Lily Putih

184 24 6
                                    

–Happy Reading–

Selepas kecelakaan yang dialami Jeno, Lia bertambah murung. Jasad Jeno sudah dibawa oleh pihak yang berwajib untuk dipulangkan.

Kepala Lia berdenyut nyeri. Sudah berjam-jam ia menangis tanpa henti. Ia sungguh menyesal dan sangat merasa bersalah atas meninggalnya Jeno.

" Li " panggil sang ibu dari luar kamar.

" Nanti malem ada pertunjukan kembang api kesukaan kamu. Nanti nonton sama sama ya? " Lanjut ibu.

Lia tidak menjawab. Ia bahkan tidak mendengarkan sang ibu.

Sedangkan di luar kamar, sang ibu menatap suaminya dengan pasrah. Ia tidak tau lagi bagaimana membujuk Lia.

" Biarin aja dulu Bu, mungkin dia butuh waktu sendiri " ucap ayah.

Ibu mengangguk lalu pergi ke belakang vila.

Malam pun tiba. Sekarang jam 11 malam. Lia masih menggulung tubuhnya dengan selimut tebal. Kedua matanya sembab. Isakan kecil masih terdengar.

Ia menyibak selimutnya lalu turun dari kasur. Ia melangkahkan kaki menuju kamar mandi untuk membasuh wajahnya. Entah kenapa ia mengambil jaket tebal lalu keluar dari vila. Rasanya ia ingin pergi ke bukit belakang vila yang biasa ia datangi jika ingin melihat kembang api. Ia yakin kedua orang tuanya masih tidur di vila dan berfikir Lia tidak mau keluar kamar.

Melewati jalan setapak dengan lampu tinggi di setiap sisi jalannya, Lia terus berjalan dalam diam. Ia harap, disana tidak ada satu orangpun agar ia bisa menikmati waktu sendiri.

Setelah sampai Lia tersenyum kecil karena harapannya terwujud. Di sana sepi, tidak ada orang satupun. Ia duduk di salah satu kursi yang berada di sana. Lima belas menit lagi pertunjukan kembang api akan dimulai.

Semilir angin dingin tiba-tiba menerpanya. Ia merasa ada sesuatu yang berbeda. Ia menoleh ke sana kemari, tidak ada orang. Kenapa ia menjadi parno begini?

" Duh, cepetan dong kembang apinya. Takut nih gue " ucap Lia cemas. Ia menatap jam tangannya, masih tiga belas menit lagi ia harus menunggu. Ia memilih bersenandung kecil untuk menghilangkan rasa takutnya.

DUUAARRRR

DUUAARRRR

DUUAARRRR

" anjir, kaget " Lia memegangi dadanya. Pertunjukan kembang api sudah dimulai. Mereka sangat cantik dan berwarna warni. Sangat indah di lihat dari bukit ini.

" Hhh, andai aja gue bisa liat ini bareng Jeno " gumam Lia seraya melihat kembang api yang terus meledak.

" Kau sedang melihatnya bersamaku "

Lia membalikkan tubuhnya cepat. Ia mematung melihat Jeno ada di hadapannya. Jeno tersenyum lebar seraya membawa setangkai bunga Lily putih.

Berdiri dua meter darinya, ia dapat melihat jelas bahwa laki-laki didepannya adalah Jeno dengan pakaian patroli khas Lembah Naga.

Rasa tidak percaya, bingung dan rindu bercampur menjadi satu. Kaki Lia rasanya lemas seperti jelly. Apa ini sebuah halusinasi karena ia terlalu merindukan dan mengharapkan Jeno berada disini?

Jika ini halusinasi tolong siapapun sadarkan Lia.

Lia memegangi kepalanya. Ia berlalu pergi dari hadapan Jeno.

" Ini aku " ucap Jeno seraya menarik tangan Lia.

" K-kamu... "

Jeno mengangguk, " aku Jeno, laki-laki yang kau cintai dari Lembah Naga "

" Jeno, hiks " Lia memeluk Jeno erat seraya menangis.

Rasanya benar-benar campur aduk dan sulit di ungkapkan.

" Ssttt, jangan menangis. Aku sudah berada disini, bersamamu. Kita akan hidup bersama disini " bisik Jeno yang sedang mengusap kepala Lia lembut.

" Aku kangen banget sama kamu Jen " ucap Lia ditengah-tengah isakannya.

" Aku juga "

Jeno melepas pelukannya. Ia menghapus air mata Lia yang turun, " setelah ini, kita jalani hari baru. Aku tidak akan pergi kemanapun dan akan selalu bersamamu "

Lia mengangguk percaya.

" Aku mencintaimu " ucap Jeno. Ia menarik Lia masuk ke dalam pelukannya.


Kedatangan Jeno ke dunia Lia bukanlah hal yang sepele dan gampang. Ada perjuangan Jeno yang sangat keras agar bisa sampai disini membuat Jeno tidak akan menyia-nyiakannya.


Terimakasih sudah membaca, jangan lupa vote dan komennya🤗

FIRST LOVE | Jeno×Lia |Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang