19.Lepas

6.1K 646 50
                                    

Yudis menarik nafas panjang, perasaannya bercampur aduk. "Sebenarnya ada apa dengan ibu saya? Kenapa setega itu menyakiti cucunya sendiri?"

Pak Rofiq menyandarkan badan di sandaran kursi. Ia menatapa Yudis beberapa lama, lalu tersenyum. "Tidak, kamu salah paham. Justru sebenarnya sukma anakmu telah diselamatkan oleh neneknya."

"Tapi sebelum anak saya keadaannya seperti itu-" Yudis masih belum paham maksud dari Pak Rofiq. "-pada malam harinya arwah ibu mendatangi anak saya Pak. Ibu saya jadi pocong. "

"Bukan Mas," Pak Rofiq mencoba menjelaskan. Ia menunjuk ke arah buhul. "Itu adalah setan yang terikat dengan benda ini- yang mewujudkan dirinya menyerupai ibumu."

"..."

"Benda ini buhul sihir Mas," Pak Rofiq memegang boneka pocong itu. "Ada satu setan perempuan yang dikirim seseorang, dengan benda ini sebagai perantaranya. Media pengikat perjanjian antara si pengirim dan setan itu."

"Setan menyamar jadi ibu saya?" Yudis semakin bingung. "Untuk apa?"

"Untuk membuatmu lemah."

"Maksudnya?"

"Itulah liciknya tipu daya setan terhadap manusia," Pak Rofiq menunjuk ke arah cemilan dan air putih, mengisyaratkan kepada Yudis dan Mas Irham. "Kalau dia datang dalam wujud ibumu, pasti akhirnya membuatmu banyak pikiran,kan?"

"..."

"Karena saat ia menyerupakan ibumu sebagai pocong seperti itu, perasaanmu sebagai anaknya pasti sangat sedih. Membuatmu mempertanyakan kenapa ibu begini begitu, atau bahkan mempertanyakan kehendak Gusti Allah. Tujuannya adalah membuatmu stress, melemahkan mental, membuamu merasa putus asa dari rahmat-Nya."

"..."

"Kondisi saat manusia sedang sangat lemah terutama pikiran, memudahkan mereka melakukan tujuannya."

Yudis mengangguk. Ia sendiri menyadari bahwa memang banyak pertanyaan- pertanyaan semacam itu terbersit dalam pikirannya. Dan ia mengakui bahwa beberapa hari terakhir ini sangat membuatnya lelah.

"Lalu kondisi anak saya bagaimana? Bukankah Bapak bilang dia dibawa neneknya?"

"Setan perempuan itu yang menyeret sukma anakmu ke alam sana," Pak Rofiq mengisap rokoknya dalam. "Untungnya kalian mengadakan bacaan doa ruqyah kemarin."

"..."

"Berkat pembacaan doa kemarin, setan perempuan itu melemah. Ibumu bisa merebut kembali anakmu dari tangan setan itu. Saat ini dia bersama dengan neneknya."

Yudis menoleh ke arah Mas Irham dan mengucap terima kasih.

"Lalu, apakah gangguan- gangguan ini akan berhenti Pak?" Mas Irham bertanya. "Sebab, desa kami serasa agak gimana gitu karena masalah ini."

"Semua permasalahan tentang gangguan itu, dan tentang sukma anaknya Mas Yudis," raut wajah Pak Rofiq berubah serius. "-bisa selesai kalau buhul ini di bereskan."

"..."

"Lalu benda ini harus di apakan?" Yudis nampak bersemangat. Akhirnya ia menemui sebuah titik cerah tentang semua yang dialaminya, setelah berhari- hari yang suram ini.

"Nanti, saat matahari hampir terbenam, kita selesaikan semuanya."

-----

Burung- burung kecil beterbangan di langit yang mulai temaram. Mereka melesat menuju ke sarangnya masing- masing. Matahari sore sudah bergulir, hendak mencapai batas horizon.

Yudis yang sudah bersuci sebelumnya, nampak duduk di sebuah ruangan penuh buku bersama Mas Irham dan Pak Rofiq.

Mereka duduk di lantai, melingkar dengan sebuah meja berukuran sedang di tengah. Di atasnya terdapat buhul, semangkuk kecil garam, selembar kecil kain putih dan spidol.

PITUNG DINO [complete]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang