Queen Don't Need a King

47 3 1
                                    

Happy Reading....



Pasang headset kalian, buruan!

~Seribu pelukan-Raissa Ramadhani

Rumah dengan gaya tropis modern dalam sekejap membuat Luna merasa damai dengan banyak tanaman yang berada di sekitaran kolam renang. Setelah puas mengagumi setiap arsitektur bangunan rumah Bara dia mendekati pria yang baru dikenalnya kemarin.

"Wah apa nih?" Luna girang menatap sebuah hidangan yang terbuat dari daging dan beberapa olahan sayuran lain.

Selain desain bangunan ternyata tangan ajaibnya juga bisa membuat berbagai macam makanan seperti dendeng balado, tumis daun papaya, dan sambal terasi seperti Jay sahabatnya.

"Makan dulu yuk masih anget." Luna nurut dan duduk di meja makan berdua dengan Bara.

Dia diperakukan seperti ratu dirumah Bara seperti sekarang nasi dan lauk diambilkan olehnya padahal dia sudah menolak.

"Enak?" tanya Bara tidak makan malah mengamati Luna yang menikmati semua lauk yang ada dipiring. Saking enaknya dia bahkan tidak bisa membalas ucapan lawan bicaranya hanya anggukan dan juga acungan jempol yang berlumur bumbu dari sambal terasi.

Selesai makan mereka berdua mulai serius untuk membahas konsep hotel yang akan dibangun di Bali. Tidak mudah untuk melakukannya namun pembicaraan mereka yang mengalir begitu saja membuat Luna merasa cocok jika bekerja sama dengan pria yang Bernama Bara.

"Kenapa ya orang-orang sekarang Sukanya konsepnya yang nature kalau gak ya konsep scandinavian dengan model sederhana dan cat warna putih." Tanya Luna. Dia lambat laun merasa bingung konsep apa yang ingin ia ciptakan untuk sebuah hotel tersebut menyadari bahwa faktanya Bali sudah banyak sekali hotel dengan konsep yang unik bahkan persaingan disana pastinya akan ketat.

"Kalau menurut gue ya orang suka yang nature karena mungkin sudah bosan dengan hiruk pikuk kota padat dan kemacetan sedangkan kalau ada yang suka konsep Scandinavian mungkin karena mereka inginnya simple." Jawab Bara sebagai pakar dari segala bangunan.

"Lo mau ikut ke Bali gak? Ngecek lokasi disana kayak apa terus sekalian jalan-jalan. Gimana?" tanya Bara menawari liburan ke Bali sekalian cek lokasi pembangunan hotel.

"Duh gimana ya. Mau banget tapi gue udah ngabisin cuti tahunan gue buat healing." Nampak raut wajah kecewa dari pria yang tadinya ceria, dan tiba-tiba dia trauma tentang Vano tempo dulu.

"Sorry ya Bara, gue bener-bener gak bisa, tolong jangan berharap lebih sama gue ya." Luna mencoba mencairkan suasana dan Bara ternyata hanya bercanda.

Semenakutkan itu bagi Luna saat ada orang yang berharap lebih kepadanya apalagi sampai kecewa. Ternyata healingnya selama 3 hari tidak cukup untuk melupakan segalannya. Dia trauma.

Mereka membawa piring kotor untuk langsung di cuci di wastafel, "Manusia sekarang gayanya healing-healing padahal cuma mau jalan-jalan." Bara tertawanya renyah sekali tapi benar juga apa yang dikatakan. Nyatanya dia juga hanya jalan-jalan tapi enggak ada hasilnya.

"Paginya healing malamnya overthingking. Haha." Canda Bara untuk mencairkan suasana.

"Beneran tau gue healing. Mau move on." Ujar Luna kemudian dia bergegas mengambil tas segera pulang ke rumah Alice.

"Bara, anter gue pulang!" Perintah Luna dan dengan siap siaga Bara mengambil kunci mobil.

*****

Luna se plin-plan itu, padahal tadi dia bilang tidak jadi pulang ke apartmen tapi tiba-tiba sekarang dia sudah berada di lantai 20 depan pintu nomer 475. "Loh kok gak bisa?" Luna menganga bingung kenapa pintunya tidak bisa dibuka.

Landing in My Heart! Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang