Happy Reading....
•
•
•
•
•~Tega-Tiara Andini
"Tolong jangan panggil aku Ken tapi Keenan seperti biasa. Jujur memang aku belum move on sama Olive tapi aku hanya ingin kamu yang buat aku melupakan wanita itu." Perkataan Keenan masih terngiang membuat Luna kepikiran sampai tidak bisa tidur.
Dia menuju ke balkon siapa tahu bisa menenangkan pikirannya.
"Tuhan, seistimewa itukah perempuan yang berlenggak lenggok diatas catwalk bahkan sampai Keenan pun enggan melupakannya. Apa bulan yang indah di langit kalah sama cewek yang bernama Olive itu ya Tuhan." Luna sudah biasa curhat dengan tuhan saat ia sedih, kecewa, terluka, dan bahagia. Apalagi bercerita tentang Keenan. Tapi kali ini curhatnya agak berat apalagi harus bertarung dengan orang yang dicintai dibanding dia harus berjuang mencintai.
Ting
Sedari tadi hp berbunyi tanda pesan masuk yang pasti itu dari Keenan yang minta maaf dan memohon untuk melupakan semuanya. Tidak semudah itu buat Luna melupakan luka.
Tapi ternyata sedari tadi tidak ada pesan masuk dari Keenan, hanya ada nama Vano, Jay dan Jannah. Ke pedeannya itu salah, karena Keenan tidak akan melakukan itu.
Drrrtttt
"Assalamualaikum ukhti." Salam dari si penelpon dengan logatnya yang suka bercanda.
"Waalaikumsalam Vano, kenapa malem-malem masih melek?"
Sebenarnya belum terlalu malam, jam masih menunjukkan pukul 11.20 malam.
"Dari tadi gue udah chat lo gak ada balesan siapa tahu lo bunuh diri." Emang dasar orang itu menurutnya ngadi-ngadi kalau ngomong.
"Gue gak secupu itu kali untuk menyerah dan gue gak baperan." Senyum Luna tanpa sadar terbit mendengar celotehan dan candaan Vano.
"Sekarang udah enakan?" tanya Vano.
"Enakan gimana? Gue gak sakit kok." Jawab Luna dengan mengernyitkan dahi.
"Maksudnya perasaan."
"Oh perasaan. Gapapa sih, sudah biasa juga menghadapi Keenan yang masih terpaku dengan masalalunya. Tenang, gue sudah terlatih selama 3,5 tahun ini." Jawab Luna menampilkan senyum yang bahkan tak bisa dilihat orang lain.
Vano yakin jika perempuan yang sedang berbicara dengannya saat ini sedang sedih apalagi dia mendengar sendiri bertahun-tahun dia disakiti dengan ucapan tunangannya. Ucapan yang sama, dengan orang yang sama juga. Bila perasaan tak bisa dipaksakan untuk mencintai siapa yang dipilih, lantas mengapa Luna masih bertahan untuk memperjuangkan cinta Keenan.
"Van, lo nangis?" Luna kaget dan khawatir mendengar suara dengusan ingus dari seberang.
"Bukan, gue tiba-tiba flu. Jarang keluar malam sih." Jawab jujur dari Vano.
"Memangnya lo keluar kemana?" Tanya Luna lagi.
"Di belakang rumah sih."
"Lanjut," suruh Vano kembali.
"Hah apanya?" Luna kembali bingung dengan ucapan Vano.
"Ceritanya dong sayang." Vano menekan kata sayang karena agak geregetan dengan Luna.
"Oh, bilang dong..."
......
Beberapa detik mereka diam karena Vano menunggu Luna untuk bercerita sedangkan Luna sendiri tidak tahu jika ditunggui.

KAMU SEDANG MEMBACA
Landing in My Heart!
Ficção GeralNamanya Keenan Barry, seorang pilot kesayangan Luna. Bukan super hero tapi seorang kapten pilot yang mengendarai sebuah pesawat terbang. Nyatanya hubungan bukanlah hal mudah yang ia lalui saat ini karena memperjuangkan perasaannya demi seorang kapt...