Pertimbangan Keenan

80 3 0
                                        

Happy Reading....

Pesan terakhir-Lyodra

Pergilah jika itu membuatmu nyaman, tapi tolong kembali walau bukan aku alasannya

~Anak Bulannya Jay

----‐---------

"Ekhm Keenan." Mamanya membawakan minuman saat dia sedang melamun sendiri diteras.

"Malem-malem gak boleh ngalamun, nanti kerasukan kunti centil." Ucap mamanya bercanda.

Keenan tau mamanya sedang bimbang, dilema bahkan bingung. Dia peka, jadi bukan hal aneh kalau dia tau apa yang dirasakan mamanya saat ini.

"Mama kenapa? Cerita sama Keenan apa lagi yang perlu dikhawatirkan. Papa kan sudah sehat dan sudah pulang dari rumah sakit." Ucap Keenan menenangkan mamanya dengan memegang tangan yang sudah mulai kisut.

"Soal kamu dan Luna, mama takut kalau kalian tidak akan bahagia." Jawab Yoshi, mama Keenan.

"Mama tenang saja, kita pasti bahagia. Keenan jamin!" Keenan berucap begitu seperti tau saja apa setelah ini baik-baik saja dengan kejadian waktu itu dia bersama Olivia.

"Tidak nak. Sebelum kamu memutuskan untuk menikah, coba pahami dulu perasaanmu saat ini. Apakah Luna adalah tujuanmu atau hanya untuk melanjutkan hidup setelah hubunganmu dengan Olive kandas?" Benar kata mama, apa dia benar-benar menginginkan Luna sebagai pelengkap hidupnya.

"Kamu tau kan bagaimana latar belakang, emosi, bahkan tentang kehidupan Luna. Dia broken home. Hidupnya akan lebih menyedihkan kalau mendapat seseorang yang tidak benar tulus mencintainya." Sambung mamanya. Ucapan mama barusan menyadarkannya bahwa selama ini mamanya tidak mendukung hubungannya dengan Luna.

"Tunggu dulu ma, apa selama ini mama pura-pura setuju dengan hubungan kami? Jawab jujur ma!"

"Iya Keen mama gak pernah setuju kamu dengan Luna. Karena mama tau anak mama ini hanya cinta dengan Olivia sampai waktu itu kamu ngelakuin itu dengannya. Tapi kalau keputusanmu tetap bersama Luna, mama akan tetap bahagia." Mamanya pamit masuk ke dalam meninggalkan banyak pertanyaan dan kebingungan diotaknya.

Dalam lamunan, seseorang duduk dikursi tempat mamanya duduki tadi. Matanya tidak pernah lepas memandangnya seperti orang tidak tau arah.

"Keenan." Keenan mendengar Sekar mendengus. Nafasnya seperti orang yang sedang menghadapi masalah besar. Dia yakin sahabatnya itu khawatir akan dirinya.

"Loh bukannya tadi pamit mau pulang?" Tanya Keenan.

Yang ditanya hanya diam, "ada apa?" Tanya Keenan lembut.

"Gue bingung mau sedih, khawatir, atau mau gebuk lo saat ini sih Keen." Sekar memandang lekat pria yang sudah jadi sahabatnya sejak TK.

"Maksudnya?"

"Lo mainin perasaan Luna itu sudah termasuk mencederai hati gue sebagai perempuan Keen. 4 tahun termasuk lama dan tiba-tiba saja saat pernikahan di depan mata, gemuruh seolah menghancurkan semua rencana itu. Ngasih jatah mantan dan lupa- ah sudah lah." Sekar menjabarkan sedikit luka yang dia rasakan seorang Luna.

"Sekarang coba lo ngaca dikaca yang gede kalau perlu di studio balet atau dance atau studio zumba sekalian. Tanyain sama diri lo sendiri maunya sama siapa. Salah pilih nyeselnya seumur hidup, apalagi kecatat didokumen negara dan ngubah status jadi duda. Mikir!" Sekar kesal dan ingin mengacak-acak muka sahabatnya yang malah planga-plongo mendengar serapahannya.

Sekar beranjak dari tempat duduk yang terbuat dari anyaman bambu estetik itu.

"Mau kemana Kar?" Tanya Keenan saat Sekar sudah menjauh dari hadapannya.

Landing in My Heart! Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang