Jay🙎‍♂️

54 3 1
                                        

Happy Reading....

Jangan lupa vote, komen, follow akun wattpad aku dan kalau mau lihat aktivitas cerita aku kalian bisa follow ig aku elxes321.

Jay Pov

Sejak hari dimana gue memaki Luna sekitar 3 hari lalu, tidak sekalipun gue membuka hp dan tidak pernah pergi kemanapun hanya berada dirumah.

Untuk pertama kalinya gue memaki dia begitu kasar bahkan hingga 3 hari gue mendiaminya tapi gue tau bahwa anak bulan tidak pernah memasukkan ucapan gue kedalam hatinya.

"Ekhm." Deheman dari perempuan yang sekarang menjadi satu-satunya di hati gue.

Celine duduk disamping gue menampilkan senyum manisnya.

"Hai sayang. Aku kangen." Celine membalas pelukan gue.

Ada yang kurang dari pelukan ini karena sebenarnya gue kangen dengan anak bulan bukan wanita disamping gue. "Denger-denger kemarin kamu bentak Luna sampai nangis ya, kenapa?" tanyanya dengan nada yang sangat halus.

Gue menggenggam tangannya dan menatap wajah yang sangat menenangkan. "Aku nasihatin dia kalau masih ada cowok tulus seperti Vano dan cowok seperti dia tidak pantas dikecewakan." Jawab gue merenungi 3 hari lalu.

"Lalu?"

"Dan aku keceplosan bilang kalau dia goblok." Gue menghela nafas panjang mulai merutuki ucapan yang pernah dia lontarkan.

"Begitulah dan sampai sekarang kami belum bertemu. Harusnya dia tidak akan memasukkan perkataan aku ke hatinya karena setiap di dapur dia sering aku bentak lebih dari kata goblok."

"Kamu salah harus mengatakan dia goblok. Dia punya perasaan yang pastinya akan tersakiti karena ucapanmu itu. kalau soal dia baper atau tidak, kan situasinya beda juga itu hanya profesionalitas." Celine memberi nasihat bahkan wajahnya tampak serius.

"Masalahnya dia keras kepala tidak mau mendengar orang-orang disekitar kalau Keenan tunangan kebanggaannya itu tidak mencintainya. Vano yang jelas-jelas mencintainya di anggurin, namanya apa kalau bukan goblok." Gue menceritakan segala uneg-uneg kepada Celine.

Kemudian menyenderkan kepala pada bahunya yang kecil, seketika rasa tenang melingkupi perasaan dan yang tadinya emosi gue memuncak seketika hilang. Gue memang bucin jika dihadapan si pacar, Celine Delaz.

Celine mengusap rambut cepak gue dan matanya selalu menatap gue dengan lekat, "dia itu mau melakukan apa yang kalian semua ingin, tapi dia juga manusia yang mau dimengerti. Juga ingin memilih dan merasakan mencintai atas kemauannya sendiri bukan paksaan dari orang lain sayang."

Gue diam tidak menjawab sepatah katapun. Biarlah dia menyelesaikan maksud dari perkataannya.

"Sama seperti kamu yang keras kepala mempertahankan aku bahkan sampai menentang keluargamu. Luna pastinya sudah berusaha untuk tidak mencintai Keenan tapi kamu juga harus merasakan posisinya gimana move on itu tidak semudah kamu membuat kue atau membalikkan omelet diatas Teflon." Gue bangkit kemudian memeluknya erat. Tidak tau mau jawab apa.

"Dia punya aku, Jannah juga orang-orang yang lebih menyayanginnya jadi akan lebih mudah untuk melupakan Keenan."

"Dia seperti itu karena dia sudah merasakan sejauh apa dia berjalan, berkorban untuk tetap bersama pacarnya. Tidak mudah loh buat dia lupa begitu saja, dan kalau suatu saat akhir dari perjuangan kita adalah berpisah aku yakin aku akan menjadi perempuan goblok yang menangisi kamu siang malam." Diumur Celine yang masih muda 22 tahun dia sudah memiliki pemikiran yang lebih dewasa dibanding gue. Gue sendiri merasa malu dengan dia..

Landing in My Heart! Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang