Chapter 20|Perawat Ayah Kekasih Suamiku

3.8K 164 5
                                    

Baru dua jam Rain di kantor, tiba-tiba ia mendapatkan telepon dari Nara. Dengan sambil menangis perempuan itu meneleponnya mengadu dan memintanya cepat pulang karena sakit ayahnya kambuh

"Rain cepat pulang, sakit ayah kambuh, aku takut Rain, tidak ada kendaraan untukku ke sana, aku juga tidak tahu harus naik angkutan umum apa hiks" Isaknya tersedu-sedu.

"Baiklah aku segera pulang, kamu jangan nangis lagi ya"

Usai menutup teleponnya Rain kembali ke rumah, tak peduli seberapa numpuk dokumen yang harus dia tanda tangani, yang jelas ia haru menghampiri Nara sekarang.

Sebenarnya Rain bisa saja menyuruh bawahannya untuk menjemput Nara menuju rumah ayahnya, dan dia bisa menuju rumah mertuanya langsung dari kantor. Tapi mendengar isak pilu Nara, tidak mungkin Rain tidak menghampirinya sendiri.

Tiga puluh menit kemudian dia sampai di rumahnya. Nara sudah berdiri di teras rumah bersama Yuni di sampingnya. Perempuan itu tengah terisak, mengusap air matanya dengan punggung tangannya seperti anak kecil.

Rain segera menghampirinya dan membawa wanitanya ke dalam pelukannya "It's oke, sweetie, papah akan baik-baik saja" Rain mengelus lembut kepala Nara. "Ayo, kita segera ke sana"

Sepanjang jalan Nara terus menangis, ayahnya adalah sesorang yang paling berarti dalam hidupnya setelah ibunya meninggal lima tahun yang lalu. Mendengar kabar kondisi ayahnya memburuknya hingga harus di larikan ke rumah sakit, membuat Nara terpukul dan begitu takut akan kehilangan.

Rain melirik ke samping kirinya kepada istrinya yang tak berhenti menangis. Sekilas Rain teringat ketika pertama kali membawa Nara ke rumah Dion, Nara juga menangis seperti itu.

"Kenapa jalan terasa sangat jauh, Rain!" Gerutunya.

"Sebentar lagi kita tiba" Sebelah tangan Rain menggenggam tangan Nara yang terasa dingin.

Di belakang Yuni yang turut ikut juga merasakan ketakutan nonanya, ia juga khawatir namun tak bisa berbuat apa-apa.

🍁🍁🍁

"Bagaimana keadaan papah Dan?" Tanya Nara pada asisten pribadi ayahnya saat dia tiba di rumah sakit.

"Tuan harus melakuakan penanganan intensif, namun kau tidak perlu khawatir, dokter bilang beliau tidak parah" Tuturnya.

Nara menghela napas dan mengusap air matanya "Makasih Dan sudah segera membawa papah ke rumah sakit dengan cepat" Ucap Nara, Dani mengangguk.

"Duduk dulu yu" Rain membimbing Nara menuju kursi tunggu.

Hari beranjak sore, namun tidak ada tanda-tanda dokter keluar dari ruangan dan menemui mereka atau mengizinkan keluarganya melihat keadaannya.

Hingga Nara tertidur di dada Rain dengan Rain yang memeluknya, Nara sudah terlalu banyak menangis hingga matanya begitu sembab. Sampai beberapa saat kemudian seorang perawat menghampiri mereka berdua, memberitahukan keaadaan Ardan.

"Permisi?" Ucap perawat itu.

Rain dan Nara yang terusik menoleh ke arah perawat itu. Rain sedikit tersentak dengan perawat di hadapannya sekarang.

Nara segera berdiri "Sus bagaimana keadaan papah saya? apa saya sudah bisa melihatnya?"

Perawat itu hanya mengangguk. Nara yang sangat khawatir terhadap ayahnya dan sudah sangat ingin melihat keadaannya langsung melarikan kakinya dengan cepat tanpa menyadari bahwa sekarang suaminya tengah bersitatap dengan wanita lain dengan tatapan penuh sirat perasaan.

AFFAIR (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang