TAKUT

65 3 1
                                    

Happy reading.....

Keenan Barry, memfokuskan pandangan pada jalanan sambil memikirkan ucapan ibu dari Luna kalau dia akan di lamar oleh cowok yang tiba-tiba datang dan menyampaikan sebuah maksud. Walaupun begitu jelas Keenan merasa tidak akan ikhlas. Yah, dia egois mengharapkan Luna tapi tidak mencintainya. Dan tadi percakapannya dengan Luna membuatnya berfikir sejenak.

Flashback on

"Aku ingin mengatakan sesuatu, Luna." Ucapnya.

"Kamu mau menikah denganku?" sambung Keenan dengan menatap intens mata kekasihnya sambil membuka beludru merah dan mendekatkan di depan Luna.

"Apa kamu sudah bisa mencintaiku Ken?" tanya Luna dengan mata yang mengharapkan yang mungkin tidak akan pernah dia dapatkan.

Keenan bangkit dari duduknya dan menutup beludru merah yang berisi cincin yang sebelumnya adalah milik seseorang. Dia harus menyiapkan mental untuk mengatakan hal ini.

"Aku tidak ingin kehilangan kamu Lun, dan ajakan menikah ini karena aku tidak mau kamu memilih laki-laki pilihan orang tuamu." Jawabnya tanpa berani memandang kekasihnya yang ada disamping. Sangat egois.

"Itu saja?" dia tidak menatap Keenan sedikitpun bahkan saat ini hanya memainkan tusuk bakso bakar dan di goreskan di atas pasir pantai. Buat apa kaget, toh emang tujuan dia dijadikan Keenan hanya untuk ini kan?

Dia menghembuskan nafas yang terdengar berat, "jadi alasanmu hanya itu. aku kira kamu sudah mencintaiku Ken." Terdengar nada kecewa dari pemilik mata indah berbulu mata lentik. Siapa sih yang tidak sedih dan kecewa diberi harapan tapi dijatuhkan.

Sudah menjadi resiko Luna mau berhubungan tanpa dicintai, baginya cukup diperhatikan saja sudah menjadi kebahagiaan. Tapi dia lupa kalau tidak semua yang menjadi bahagianya akan selalu ada.

"Maaf, namun jangan memaksa, aku tidak bisa membuka hati lagi selain untuk Olive." Jawab Keenan lembut tanpa mengerti perasaan perempuan sampingnya. Luna memendam rasa kecewa dan juga air mata yang memaksa untuk turun ke pipi mulusnya.

"Bukan tidak bisa Keenan, tapi belum bisa. Kalau memang tidak bisa, jangan memaksa aku buat selalu ada disampingmu." Luna mengusap air matanya dengan kasar. Melempar pasir pantai hingga beberapa bulir mengenai matanya.

Dia berdiri dan mengacungkan telunjuk kearah pacarnya tersebut. "Dan ingat ya Keenan Barry, jangan pernah ucapin nama perempuan itu lagi!" Luna pergi meninggalkan Keenan yang menatap cincin di dalam beludru.

Flashback off

Keenan pusing memikirkan Luna dan ada ketakutan yang dalam karena orang tua Luna dengan gencar ingin menjodohkan dengan anak temannya.

"Nan makan dulu mama sudah masakin buat kamu." Mama dari Keenan membuka pintu kemudian mengusap pipi anaknya yang sedang sibuk memikirkan Luna.

"Ma aku ingin melamar Luna secepatnya." Memang jika Keenan berbicara akan membuat pendengar merasa ambigu dengan perkataannya.

"Papa anakmu pingin kawin." Teriak mamanya heboh bahkan papa merasa jantungnya berhenti berdetak karena mendengar yang diucapkan oleh istrinya.

Bukan tanpa alasan mereka terkejud dan senang mendengar anaknya ingin menikah karena dia pernah bilang tidak akan ada yang menggantikan Olive di dalam hatinya.

"Mama bahagia tapi juga takut kalau kamu melakukan semua ini hanya sebagai keegoisan kamu saja. Luna punya hati tulus yang tidak boleh kamu sakiti Nan, hukum karma ada loh!" Keenan diam mencerna kalimat yang diucapkan mamanya dan semua itu memang benar karena dia tidak mau kehilangan Luna sebagai pengganti Olive di sampingnya bukan di hatinya.

Landing in My Heart! Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang