GK - 11

2K 62 7
                                    

Sejak Pagi tadi Damar sudah keluar, ia hari ini berencana menyelesaikan masalah yang sedang menimpa sang mertua. Damar berjalan menuju lahan persawahan milik sang mertua, disana ia melihat banyak petani yang sedang bekerja.
" Permisi bapak Ibu... boleh saya minta waktunya sebentar ? "

" Waduh ada apa nih juragan ? "
Tanya salah satu petani

" Saya mau tanya, sebenarnya ada masalah apa sama tanah yang mertua saya kelola, karena mertua saya sampai sakit memikirkan tanah ini "

Para petani bingung mau menjelaskan bagaimana, karena mereka juga kurang paham tentang masalah ini.
" Begini Gan, kami juga bingung masalah nya dimana. Tapi yang kami paham, bapa itu memikirkan panen yang kemarin gagal sepertinya teh. Sudah 2 kali panen kami selalu gagal, tapi kami juga curiga ada yang mau berbuat tidak baik sama lahan nya bapa "

" Iya gan.... soalnya kemarin kami pergoki salah satu anak buahnya Juragan Asep, sepertinya dia di suruh untuk buang tikus atau hama lain nya ke lahan nya bapa. Yang kami tau kan Juragan Asep dari dulu kepingin sekali bisa menikah sama Neng Sarah, tapi bapa selalu tolak . Dan bukan nya kami mau suuzon, tapi memang kenyataan nya seperti itu "
Jelas salah satu petani

" Ya sudah kalau begitu saya minta bapa sama ibu untuk ekstra berhati hati ya, siapa tau nanti ada yang kembali lagi kesini cepat cepat kasih kabar ke saya. Saya lagi ada di rumah mertua saya "

" baik gan "

Damar mulai paham masalahnya satu persatu, ia harus secepatnya menyelesaikan masalah ini apalagi ini juga masih ada sangkut pautnya dengan sang istri.

Santi dan sang suami hari ini merasa bosan sehingga mereka berpikir untuk mengunjungi sang besan untuk sekedar mengobrol kan kedua anak mereka, ditengah perjalanan Santi melihat kerumunan orang yang benar benar ramai hingga membuat macet jalan kecil desa. Santi kaget melihat seorang lelaki dewasa yang mirip dengan sang anak dan benar saja Santi melihat sang anak sedang beradu pukul dengan Pa Asep sang juragan Beras yang sudah terkenal akan kelicikan nya.
“ yah berhenti lihat itu Damar “
Santi dan sang suami langsung keluar dari dalam mobil dan berlari supaya bisa melerai Damar yang sudah terlihat membabi buta memukuli Pa Asep yang sudah babak belur.
“ cukup Damar… sudah cukup kamu pukuli Pa Asep. Lihat dia sudah babak belur begitu “
“ Damar gak perduli dia babak belur atau mati sekalipun. Karena gara gara dia bapa di rumah jadi sakit “
Santi semakin tidak mengerti sebenarnya ada masalah apa antara sang besan dengan Pa Asep ini. Damar di tarik paksa oleh sang ayah untuk ikut ke dalam mobil, sementara Pa Asep di bantu warga untuk pergi ke puskesmas mengobati luka. Damar masih saja terlihat emosi meski sudah di bawa ke dalam mobil, ia benar benar tak habis pikir pada Pa Asep yang sudah merusak panen sang mertua.
“ Sebenarnya ada apa ? kenapa kamu pukuli Pa Asep sampai seperti itu ? “
“ nanti saja Damar ceritakan di rumah bapa, biar semuanya bisa dengar ! “

Di perjalan menuju rumah besan semua nya terdiam, tak ada yang berbicara seorang pun. Suasana menjadi sangat canggung Ketika mereka sampai di depan rumah orang tua Sarah dan betapa kagetnya saat Sarah melihat wajah sang suami sudah penuh dengan luka luka.
“ ya allah Akang… kenapa bisa kayak gini ? “
Damar tidak suka melihat sang istri menangis melihat wajah nya penuh dengan luka, tapi mau bagaimana lagi lelaki tua itu harus ia beri pelajaran supaya tidak seenaknya merusak lahan orang lain.

Sesampainya di ruang tamu Damar mulai menjelaskan bagaimana kronologi sampai ia memukuli lelaki tua bangka itu.

Kejadian bermula Ketika Damar sedang berjalan pulang, ia melihat ada lelaki yang mengenakan baju berwarna hitam yang sedang mondar mandir sambal melihat keseliling lahan milik sang mertua. Damar memperhatikan dari jauh agar tidak kelihatan oleh lelaki yang ia yakini Pa Asep sang juragan beras. Ia masih memperhatikan dari jauh hingga lelaki itu mengeluarkan sesuatu dari dalam pelastik kecil yang di bawa. Damar benar benar kaget ketika lelaki tua itu mengeluarkan bebarap ekor tikus ke arah lahan sang mertua, ia pun berjalan hingga mulai lah perkelahian antara dirinya dan Pa Asep.
“ si tua bangka itu sudah keterlaluan, hanya gara gara Sarah menolak lamaran nya. Ia langsung menjadi licik seperti itu “
Damar benar benar emosi dengan kejadian yang tadi ia lihat, pantas saja sang mertua langsung jatuh sakit. Ia akan melaporkan masalah inike balai desa nanti siang.
“ masalah ini harus tuntas hari ini, dan ya jangan ada yang memasokkan beras lagi untuk si tua bangka itu “
“ ya... itu masalah gampang tapi yang penting sekarang Akang harus diobatin dulu, mukanya jadi jelek kan kalau kayak gini ! “
Yang lain tertawa mendengar ucapan Sarah dan Komar sang mertua senang sekaligus bangga punya menantu yang sayang dan begitu perhatian terhadap dirinya dan sang istri.

                            🌸🌸🌸

Masalah lahan persawahan sudah selesai, sekarang Komar dan Yanti bisa tenang karena mereka bisa membayar para petani yang bekerja untuk mereka berdua. Sarah dan Damar pun sudah Kembali ke rumah mereka dan kini tengah bersantai di dalam kamar dengan selimut yang masih menutupi kedua tubuh mereka. Entah kenapa hari ini terasa begitu membosankan untuk keduanya, karena di luar hujan masih turun dengan derasnya.
“ Kang… kapan ya kita bisa punya anak ? “
Damar hanya bisa berdiam, dia tidak bisa menjawab pertanyaan sang istri yang terlihat sudah menginginkan kehadiran seorang anak.
“ Kang apa kita konsultasi ke dokter di kota  aja ya ? “
Lagi lagi Damar hanya diam dan tak menjawab sepatah katapun.
“ Akang tuh kenapa sih ?, dari tadi Sarah tanya Akang Cuma diam terus “
Sarah kesal, ucapan nya seolah tidak didengar oleh sang suami.
" Kita cek ya kang ke dokter di kota, supaya kita bisa tahu jelas sebenarnya Akang sakit apa ? "

Damar masih saja menghiraukan Sarah dan beralih memainkan ponsel nya.
" Akang..... Sarah tuh dari tadi ngomong loh. Sarah ini ma.... "
Belum selesai Sarah berbicara Damar langsung memotong ucapan nya.
" KAMU BISA DIEM GA SIH... AKANG INI LAGI PUSING, SEHARI AJA JANGAN BAHAS DULU TENTANG ANAK. BISA KAN ? "
teriakan Damar terdengar sampai ke bawah, dan dipastikan Bi Sumi bisa mendengar nya.

Bisa di bayangkan betapa kagetnya Sarah ketika mendengar Damar berteriak dan membentuk dirinya, air matanya sudah di pelupuk mata ia kaget baru melihat amarah sang suami yang begitu memburu seperti itu.
































Haloo temen temen 😊 gimana nih bab kali ini ? Apa masih seru ? Semoga kalian masih suka ya sama cerita aku. Maaf banget kalau aku lama update di wp ya...
Dadah👋🏻👋🏻👋🏻

Gadis Kampung Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang