Yakin?

128 18 14
                                    

–Happy Reading–

" Aw, aw, aw " rintih Lexi saat Vanya tidak sengaja menekan lukanya terlalu keras.

" Dia itu kenapa?! Gadis gatal kurang belaian yah?! " Oceh Vanya. Ia kesal setelah mendengar cerita dari Lexi bahwa Fira yang menyebabkan perang antara Tralos dan Lembah Naga.

" Bisa tidak, marahnya di tahan dulu. Obati aku dulu, Vanya " ucap Lexi yang berusaha sabar.

" Ck, iya iya. Hampir selesai "

" Hai Lix, mau kemana? " Lexi bertanya kepada Felix yang melewatinya namun tidak menyapa dan juga menunduk.

Karena Lexi bertanya ia terpaksa berhenti lalu menatap Lexi. Ia sebisa mungkin tidak menatap apalagi melirik ke arah Vanya.

" Ke rumah Jeno "

" Oh, aku ikut. Vanya, sudah selesai belum? " Lexi menoleh sedikit ke samping.

Vanya mengangguk, " sudah "

Lexi segera memakai bajunya mengingat tadi ia bertelanjang dada. Jika dipikir-pikir Vanya menang banyak. Ia sering mengobati para penjaga yang terluka. Lebih seringnya terluka di punggung dan dada. Bisa dibayangkan seatletis apa tubuh para penjaga.

" Terimakasih " ucap Lexi kepada Vanya. Ia kemudian menarik Felix agar cepat-cepat ke rumah Jeno.

~~~


Jeno memacu kudanya dengan cepat menuju tempat dimana ia pertama kali bertemu Lia. Sesampainya disana, ia turun dari kudanya lalu melempar pandang ke sekitar. Tempat ini masih sama seperti waktu itu. Ia kembali menaiki kuda untuk menuju hutan rindang nan cantik yang berada tidak jauh dari tempatnya berdiri tadi. Ia yakin, sebelum Lia bertemu dengannya, Lia pasti sudah menginjakkan kaki di hutan ini.

Saat memasuki hutan, suasana mendadak berubah. Disini sangat asri dan tenang. Kicauan burung bersautan seolah ini adalah pagi hari.

Jeno melajukan kudanya pelan agar ia bisa melihat-lihat isi hutan. Telinganya mendengar sesuatu. Seperti serangga yang mondar-mandir di samping telinganya.

" Hai "

Jeno langsung menoleh saat ada yang bersuara. Ia tidak bisa mengatakan apapun saat tiga peri kecil terbang di hadapannya. Mereka tertawa bahagia seraya memainkan tongkat sihirnya. Ukuran mereka sangat kecil, mungkin tingginya sejari telunjuk Jeno. Mereka bertiga mengeluarkan cahaya yang berbeda warna. Warna Biru, merah muda dan hijau. Mereka berdiri berjejeran didepan wajah Jeno lalu membungkuk sopan.

" Hai Tuan Jeno. Selamat datang di Negeri Peri " ucap salah satu peri yang sinarnya berwarna Biru.

Selama ia hidup ia baru tau di Lembah Naga ada Negeri Peri.

" Apakah ada yang bisa kami bantu? " Tanya Peri yang sinarnya berwarna hijau.

" Apa kalian tau cara membuka portal ke dunia lain? " Jeno bertanya langsung tanpa basa-basi. Ia tidak punya waktu untuk itu.

Ketiga peri saling lempar pandang. Jeno yakin mereka tau namun mereka ragu mengatakannya.

" Bukankah orang Lembah Naga asli tidak boleh meninggalkan Lembah Naga? Apalagi kau yang merupakan seorang Penjaga " peri berwarna merah muda angkat bicara.

FIRST LOVE | Jeno×Lia |Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang