Pulang

149 20 26
                                    

–Happy Reading–

Lia berdiri di depan kaca dengan wajah berseri. Walau hatinya masih merasa sedih dan gelisah, tapi kabar bahwa Jeno akan kemari membuat sedikit rasa senang muncul. Rambutnya ia gerai dengan kepang kecil di samping wajah yang diikat ke belakang. Ia memakai dress berwarna biru laut dengan mutiara sebagai ikat pinggangnya. Dengan flat shoes pemberian Jeno, ia melangkah ke ruang depan untuk menunggu Jeno. Ia tidak tau jam berapa Jeno akan kemari, tapi biasanya ia akan datang setelah jam makan siang.

Ia melirik jam dinding yang sudah menunjukkan pukul setengah satu siang. Bisa dipastikan sebentar lagi Jeno akan sampai.

Benar dugaannya, sepuluh menit ia menunggu, Jeno datang dengan seragam patrolinya. Jas hitam dengan corak merah dan juga anting panjang di telinga kirinya.

Penampilan Jeno masih rapih dan wangi tentunya.

Ia menyambut Jeno dengan senyuman. Jika melihat matanya semua orang pasti tau jika ia sedang rindu.

Jeno tersenyum tipis, ia belum benar-benar masuk ke dalam rumah dan hanya berdiri di pintu.

" Apa kabar? " Sapa Jeno.

" Baik " jawab Lia.

Jeno mengangguk, " ayo pergi "

" Kemana? " Tanya Lia bingung. Ia kira Jeno akan berkunjung seperti biasa.

" Ke suatu tempat, kau pasti suka " ucap Jeno. Akhirnya Lia mengikuti Jeno.

Jeno menggenggam tangan Lia. Jeno membantu Lia untuk menaiki kudanya lalu ia sendiri duduk di belakang Lia seraya memeluk pinggang Lia agar gadisnya itu tidak jatuh.

Jeno melajukan kudanya dengan kecepatan sedang. Tidak lama kuda berhenti dan Jeno turun. Ia kembali membantu Lia turun dari kudanya.

Lia mengamati sekitar lalu menatap Jeno pertanda ia butuh penjelasan.

" Sudah berapa hari kita tidak bertemu. Aku ingin menghabiskan waktu bersamamu " ucap Jeno. Ia menarik tangan Lia menuju tepi pantai yang ombaknya tidak terlalu besar.

Beruntung cuaca siang ini tidak begitu terik, jadi mereka tidak kepanasan.

" Tapi disini sepi " ucap Lia setelah menyadari jika di tepi pantai ini sangat sepi, hanya ada dirinya dan juga Jeno.

" Aku ingin menghabiskan waktu hanya bersamamu. Tidak ada orang lain " ucap Jeno yang berakhir dengan cengiran yang ditanggapi senyuman oleh Lia.

Duduk di pasir pantai dan bersandar pada batu karang yang tidak terkena air, Jeno memeluk Lia dari samping. Ia menyelusupkan wajahnya ke leher Lia.

" Kamu kenapa? " Tanya Lia. Jeno tidak biasanya seperti ini.

" Tidak apa, hanya lelah " ucap Jeno seraya memejamkan mata. Aroma ini, ia pasti akan sangat merindukannya setelah Lia pergi.

" Kalo capek istirahat, malah ngajak aku keluar " ucap Lia. Ia sedikit menunduk untuk melihat wajah Jeno.

" Tidak apa "

" Oh ya, bunga yang aku berikan kepadamu apa masih hidup? " Tanya Jeno.

Lia mengerjapkan matanya beberapa kali. Ia tidak berfikir Jeno akan menanyakan pasal bunga pemberiannya.

" Em, bunga nya... "

" Mati " cicit Lia.

Jeno mengangkat kepalanya.

" Maaf " Lia meringis.

Jeno tersenyum walau terlihat canggung, " tidak apa, hanya bunga " ia kembali menyelusupkan wajahnya ke leher Lia.

FIRST LOVE | Jeno×Lia |Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang