Nara sudah selesai siap-siap, seperti yang di bilang Rain tadi siang, malam ini mereka akan pergi menghadiri undangan dari kepala Desa. Nara beranjak menemui Rain yang sudah menunggunya di bawah sejak tadi. Yahh memang rata-rata laki-laki lebih cepat dandannya.
"Aku sudah siap, ayo" seru Nara.
Rain menoleh melihat penampilan Nara. Saat ini Nara mengenakan dress berwarna peach sangat serasi dengan kulit putihnya, hanya saja dress itu cukup terbuka dengan panjang hanya setengah paha dan atasan dress tanpa lengan.
"Kita gak akan pergi dengan pakaian kamu yang seperti itu" tegas Rain dengan sedikit menelan ludah.
"Memangnya kenapa? Dress ini terlihat cantik" Gumamnya.
"Kita hanya ke acara ulang tahun Nara, bukan pesta" Rain sedikit kesal. Iya dia kesal, kenapa Nara harus mengenakan baju terbuka seperti itu, di sana sudah pasti banyak tamu undangan pria karena pak Amir termasuk orang penting di daerah ini. Jika Rain saja tertarik dengan penampilan Nara, Bagaimana laki-laki lain di acara itu. Itu jelas tidak boleh terjadi.
"Lalu aku harus pakai baju apa? Aku tidak punya gaun panjang yang bagus"
"Ayo kembali ke kamar, aku yang pilihkan bajunya" Ucap Rain menarik tangan Nara menaiki tangga menuju kamar Nara.
Rain membuka lemari Nara dan memilih-milih baju Nara di sana yang menurutnya cocok. Setelah mencari sekitar 10 menit lamanya, akhirnya Rain menemukan satu setel baju yang menurutnya bagus untuk Nara.
"Ini, ini bagus untukmu" Ucapnya seraya menyodorkan sebuah dress longgar dengan panjang setengah betis dilengkapi dengan cardigan rajut yang lumayan tebal.
Nara menoleh pada Rain tak percaya, benarkah Rain menginginkannya memakai baju ini. Bahkan Nara menggunakan baju itu saat dia akan pergi ke kebun strawberry, karena ayahnya pernah bilang Rain punya kebun strawberry. Dan sekarang Rain menyuruhnya mengenakan baju itu untuk pergi ke sebuah acara pesta ulang tahun, apa Rain bercanda?.
"R-rain ini, baju ini bahkan tidak cocok di pakai ke acara ulang tahun"
"Tapi pakaian ini lebih baik dari yang kamu pakai itu" Kekehnya.
"Rain aku gak mau, aku akan terlihat norak mengenakan pakaian ke acara l seperti itu"
"Cepat pakai, aku tunggu di luar" Ucapnya tak terbantahkan.
Nara menggertakan giginya dan mengepalkan tangannya kesal. Nara mengalah dia kembali menghampiri Rain dengan baju yang tadi Rain pilih. Rain kali ini tersenyum senang melihat Nara mengenakan baju itu. Kalau begini, Nara aman dari tatapan kurang ngajar laki-laki lain.
"Baiklah, ayo" Ucapnya, Nara mengekori dari belakangnya dengan mendumel yang masih didengar jelas oleh Rain.
°°°
Mereka tiba di rumah pak Amir, dekorasinya bisa di bilang sangat bagus untuk ukuran sebuah acara di pedesaan seperti ini, terlihat di sana seorang gadis cantik kira-kira dua tahun lebih tua dari Nara tengah mendapat ucapan selamat dari tamu-tamu undangan. Sepertinya itu anak kepala desa yang di bilang Rain yang saat ini tengah ulang tahun dan acara ini juga termasuk perayaan keberhasilan bisnisnya di usia muda.
Seorang laki-laki paruh baya menghampiri mereka berdua "Hallo nak Rain, terimakasih sudah datang" Ucap laki-laki itu dengan senyum ramah, sepertinya itu yang di sebut-sebut pak Amir.
"Terimakasih juga sudah mengundang saya pak, oh iya kenalkan ini istri saya" Jawab Rain dengan senyum juga.
"Oh hallo" Sapa pak Amir menyodorkan tangan dan di balas Nara.
"Baik silahkan nikmati acaranya, semoga nyaman" Tungkasnya lalu berlalu.
"Bukankah dekornya bagus dan tempatnya nyaman juga untuk ukuran di pedesaan seperti ini kan?" Ucap Rain, sementara Nara sibuk mengelilingkan pandangannya pada sebagian orang-orang yang menatapnya aneh.
Tidak lama seorang gadis cantik dengan balutan gaun maroon yang sangat cantik jauh sekali dengan baju yang di pakai Nara saat ini, ini benar-benar memalukan. Tapi tunggu, siapa perempuan ini kenapa dia menghampiri mereka berdua.
"Kak Rain" Sapanya sumringah, "Apa kabar, aku senang bertemu kakak di sini" Ucapnya lagi.
"Kakak? Dia adik Rain?" Batinnya, Tapi setahu Nara Rain anak tunggal Dion.
"Aku baik, bagaimana denganmu? Aku juga senang bertemu denganmu" Jawab Rain membalas senyum gadis itu. Nara menatap mereka bergantian.
"Aku baik juga, aku merindukanmu kak" Ucap gadis itu, kali ini mata Nara melotot karena melihat gadis itu memeluk Rain.
Terlihat sekali raut canggung di muka Rain, kemudian melepas pelukannya. "Bagaimana dengan nenek?" Tanya Rain setelahnya
"Nenek juga alhamdulillah baik"
"Syukurlah, aku akan segera mengunjunginya"
Gita tersenyum "Itu bagus, nenek pasti sangat senang"
Gita adalah anak dari Hendri orang yang di beri kepercayaan oleh Dion untuk mengurus kebun strawberry dan kafenya di sini, selain itu istrinya Hendri juga di minta untuk mengurus nek Lani-ibunya Dion. Hendri bersama keluarganya tinggal di rumah nek Lani, mereka sudah seperti keluarga nek Lani sendiri. Bahkan Gita sudah tinggal di rumah itu saat dirinya masih bayi. Dan Rain kenal dengan Gita dari kecil saat Rain sempat tinggal bersama neneknya setelah Anisa meninggal, Rain tinggal di sana beberapa tahun sampai akhirnya dia kembali tinggal bersama Dion.
"Oh iya, ngomong-ngomong kapan kak Rain kembali ke desa ini?
"Beberapa hari yang lalu"
Nara menekuk wajahnya. Bagus sekali, mereka terus saja mengobrol dan bertukar kabar mengacuhkan Nara seolah tidak ada.
"Perempuan di sebelah kak Rain...?" Gadis itu menatap Nara. Yang dibalas satu alis yang Nara yang terangkat.
"Oh iya aku lupa memperkenalkan kalian, Nara kenalkan ini Gita putrinya om Hendri, dan Gita, kenalin ini Nara istriku" Ucap Rain memperkenalkan.
Nara dan Gita saling bertatapan, dan tampak sekali Gita terkejut dengan penuturan Rain. Sementara Nara sedikit senang Rain memperkenalkan Nara sebagai istrinya.
"Oh hi, senang bertemu denganmu Nara" Ucap gadis itu.
"Senang bertemu denganmu juga" Balas Nara dengan dengan tatapan angkuhnya.
"Aku dengar sekarang kamu sudah semester 5" Mereka kembali mengobrol. "Jurusan apa yang kamu ambil?" Lanjut Rain.
"Iya, aku ambil pengacara" Jawab Rain.
"Itu bagus, nanti dia bisa jadi pengacara kamu saat sidang perceraian kita" Celetuk Nara dengan mengangkat sebelah alisnya. Rain menoleh cepat begitupun Gita.
Nara kemudian berlalu menghampiri putri kepala desa itu dan memberikan hadiahnya kemudian beranjak pergi dari sana. Rain juga segera memberikan hadiahnya dan beranjak menyusul Nara.
"Kamu mau kemana?" Tanya Rain setelah mencekal tangan Nara.
"Aku ngantuk, aku akan kembali ke rumah" Ketusnya, Jujur saja ia masih kesal dengan Rain malam ini. Ralat, dia memang selalu membuat dirinya kesal.
"Bahkan acaranya baru dimulai" Ucap Rain.
"Jika kamu ingin tetap disini silahkan, aku bisa pulang sendiri"
"Kamu lucu, jarak dari sini ke rumah kita cukup jauh" Ucap Rain "Baiklah, ayo kita pulang sekarang" Rain berjalan menuju kursi kemudi, tidak mungkin dia membiarkan Nara pulang sendiri, sangat konyol.
See you💜
KAMU SEDANG MEMBACA
AFFAIR (Completed)
General Fiction[21+] Naradira, dia sangatlah ingin membunuh laki-laki di hadapannya, yang tidak lain adalah suaminya sendiri. Kecewa? Sudah pasti. Marah? Tentu saja. Nara sama sekali tidak mentolerir pengkhianatan. Lulus SMA Nara diharuskan menikah dengan Ilham Ra...