Tempat yang pertama dia tuju sekarang adalah resort kakaknya, yang jaraknya tidaklah dekat dari Bandung ke sana. Perlu lebih dari setengah jam menuju tempat itu.
Dari kejauhan terlihat Lamborghini terparkir di halaman rumah, itu artinya kakaknya tidak kemana-mana. Apa dia tidak kerja? Sejenak Sarah berpikir. Tapi sudahlah itu tidak penting, yang jelas sekarang dia harus segera memarahi kakaknya yang telah membuat sahabatmya pergi.
Dugh dugh dugh
Bukan tok lagi bunyi ketukan pintunya, tapi dugh karena keras sekali Sarah mengetuk pintu rumah kakaknya bahkan menggunakan kepalan tangannya.
Cklek
Tak lama pintu terbuka, terlihat kakaknya seperti baru bangun tidur. Entahlah hari ini Rain sangat malas untuk pergi ke kantor dia izin untuk cuti satu atau dua hari. Dia perlu menenangkan pikirannya.
"Sarah?" Terlihat raut kebingungan di wajah Rain. "Kenapa sih harus gedebag gedebug mukul pintunya, gak sabar? Kangen banget sama Kaka?" Goda Rain.
Namun yang Rain dapat justru raut masam dari adiknya "Gak usah basa-basi! Kemana Nara?!"
"Nara?" Rain mengerutkan kening "Nara di rumah ayahnya" Jawab Rain sekenanya.
"Rumah ayahnya matamu?! Dia tidak ada di mansion itu kak, Nara pergi!" Sentak Sarah.
"Pergi?" Rain semakin bingung. "Pergi apa maksudmu Sarah, kemarin Nara ada di sana, kemarin kakak ke sana"
"Itu kemarin, sekarang gak ada" Sarah menatap kakaknya tajam. "Emang ya kakak itu berengsek, Nara pasti depresi karena tingkah brengsek kakak, bahkan aku denger dia hampir aborsi kan? Semua itu gara-gara kakak! Gara-gara wanita ular itu juga! Kakak itu gak bertanggung jawab, bisanya ngehamilin aja tapi tanggung jawab enggak!" Napas Sarah memburu, emosinya meluap.
Rain menyugar rambutnya, dia masih bingung dengan adiknya, tapi dia bisa mengambil kesimpulan dari omelan adiknya itu, bahwa sekarang Nara tidak ada dirumah.
Tanpa mempedulikan ocehan Sarah, Rain kembali ke dalam rumah mengambil kunci mobil lalu keluar lagi dan segera memasuki mobilnya.
"Kakak mau kemana, main pergi aja, orang belum selesai ngomong juga" Sarah mengikuti dari belakang kemudian ikut masuk ke dalam mobil kakaknya.
Rain menoleh sekilas pada Sarah, tapi kemudian dia fokus kembali melajukan mobilnya, terserah jika adiknya mau ikut atau mau apa.
Sekitar satu jam mereka tiba di mansion orangtua Nara. Perjalanan memakan waktu lebih lama karena tadi sempat macet.
Tanpa ba bi bu Rain memasuki rumah itu, dikunci memang tapi Rain punya kunci rumah itu juga.
Rain langsung memasuki kamar Nara. Dan benar ketika membuka lemari beberapa baju Nara tidak ada, juga beberapa bingkai foto yang sebelumnya terpajang di meja atau nakas sekarang sebagian sudah tidak ada.
Rain meraih ponselnya untuk menghubungi Nara. Tapi justru terdengar bunyi pensel itu, dan ternyata ponsel itu tergeletak begitu saja di atas kasur, Rain menoleh pada ponsel itu.
Perlahan Rain menurunkan tangannya dari telinganya, duduk lemas di ujung kasur dengan napas yang belum beraturan. "Nara" Gumamnya pelan.
Sarah yang memperhatikan ekspresi kakaknya ikut panik juga "Gimana dong kak? Kemana Nara"
Rain menggeleng "Kakak gak tahu, Nara meninggalkan ponselnya, dia tahu kakak bisa melacaknya lewat ponselnya karena itulah dia meninggalkannya"
"Lalu bagaimana dengan mobilnya? Bukankah kakak juga memasang alat pelacak juga di mobil Nara" Sahut Sarah.
Rain mentap adiknya "Kamu benar Sar, tapi apakah iya dia memakai mobil itu?"
Rain dan Sarah kembali turun menuju garasi mobil. Dan saat tiba mereka semakin bingung. Mobil forsche pink kesayangan Nara masih di tempatnya.
"Sekarang gimana kak?"
Rain tak lagi menjawab, dia memejamkan mata mengurut keningnya sendiri. Bingung dan khawatir, takut juga.
"Kemana kamu Ra, tolong jangan uji aku lagi dengan kehilanganmu. Dibenci olehmu saja sudah membuat aku tersiksa, apalagi jika kamu pergi dari hidupku"-Rain.
KAMU SEDANG MEMBACA
AFFAIR (Completed)
Fiksi Umum[21+] Naradira, dia sangatlah ingin membunuh laki-laki di hadapannya, yang tidak lain adalah suaminya sendiri. Kecewa? Sudah pasti. Marah? Tentu saja. Nara sama sekali tidak mentolerir pengkhianatan. Lulus SMA Nara diharuskan menikah dengan Ilham Ra...