TWENTY

79.1K 7.2K 383
                                    

Hay!

I'm back again!

Seperti biasa, kalo ada typo tolong tandai!!

Hemmm, makin kesini makin dikit ya yang baca sama vote ya.

Sedih sih, tapi ya mau gimana lagi.

Gak papa deh, yang penting aku up aja. Mau dibaca apa enggak aku gak peduli yang penting aku up aja udah.

Iya aku tau, ini resiko jadi penulis. Kadang banyak yang baca, tapi kadang juga dikit yang baca. It's okay. Itu udah biasa dalam dunia kepenulisan.

Makasih ya buat yang udah setia sama cerita ini. Makasih banyak 💕💕🙏 tanpa kalian cerita ini gak mungkin bakal banyak yang baca kaya gini.

Aku gak pernah minta vote, tapi tolong kencengin buat komen aja yuk. Aku suka baca komenan kalian soalnya hehehehe 🤗

Happy Reading ❤️

"Karna sudah bel, pelajaran cukup sampai disini saja ya. Terimakasih dan Selamat Siang."

Usai mengatakan itu Bu Feril keluar dari kelas setelah mendapat balasan. Guru dengan rambut sebahu itu tersenyum saat para muridnya menjawab salam selamat siangnya.

"Siang juga Bu," ucap mereka serempak.

"Ibu keluar dulu ya, langsung pulang, jangan main kemana-mana." Bu Feril berkata. Sebagai Wali kelas dirinya juga harus memperhatikan anak didiknya itu. Bu Feril adalah guru yang termasuk kedalam jajaran guru yang disukai para murid. Pembawaannya yang kalem, tenang, dan supel sukses bikin para murid jadi nyaman dengan beliau. Bu Feril keluar dari kelas, didepan dirinya tersenyum seraya mengeleng saat melihat Adelard yang sudah berdiri didepan pintu kelas.

"Cari pacar kamu Lard?" tanya Bu Feril, ia sekalian merapikan buku yang tadi dibawanya.

"Iya." jawab Adelard singkat. Adelard mengangguk saat Bu Feril berpamitan pergi duluan, ia tidak masuk ke kelas Ratu, hanya berdiri dengan kedua tangan yang dimasukkan ke saku celana, mata tajamnya tak lepas dari Ratu.

Ratu menoleh saat merasakan tepukan dibahu, "kenapa?" tanyanya.

"Lo tau, bolpen gue gak Ra? Tadi ada disini kok sekarang ilang ya?" heran Gwen yang tidak menemukan bolpen, dirinya kesal, pasalnya bolpen nya itu baru saja ia beli tadi, dan sekarang sudah raib saja.

"Coba cari dibawah kalo gak di laci Gwen, biasanya kamu naruh disana." Ratu berkata karna hapal betul bagaimana Gwen.

"Paling di laci." kata Vara.

Gwen menurut, ia kembali sibuk mencari bolpen miliknya. Ratu ambil buku yang ia simpan di laci, memasukkan ke tas, disusul dengan beberapa bolpen juga penggaris, Ratu tutup tas itu usai semua yang tadi ada di meja sudah masuk ke tas.

"Udah ketemu Njing?" tanya Alsava yang baru menegak minum.

Gwen mengangguk senang, "udah, di laci taunya."

"Alah, bolpen paling berapa aja kaya udah kehilangan cinta lo Gwen." celetuk Ellary yang duduk manis disamping Alsava. "Minta cok." pintanya ke Alsava.

"Biasa aja dong Babi." Tangan Alsava terulur memberikan botol minumnya ke Ellary.

"Itu bolpen kesayangan gue tau. Ya gue tau, baru beli tadi, tapi bolpennya enak banget buat nulis, lo tau kan, tulisan gue rapi tuh tergantung enak apa enggak bolpen." terang Gwen yang diangguki mereka.

Ratu Is Our Queen (END) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang