Hari ini keluarga Sarah sibuk mengurus segala sesuatu nya untuk acara Lamaran putri mereka satu satunya, tapi Sarah masih dengan pemikirannya. Ia ingin sekali bisa menggapai mimpinya, yaitu berkuliah di salah satu Universitas yang terkenal di kota impiannya. Ia masih melamun, sampai sampai tidak menyadari bahwa Abahnya sudah duduk di sebelah nya.
" Teh, kok belum siap siap ? Acaranya kan sebentar lagi " Tanya Abah
" Ini baru mau siap siap bah, keburu Abah masuk ke kamar " Jawab Sarah dengan suara lirih
Abah nya tahu bahwa Sarah menjalani semua ini karena terpaksa dan bukan keinginan nya, tapi apa mau dikata ia juga bingung harus bagaimana. Hutang nya kepada juragan Damar sudah banyak sekali, jadi ini lah satu satunya cara agar Hutang nya lunas semua. Setelah Abah keluar kamar, Sarah lantas mempersiapkan dirinya. Sarah nampak cantik dengan balutan kebaya abu abu yang di jahit langsung oleh ibunya.
Ia mematung memandangi dirinya di kaca, sebentar lagi acara akan di mulai dan sudah pasti ia akan bertemu dengan juragan Damar sang calon suami.
" Kenapa dia memilih aku sebagai istri nya? Padahal di kampung ini masih banyak sekali gadis gadis cantik selain diriku " gumam Sarah
〰️〰️〰️〰️〰️〰️
Acara lamaran pun berlangsung dengan lancar, kini mereka asik mengobrol bersama. Tapi Sarah masih diam dan menunundukkan kepalanya, ia masih saja malu malu untuk sekedar memandang sang calon suami.
" Teh kok nunduk terus? Itu di ajak ngobrol atuh calon suami nya " ibunya terus menggoda dan di timpali dengan sepupu sepupu Sarah yang menggoda nya juga. Bisa di bayangkan betapa malu nya Sarah saat ini.
" Sarah, bisa ikut akang sebentar ? " Tanya Damar sambil menatap Sarah
Lantas Sarah mengikuti Damar sang calon suami, mereka menuju halaman belakang rumah Sarah. Damar langsung berhenti dan duduk di sebelah taman kecil milik Ibu Sarah dan Sarah masih saja berdiri sambil menundukkan kepalanya dalam dalam." Sarah... Ada beberapa hal yang harus Akang bicarakan dengan Sarah " Damar tampak gelisah, seperti bingung harus memulai pembicaraan ini dari mana.
" Sarah kan tahu Akang pernah menikah dengan gadis kota, tapi pernikahan itu tidak berlangsung lama. Sarah tahu apa penyebabnya? " Sarah hanya menggeleng sebagai jawaban atas pertanyaan dari Damar
" Hmmm, sebenarnya Akang ini punya masalah dengan adik kecil nya Akang. Akang punya gangguan dimana Akang sulit mendapatkan keturunan, begitulah kata dokter di kota. Itu lah penyebab perceraian Akang dan mantan istri sebelumnya, jadi apa Sarah masih mau melanjutkan hubungan ini setelah Sarah tahu semua ini ? "
Sarah sebenarnya ingin bicara terus terang pada Damar hanya saja, ia takut Damar akan tersinggung dengan ucapannya nanti.
" Hmmm.. Kang apa pun kondisi Akang saat ini Sarah terima. Karena Sarah juga gak akan ambil pusing dengan masalah ini, Sarah juga berpikir bahwa anak adalah rezeki dari Gusti Allah dan kalau kita belum di berikan seorang anak di hidup kita artinya itu bukan rezeki kita Kang " jelas Sarah yang membuat Damar tersenyum senang.
Damar merasa senang atas jawaban sang calon istri, ia tidak menyangka Sarah akan sedewasa ini di usia nya yang masih terbilang muda. Ia benar benar tidak salah pilih kali ini.
" Terima kasih karena sudah mau menerima kekurangan Akang " Damar berdiri lalu mendekat ke arah Sarah, ia menangkup kedua pipi Sarah dan menatap mata Sarah dalam. Dengan secepat kilat ia mencium kening sang calon istri dengan perasaan yang sangat amat bahagia, hati nya saat ini sedang berbunga bunga.
Sarah yang diperlakukan seperti itu oleh Damar hanya bisa mematung, ia kaget karena baru pertama kali di cium oleh seorang lelaki.
" Maaf Akang kelepasan, Akang benar benar bahagia Sarah. Ya sudah ayo kita masuk ke dalam lagi takutnya yang lain menunggu kita untuk makan malam " Damar lantas menggandeng tangan Sarah sambil berjalan masuk ke dalam rumah.
KAMU SEDANG MEMBACA
Gadis Kampung
RomanceSeorang Gadis kampung yang mempunyai banyak harapan harapan untuk masa depannya, namun harapan itu di rebut dari nya karena ia harus menikah dengan seorang lelaki yang memiliki umur yang lumayan jauh dari dirinya.