"Selamat pagi" Ucapan lembut itu yang terdengar oleh Nara saat dia mengerjapkan matanya dan senyum hangat dari orang itu juga. Nara pun hanya membalasnya dengan senyum.
Ketika menyadari sesuatu Nara langsung menarik cepat selimutnya dan menenggelamkan badannya di bawah selimut itu, sungguh dia sangat malu, saat ini dia masih belum mengenakan apa pun, sedangkan Rain dihadapannya sudah rapih juga rambutnya yang tampak masih basah.
"Kamu mau ke kantor?" Tanya Nara karena penampilan Rain yang sudah sangat rapi.
Rain mengangguk dan sedikit terkekeh melihat Nara yang seperti salah tingkah "Iya bentar lagi, aku nunggu kamu bangun, kita sarapan bareng"
"Um, kamu duluan saja, sepertinya aku perlu banyak waktu untuk mandi" Jawabnya pelan dan kikuk.
"Mau mandi sekarang?" Tanya Rain. Nara mengangguk ragu.
"Yasudah ayo" Lanjutnya.
Nara membelalakan mata "Ah tidak, aku bisa sendiri"
"Maksudku membantumu ke kamar mandi" Ralat Rain.
"Tidak, tidak papa aku bisa sendiri juga, kau bisa pergi sarapan sekarang, nanti aku menyusul" Ucap Nara.
"Nara, sebentar" Rain menghentikan Nara yanah akan turun dari ranjang.
"Ada apa?"
"Ada yang ingin kutanyakan"
"Apa?"
"Apa yang kita lakukan, kamu mau melakukannya, apa itu semua karena kamu sakit hati pacar kamu bersama sahabat kamu?" Rain menatap seriusa mata Nara.
"A-ku memang sakit hati-"
Rain terkekeh miris "Aku sudah menduganya" Ucap Rain mengalihkan pandangannya ke arah lain.
"Ra-in tat-tapi, dengerin aku dulu" Ucap Nara tergagap memegang tangan Rain agar Rain menatapnya tapi Rain tidak bergeming.
"Rain dengerin aku!" Sentak Nara.
"Apa?" Rain menoleh dengan raut jengah.
"Aku memang sakit hati tadi malam karena sahabat aku ternyata bermain api dibelakangku. Tapi di samping itu aku juga memang sudah yakin menyerahkan diriku sepenuhnya padamu, dan aku melakukan itu bukan karena aku sakit hati melihat mereka tapi karena keinginan aku sendiri" Terang Nara menjelaskan, menunduk menautkan jari-jarinya.
Lama Rain diam kemudian ia meraih tubuh Nara dan memeluknya membawa kepala Nara untuk tenggelam di dada bidangnya. Menghirup dalam-dalam aroma rambut Nara. Ia juga tidak mengerti kenapa ia jadi sangat marah jika memang Nara melakukan semua itu karena atas dasar sakit hati oleh laki-laki berengsek itu.
"Yasudah katanya tadi mau mandi" Ucap Rain mengurai pelukannya.
Nara menatap mata Rain "Kamu udah gak marah 'kan" Rain mengangguk kemudian Nara beranjak dari kasurnya. Namun baru saja ingin melangkahkan kakinya tubuh Nara langsung menegang menahan nyeri.
Rain tersenyum menghampiri Nara dan langsung menggendongnya dengan selimut yang melilit di badan gadis itu. Jantung Nara kembali berontak saat ini apalagi melihat Rain yang lagi-lagi tersenyum menatapnya.
"Um disini saja, turunkan aku disini" Pinta Nara saat mereka sudah tiba di ambang pintu.
Rain menuruti permintaan Nara untuk menurunkannya.
"Tunggu dulu di sini, bentar " Ucap Rain lalu masuk ke kamar mandi. Rain pergi untuk mengisi bathtub dan mengatur suhu air panasnya agar Nara byaman.
Tak lama dia kembali lagi "Aku sudah mengatur suhu panasnya, berendamlaj, itu akan mengurangi rasa sakitnya" Ucapnya sembari mengelus lembut kepala Nara yang tampak sedikit kusut.
KAMU SEDANG MEMBACA
AFFAIR (Completed)
Ficção Geral[21+] Naradira, dia sangatlah ingin membunuh laki-laki di hadapannya, yang tidak lain adalah suaminya sendiri. Kecewa? Sudah pasti. Marah? Tentu saja. Nara sama sekali tidak mentolerir pengkhianatan. Lulus SMA Nara diharuskan menikah dengan Ilham Ra...