Labirin Hati

60 4 1
                                        

Happy reading.....

Runtuh~Feby Putri

Luna meletakkan tasnya sembarangan tempat, berjalan gontai dan masuk dalam selimut dengan tatapan kosong.

"Emmm, kakak sudah pulang?" Zahra adiknya yang sudah tidur terganggu dengan gerakannya.

"Maaf ya keganggu. Tidur lagi gih, besok katanya ujian musik?" Zahra hanya mengangguk dan membelakanginya.

Pikirannya kalut, disatu sisi dia sedih sudah buat kedua sahabatnya kecewa tapi disisi lain dia sendiri kecewa dengan tindakan gegabah Jay pada Celine. Anak orang bukannya dijaga malah dirusak.

Pusing, itulah gambaran dikepala Luna. Dia belum menjelaskan apapun tentang pernikahannya dengan Keenan sekarang malah ditambah Jayhan dengan kurang ajarnya menghamili anak orang. Walaupun mau sama mau tapi ya harusnya mikir dong. Mereka yang ngelakuin, semua orang yang suruh mikir kedepannya.

Jay calling....

"Untuk saat ini gue gak mau ngangkat!" Batin Luna. Dan ia memilih tidur.

Dia kembali bangun lalu mengangkat telepon Jay. "Dasar anak setan!" Luna kembali mematikan ponselnya dan tidur.

●●●●●●●

Tak butuh waktu lama untuk memendam semua kekesalan masing-masing. Jayhan mengajak Luna dan Jannah untuk menikmati seharian ini untuk jalan-jalan menikmati apa yang ada juga mencari jalan terbaik untuk masalah mereka.

Lama mereka bertiga diam diantara sate klatak, tengkleng dan kopi klotok. Mencerna berita pernikahan antara Luna dan Keenan yang mendadak bahkan hanya 2 bulan saja.

"Kita bahas soal nikahan lo dulu deh naks bul!" Jannah disini sebagai posisi netral karena yang bermasalah hanya Jay dan Luna.

"Awalnya gue juga kaget sama bingung Keenan yang tiba-tiba melamar tapi mama sudah setuju dan Keenan bilang bahwa dia telah berubah. Bagaimana menurut kalian?" Jelas Luna.

"Jujur sama kita apa lo yakin sama keputusan yang diambil? Pernikahan bukan main-main naks bul, orang tua lo contohnya. Apa lo yakin dia bakal berubah?" tanya Jay masih memasang mata tajamnya.

"Gu-gue bingung, tapi dia yakin kalau gue bisa merubahnya menjadi lebih baik." Jawab Luna terbata. Ada rasa ragu, tapi dia selalu ingat bagaimana sikap Keenan akhir-akhir ini.

"Seseorang mau berubah karena orang lain ck - cuma omong kosong. Tak bilangin ya, nanti kalau dia kecewa atau marah sama lo dia bakal balik lagi ke sifat awal. Itu kalau mau denger nasihat bapak gue!" Ucap Jannah sengak. Tampak Luna ragu dan bingung setelah mendengar ucapan yang terlontar dari mulut Jannah dan dia bertanya apakah harus berhenti atau melanjutkan apa yang baru ia mulai.

Jay menyenggol Jannah untuk tidak terlalu memojokkan Luna, "don't let somebody else decide for you. Pertanyaan awal lo gak bisa dijawab orang lain karena lo yang tau soal dia dan lo juga yang akan jalanin kedepannya. Kalau lo mantap dengan pilihan sekarang pasti lo gak akan goyah dan bingung." Jay hanya dapat memberi saran dan masukan tapi dia tidak punya hak untuk melarang seseorang memilih masa depannya.

Luna membisu agak lama. Sedangkan Jay dan Jannah menunggu jawaban Luna dengan menikmati hidangan didepannya. Jay menuangkan kopinya diatas lepek agar tidak teelalu panas lalu menyeruputnya.

"Ini diminum dulu, biar otakmu rileks." Jay mendekatkan kopi klotok kearah Luna dan Luna langsung menyeruput kopi itu selagi masih mengepul.

"Kopinya hitam pekat sama kental banget ya. Gue suka banget sama citarasanya, kita harus buat sih di cafe." Jannah hanya menatap dua orang didepannya yang menikmati kopi pahit yang tidak ia tahu apa nikmatnya selain pahit. Jannah tak menyukainnya, dia mengambil air kelapa dan makan sate klatak yang tusuknya pakai besi gitu.

Landing in My Heart! Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang