Happy Reading.....
●
●
●
●"Jeruk?" Luna dikagetkan dengan kehadiran Jay yang muncul dihadapannya sambil menjulurkan buah jeruk kesukaannya. Dan Luna menerima buah berwarna oranye itu kemudian meletakkan di dalam tas.
Sudah sejak café buka Luna merenung di meja nomer 17 sambil menyelesaikan pekerjaannya yang memiliki deadline 2 bulan saja.
Jay meletakkan pantatnya di kursi depan Luna, dalam keadaan yang masih canggung dia bingung ingin memulai pembicaraan. "Kenapa gak dimakan jeruknya?" tanya Jay mencoba mencairkan suasana.
"Buat makan dirumah. Siapa tahu Zahra minta." Jawab Luna cuek dan pandanganannya sibuk kearah laptopnya.
"Ekhm ekhem, hueekk." Luna reflek mendekat ke sahabatnya sambil memukul punggung Jay dengan kencang. Awalnya dia ingin berdehem agar mengalihkan perhatian Luna tapi malah tersedak dengan liurnya sendiri. "Hehe. Kesedak aja kok."
Luna melepaskan tangan dari punggung Jay dan memukul lengannya pelan.
"Gak usah buat orang khawatir dong." Luna cemberut. Dia membereskan laptop dan kertas-kertas yang sudah ada desain sebuah ruangan.
Luna melipat kedua tangannya diatas meja lalu pandangannya menatap Jay lekat. "Kenapa? Cerita."
"Nanti malam mau gak temani gue ke restoran buat dinner service?" Jay memohon dengan wajahnya dibuat melas.
Luna seolah berfikir sembari menimbang-nimbang, "Ikut gak ya?"
"Pliss."
"Okay gue temani deh." Jay tidak mimpikan? Luna mau diajak. Jay bersorak lalu pergi menuju ke dapur café meninggalkan Luna yang terheranan dengan tingkah konyol sahabatnya itu.
Dia kembali mengambil kertas-kertas yang tadi dimasukkan dalam tas kemudian menelisik 7 desain ruang. Sedari kemarin mencoba memikirkan konsep apa yang akan dibuat untuk hotel baru yang akan dibangun bersama Bara. Bara sendiri juga sedang mencari inspirasi. "Gue bikinin es teler dan sosis bakar." Jay ternyata dari dapur membuatkan menu special ini dan Luna mengucapkan terima kasih lalu memakan es yang diserut dipadu dengan potongan buah alpukat, kelapa muda dan sebagainya. Rasanya lumer di mulut.
"Gue temenin ya." Ucap si Jamet meminta persetujuan. "BTW ngapa dah lo diem bae?" tanya Jay. Sedari pagi memang Luna hanya diam didepan layar laptop dan kadang mengoret-oret kertas lalu dibuang.
"Gue kehabisan ide tau. Ada proyek besar buat hotel di Bali." Luna menumpukan dagu ke lipatatan tangan.
"Sebenarnya inspirasi ada dimana aja, bahkan didepan lo pun ada. Hanya saja lo gak menyadarinya aja. Kayak-" Jay menghentikan perkataannya. Dia tidak ingin lagi gegabah, salah omong, takut jika dia akan kehilangan Luna kembali.
"Vano kan maksud lo?" Sambung Luna sendiri. "Apaan dah, gue juga belom selesai ngomong." Jawab Jay salah tingkah.
"Maksudnya itu kan di depan lo ada es teler, ada sosis bakar kenapa lo gak cari inspirasi dari itu?" Luna mengamati es teler yang masih setengah.
Luna diam lalu di dalam otak seperti banyak ide yang beterbangan. Dia berdiri menghampiri si jamet lalu memeluknya erat. "Thank you, Jametkuh." Ucap Luna berbisik di telinga.
*****
Sore ini Luna mengantar Bara ke airport, dia akan menuju ke Bali untuk mengecek lokasi dan Luna disuruh untuk membawa mobilnya sementara saat dia ke Bali. Dia bersama Alice juga.
"Udah ah peluknya!" Alice menyuruh pria itu untuk melepaskan pelukannya. Kemudian gantian Luna yang memeluk Bara. "Stay safe, dan semoga lo bisa ketemu gue lagi ya." Canda Luna masih setia didekapan Bara.

KAMU SEDANG MEMBACA
Landing in My Heart!
General FictionNamanya Keenan Barry, seorang pilot kesayangan Luna. Bukan super hero tapi seorang kapten pilot yang mengendarai sebuah pesawat terbang. Nyatanya hubungan bukanlah hal mudah yang ia lalui saat ini karena memperjuangkan perasaannya demi seorang kapt...