Happy Reading.....
•
•
•
•
•
Jay La Café menjadi sebuah tempat awal kesuksesan dari kedua sahabat yang saat ini sedang duduk santai sambil menikmati segelas Frappe Cofe berupa es kopi yang diatasnya terdapat buih dan dibuat dengan cara di blender.
“Café udah jalan hampir 8 tahun terus 3 tahun dari jalannya café ini adalah gue sama Keenan pacaran dan tiba-tiba minggu depan gue dilamar 2 cowok.” Jay menatap perempuan yang sedang galau dengan keadaan.
“Galau amat neng. Dibuat santai aja, kasihan otak lo kebanyakan mikir ntar.” Luna terpaku dengan Jay yang mengusap kepalanya.
Dia memeluk Jay karena rasa aman yang Jay berikan, walaupun sahabatnya sering bertingkah konyol dan bar-bar. Luna tidak bisa membayangkan kalau sahabatnya ini tidak akan pernah muncul dihidupnya kembali, apa yang akan terjadi?
“Jamet gue ternyata udah dewasa ya. Nikah gih takutnya kelamaan.” Tawa Luna sudah kembali.
“Ntar aja, biaya nikah mahal. Gue masih nabung nih.” Jawabnya.
“Yah kita gak bisa liburan ke Jepang dong ke Hokkaido buat ngerayain sahabatan kita 1 dekade kalau tabungan lo buat nikah.” Terlihat jelas wajah kecewa Luna.
“Yaelah naks bul kalau itu wajib ke sana lah dan kalau itu sudah gue sisihin di tabungan lain.” Jawab Jay dan dengan ringan tangannya dia sering sekali memukul lengan Luna.
Luna membayangkan bagaimana bahagianya istri Jay nanti diperlakukan manis setiap hari. Dirinya saja merasa paling beruntung memiliki sahabat seperti Jay, penampilan jamet tapi hati seperti malaikat.
&&&&&
Malam ini Jay tidak bisa hadir ke restoran katanya sih sakit kepala maka Luna akan jalan ke butik milik teman SMP karena dia ingin merombak butik tersebut menjadi lebih elegan. Bahkan saking enaknya ngobrol mereka lupa jika jam sudah menunjukkan pukul 12 malam.
Beberapa kali dia menghubungi ayahnya tapi tidak aktif begitupun mamanya. Ingin meminta jemput Jay ataupun papanya tapi tidak enak kalau saja ini tidak tengah malam pasti sudah pesan ojol.
“Luna lo bodoh sekali ditawari pak Mahmud balik bareng gak mau.” Merutuki kebodohan adalah jalan ninjanya saat ini. Padahal temannya tadi menyuruh sopir untuk mengantar dia pulang.
Jam 2.56 dirinya sampai ke rumah dengan jalan kaki dan kakinya seakan ingin melepaskan diri dari tubuhnya. Langkahnya terhenti di depan kamar ortunya karena mamanya barusan keluar dari kamar lalu menghadang dan menanyakan hal yang sensitif bagi kebanyakan para wanita.
“Are you oke?”
Wanita umur 48 tahun memeluk anak yang dia besarkan dengan tangannya sendiri karena melihat Luna yang menangis.
“Jangan jodohin aku sama Vano ya ma.” Pintanya. Namun mamanya menjawab dengan gelengan mengisyaratkan jika permintaannya ditolak.
“24 tahun Luna hidup sekalipun rasanya tidak pernah menggeleng ataupun bilang tidak untuk semua apa kata dan keinginan mama. Tapi aku sekali aja dimengerti ma kalau aku mencintai Keenan bukan orang baru seperti Vano.”
Seolah tidak ingin mendengar apa yang menjadi keinginan anaknya dia masuk kedalam kamar meninggalkan Luna didepan yang masih menangis memohon untuk didengarkan permintaannya.
“Luna sudah mengijinkan mama menikah sama ayah dan bahkan dulu mama sampai memohon untuk aku setuju papa mama cerai dan aku iyakan merelakan keutuhan keluarga Luna. Sekarang aku ingin mama melakukan apa keinginan Luna sekali ini saja.” Luna masih berdiri di depan pintu kamar ortunya masih dengan mengetuk pintu agar mamanya mendengarkan satu permintaannya itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Landing in My Heart!
General FictionNamanya Keenan Barry, seorang pilot kesayangan Luna. Bukan super hero tapi seorang kapten pilot yang mengendarai sebuah pesawat terbang. Nyatanya hubungan bukanlah hal mudah yang ia lalui saat ini karena memperjuangkan perasaannya demi seorang kapt...
