"Ru, listen to me. Aku masih marah sama kamu jadi tolong jangan deketin aku dulu, aku gak mau nantinya malah bentak kamu pake kata-kata kasar. please give me some time, okay?"
Haruto hanya bisa mengiyakan ucapan si dominan sambil menatap kepergiannya sendu. Haruto akui, ini salahnya dan dia tidak bisa menyalahkan Jeongwoo atas sikap dinginnya
Kalian bingung?
Baiklah, jadi ini dimulai dari Haruto yang terlalu asik mengerjakan lagunya di studio. Jeongwoo sangat paham apa pekerjaan si manis, tapi apakah Haruto harus menunda makan hingga dua hari? Belum lagi kaleng soda yang berceceran di dalam studionya juga kantung mata Haruto yang sangat jelas terlihat
Jeongwoo tidak salahkan? Dia hanya ingin si manis belajar dari kesalahannya. Menunda makan itu tidak baik, apalagi untuk bayi bertubuh besar seperti Haruto
Sekarang Haruto sedang tertunduk dalam, memikirkan cara agar Jeongwoo mau berbicara lagi padanya, karena sungguh dia merindukan pelukan hangat dan ucapan manis Jeongwoo
-
Haruto tersenyum senang saat melihat Jeongwoo di cafetaria agensi, sedang berjalan santai dengan Jaehyuk
Kaki panjangnya berjalan tergesa untuk menghampiri si dominan, "wolfie! ruru miss u" ucapnya dengan nafas memburu
Bukannya senyum hangat yang Haruto dapatkan, melainkan tatapan datar yang sangat Haruto benci. Tanpa sepatah kata, Jeongwoo berlalu meninggalkan Haruto dan Jaehyuk
"Lo pada marahan?" Tanya Jaehyuk kaget
Haruto mengerucutkan bibirnya sambil mengangguk kecil, "kak jae, haru bingung" katanya dengan suara parau
Jaehyuk yang terkejut dengan suara Haruto yang bergetar langsung menarik pemuda Fukuoka itu ke pelukannya, "ssst kok lo nangis?"
"Haru takut. Haru takut woo putusin Haru hikss"
"Yakali Jeongwoo mutusin lo"
"Bisa aja kan. Aku nakal, Jeongwoo gak suka anak nakal"
Usapan Jaehyuk di punggung Haruto semakin cepat, mencoba meredakan tangisan Haruto, "Jeongwoo cuma marah Ru, percaya deh sama gue"
"Beneran?"
Jaehyuk mengangguk cepat untuk meyakinkan, "bener! Dia cuma butuh waktu"
"Sampai kapan?"
"Ya gak tau, yang pacar dia kan lo bukan gue" Katanya acuh lalu meninggalkan Haruto yang sedang menggunakan otaknya untuk berpikir
-
Haruto itu pantang menyerah, apalagi untuk mendapatkan maaf dari Jeongwoo. Total sudah 3 hari dan Haruto sudah cukup bersabar. Suka tidak suka, mau tidak mau, Haruto harus berbicara dan menyelesaikan masalah mereka. Hari ini Haruto harus mendapatkan pelukan Jeongwoo, itu harus!!
Malam ini, pukul 11 malam Haruto menyelinap masuk ke kamar Jeongwoo. Membuka pintunya pelan dan menghela nafas lega saat tidak mendapati si kekasih. Sepertinya Jeongwoo sedang mandi
Haruto lantas membaringkan tubuhnya di kasur Jeongwoo dan menutupi seluruh tubuhnya dengan selimut. Tubuhnya memang tidak terlihat tapi badannya terbentuk menjadi gundukan besar. Tolong maafkan Haruto dan pikiran polosnya
Merasa mendengar suara pintu terbuka, membuat Haruto tersenyum senang. Itu pasti Jeongwoo
Sementara si pemilik kamar terkejut mendapati seseorang di kasurnya. Tapi keterkejutan nya tergantikan dengan kekehan kecil saat mendapati rambut dengan warna mencolok yang terlihat
Tidak langsung menghampiri si manis, Jeongwoo lebih dulu memakai celana training nya dan mengambil kaos abu polos yang hanya ia sampairkan di bahunya
Jeongwoo menyeringai, sepertinya sedikit menjahili si manis tidak masalah
"Tidur di kamar kak Jae aja kali ya" Ucap Jeongwoo lalu mematikan lampu kamarnya
Sedetik kemudian Haruto keluar dari tempat persembunyiannya, "DADDY NO!! RURU TAKUT GELAP" Haruto melangkah cepat lalu menubrukkan badannya pada Jeongwoo
"Wolfie! Ruru miss u so much"
"Tapi aku masih marah, gimana dong"
Haruto mendengus kesal. Lalu menyalakan kembali lampu kamar. Sedikit terkejut saat langsung berhadapan dengan Jeongwoo yang topless
"Tapi ini udah 3 hari. Kamu gak boleh marah lama-lama tau, nanti Tuhan marah" Haruto menatap Jeongwoo sungguh-sungguh seolah meyakinkan bahwa ucapnya adalah benar
"Kata siapa?" Jeongwoo menyedekapkan tangannya, menatap si manis dengan alis terangkat
"Kata mama aku! Serius, ruru gak bohong. Kamu kalo gak percaya boleh telfon mama aku" Haruto menyodorkan ponselnya
Jeongwoo sedikit meringis. Dia ingin menelepon mama Haruto bukan untuk menanyakan hal tidak penting seperti ini, tapi untuk menanyakan restunya
/Maybe soon ya woo/
Runtuh sudah pertahanannya, Jeongwoo sangat lemah jika di hadapkan dengan Haruto yang menggemaskan. Itulah kenapa dia memilih menjauhi si kekasih, rencananya memberi pelajaran pada si manis akan gagal jika harus berhadapan langsung
Jeongwoo menarik Haruto ke pelukannya lalu memberikan beberapa kecupan di pucak kepala si manis
"Maaf woo, janji gak gitu lagi"
"Janji doang, tapi gak di tepatin. Gimana buat ngebuktiin nya coba?"
"Ruru gak tauu, tapi kalo aku gitu lagi kamu boleh diemin aku, lagi" Ucapnya terdengar terpaksa
Jeongwoo menangkup wajah Haruto, menyatukan kening keduanya, "gak bisa. Aku kapok diemin kamu lagi" Jeongwoo berucap rendah
"Yaudah jangan. Aku kangen, kangen banget"
"Padahal tiap hari papasan loh"
Haruto menggeleng, "tapi kamu gak nyapa aku, kamu gak peluk aku" Si manis menenggelamkan wajahnya di leher si dominan
"Maaf"
"Aku yang salah"
Jeongwoo tersenyum, si kekasih sudah belajar banyak ternyata. Cukup pegal dengan posisi mereka yang berdiri, Jeongwoo menggendong Haruto untuk di baringkan di kasurnya
Mata Haruto mengerjap, jantungnya juga berdebar melihat Jeongwoo yang berkali-kali lipat lebih tampan dari bawah. Maksdunya, Jeongwoo sedang mengukung Haruto di bawahnya, menatap si manis dalam
"Kamu gak bakal tidur sama kak jae kan? Tidur disini aja, sama aku" Haruto menepuk tempat di sebelahnya
"Kalo aku tetep mau pergi gimana?"
Haruto memicingkan matanya, dengan cepat mendorong Jeongwoo lalu membalikkan posisi keduanya, sehingga sekarang Jeongwoo yang berbaring dan Haruto duduk tepat di atas perut atletis Jeongwoo
"Gak boleh! Aku kurung kamu kayak gini" Haruto merendahkan tubuhnya dan memeluk Jeongwoo erat
Jeongwoo membalas pelukan Haruto, lalu menurunkan si manis sehingga sekarang posisinya sejajar
Haruto menenggelamkan wajahnya di leher Jeongwoo dan Jeongwoo melingkarkan lengannya di pinggang Haruto
Memejamkan mata menuju mimpi masing-masing sampai mentari datang membangunkan keduanya dengan perasaan bahagia
KAMU SEDANG MEMBACA
DORM; jeongharu
RomantizmIni kisah keseharian Jeongwoo si tampan dan Haruto si gemas di dorm Treasure