Pertemuan

54 3 1
                                        

Happy Reading...



"Good night Luna. Queen don't need a king!" Luna tersenyum setelah Bara mengakhiri percakapannya secara sepihak.

Dia sudah menyiapkan segala pertanyaan yang akan dia lemparkan kepada pria itu. bagaimana dan apa yang harus dilakukan saat move on. Hihi.

"Lun kenapa lo disini?" dengan mata yang setengah terbuka Alice duduk di kursi samping hingga beberapa kali terlihat menguap. Dari tadi dia mencari keberadaan Luna ternyata ada di taman belakang rumah.

"Barusan gue vidcall sama Bara. Lo besok mau ikut gak wawancara sama dia." Ujar Luna senyum-senyum sendiri.

Alice mengernyitkan dahinya, "wawancara apa?" tanyanya. "Kiat-kiat move on cepat tanpa sakit."

"Ma-u." mulutnya menguap lebar dan ditutup oleh Luna agar tidak ditertawai setan. "Masuk yok. Gak takut apa jam 12 malam sendirian disini?" Luna mengangguk.

Belum sampai sini, Luna kembali membuka email yang belum sempat dia cek dan ternyata ada nama dari semua orang yang dia rindukan terutama mamanya.

Air matanya meluncur dengan mudah di pipi mulus. Disana tertulis jika mamanya sudah melahirkan dan bayinya premature. Terlihat di tanggal pengiriman pesan 10 hari yang lalu. Lalu ada dari Jannah yang memintanya untuk pulang dan segera membuka wa nya. Memang sebulan ini dia memakai nomer lain untuk melupakan semuanya dan memulai hidup baru.

"Lis."Alice hanya membalasnya dengan deheman. "Adek gue udah lahir." Jelasnya.

"What the-." Alice langsung bangun dengan mata dan mulut menganga lebar karena kaget dengan pemberitahuan temannya itu.

"Lo 25 tahun dan adik lo baru lahir? Kalau gue mah udah marah sama mama. Malu pasti." Alice tidak habis pikir dan kepalanya menggeleng seakan dia yang berada di posisi Luna bahkan sampai seserius itu dia memikirkannya.

Luna tersenyum gak bisa bayangin kelakuan teman yang satu itu, "lo kan cuma ngelihat gue yang ngejalanin. Chill bro."

Karena ini hari jumat maka kantor pulang jam 3 sore, maka dia sudah membawa barang-barang di mobil Bara. Mengapa harus Bara? Karena Luna maupun Alice tidak punya mobil dan jika ingin memakai uang sendiri, dia tidak punya uang. Habis untuk biaya healing dan biaya makan sehari-hari di Alice memang over.

Luna menarik dan menghembuskan nafas pelan, mecoba tenang dan berprasangka baik jika nanti akan baik-baik saja. "Masuk!" teriak Bara dari balik setir.

"G-gue gak siap guys. Ra-rasanya takut dan gelisah." Ucap Luna terbata. Alice dari belakang mengusap bahu si empu dan memberinya minuman agar segera tenang.

Mereka diam sejenak menunggu Luna tenang dari gelisahnya. "It's oke. Gue udah tenang. Jalan Bar!" Bara hanya mengangguk dan mulai menyetir dengan bekal google maps yang diberi Luna.

Pikirannya bertanya mengapa wanita disampingnya seperti mengalami kecemasan berlebihan atau bahasa lainnya Anxiety. Apa pernah mengalami trauma atau sebagainya namun dia tidak dapat mengajukan pertanyaan itu sekarang.

"Lun kok rumah lo rame banget? Tetap masuk atau puter balik?" tanya Bara. "Huss jauh-jauh dari kantor malah balik. Nih orang sepertinya juga introvent, takut keramaian." Cibir Alice. Tapi Bara dengan ringan tangan langsung menabok bibir merah Alice dan tingkah mereka lumayan menghibur bagi Luna.

Dan Luna tetap menyuruh masuk mungkin saja yang ada di dalam adalah orang yang menengok anak dari mama dan ayah tirinya. "Makasi Bar."

Bara membantu menggeret koper Luna sedangkan Alice misuh sendirian dibelakang karena tas yang berisi pakaian tidak dibawakan sekalian. "Kampret ya lo." Protes Bara karena pundaknya di pukul dengan tas jinjing Alice.

Landing in My Heart! Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang