yang akhirnya menjawab. "Beberapa orang mengalami pending di pembayaran gaji sehingga memutuskan untuk mogok bekerja."
"Bisa dijelaskan." Safi menjeda kalimatnya untuk membaca nametag yang ada di saku kanan manajer. "Bapak Derry Amaldi?"
Setelah mendengarkan penjelasan yang cukup belibet dari manajer pabrik, Safi akhirnya mengeluarkan kalimat andalannya. "Saya disini bertanggung jawab atas nyawa enam ratus delapan puluh empat orang yang bekerja di bawah Indopet. Kebanyakan dari mereka adalah tulang punggung keluarga yang tentunya harus menghidupi keluarganya masing-masing. Bayangkan ada berapa banyak manusia yang menjadi tanggungan saya saat ini.
Saya paham Bapak pasti mempunyai alasan tersendiri untuk melakukan hal tercela itu, namun saya harus menegaskan bahwa ketika diangkat menjadi manajer pabrik, secara tidak langsung Bapak juga mendapatkan sebagian dari tanggungan yang saya miliki. Surat peringatan akan saya keluarkan untuk Bapak. Saya berharap tindakan ini tidak akan terulang di kemudian hari. Apakah Bapak mengerti?"
Setelah menyelesaikan urusan utama, Safi memutuskan untuk melihat-lihat kerja pabriknya mulai dari proses takar-menakar bahan, pencetakan, pengeringan sampai pembungkusan. Jujur, ia seperti berjalan melalui jalan kenangan saat melihat semua proses itu. Bayangkan beberapa tahun yang lalu, ia melakukan semua itu sendiri.
Siapa kira ia akan menjadi sesukses ini? Ia menjadi salut kepada dirinya sendiri.
"Harusnya semua aman ya," ujar Safi begitu selesai melihat-lihat.
Nina yang mengikuti dari belakang pun mengangguk. "Aman, Bu."
Perjalanan pulang dari Karawang kembali ke kantornya di Jakarta Selatan memakan waktu yang tidak sebentar. Dengan Nina yang memegang kemudi, Safi hanya duduk di kursi belakang sambil menggeser-geser layar iPad yang menunjukkan katalog tas Birkin yang lumayan langka.
Kebanyakan orang yang tidak mengenal Safi pasti akan menganggap dia adalah perempuan sok, yang hidup hanya ongkang-ongkang kaki lalu mendapatkan tas bermerk tanpa berpikir panjang. Padahal kenyataannya tidak begitu.
Dia membeli tas mahal karena menganggap itulah self reward yang paling memuaskan untuknya. Sedari kecil ia memiliki angan-angan untuk mempunyai koleksi tas bermerek itu, namun harganya terlalu diluar kemampuan seorang anak berusia sepuluh tahun. Mengingat jadwal kerjanya yang gila-gilaan sehingga menghasilkan uang yang cukup, bukankah ia layak untuk mendapatkan apresiasi atas usahanya? Tas seperti Kelly, Birkin dan beberapa jenis lain juga memiliki nilai tinggi yang bisa dijual kembali nanti.
![](https://img.wattpad.com/cover/298836769-288-k575642.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
aficionado
Lãng mạnSiapa yang tidak mengenal Sapphire Ixora Ganendra? Perempuan berusia dua puluh tujuh tahun itu sudah dua tahun berturut-turut masuk ke dalam jajaran Forbes 30 Under 30 berkat kesuksesan perusahaan produsen makanan hewan miliknya. Ia juga seorang so...