Sorry ya kemarin gak up soalanya tgl merah, kan Thor juga butuh libur😂Dah ah selamat membaca, suka gak suka ya harus suka😁
Hari itu Nara benar-benar dinaungi kesedihan, seolah-olah sebagian hidupnya telah ikut tiada. Nara tahu bahwa sesungguhnya menangisi orang meninggal itu akan memberatkan jenazah, tapi Nara tak sanggup menahan untuk tak mengeluarkan air matanya.
Rain terus berada di samping Nara, memeluk erat istrinya itu, seolah-olah memberikan kekuatan untuknya.
Bukan hanya keluarga Dion saja yang hadir di pemakaman tapi keluarga Rain dari pihak Fahmi dan Syakia juga hadir, adik tiri Rain-Shafa juga hadir di sana.
Acara secara keseluruhannya selesai hampir mendekati waktu Zuhur dan tamu-tamu yang melayat juga mulai pulang dari rumah Ardan.
🍁🍁🍁
"Rain, dimana istrimu?" Tanya Syakia pada Rain.
"Mungkin di kamarnya, Umma"
"Bolehkah Umma menemuinya?"
"Tentu saja" Rain tersenyum.
Syakia segera menaiki tangga menuju lantai dua menemui Nara di kamarnya.
Tok tok tok
"Masuk" Terdengar suara serak dari dalam.
Syakia membuka pintu kamar itu dan terlihat Nara tengah duduk di pinggiran kasur memeluk foto ayah dan ibunya.
Nara sempat menoleh dan sempat bingung dengan wanita cantik yang tengah berjalan ke arahnya itu dengan senyuman hangat. Dia kemudian duduk di samping Nara dan mengelus lembut kepala Nara, dan Nara masih dengan wajah kebingungannya.
"Yang ini pasti ayah kamu, lalu yang ini apakah dia ibumu?" Ucap Syakia menunjuk foto dua orang di bingkai itu. Dan dengan perlahan Nara mengangguk.
"Bibi siapa?" Tanya Nara bingung.
Masih dengan mengusap rambut Nara, Syakia tersenyum "Ibunya Rain, berarti ibumu juga"
Nara mengerutkan kening "Bukankah ibu kandung Rain sudah meninggal? Dan ibu tirinya adalah mamih Amira?"
Syakia tersenyum lagi "Iya, tapi aku juga sempat menjadi ibu tirinya"
Nara masih menampilkan wajah bingung, dengan ragu Nara bilang "Apa bibi adalah Syakia yang selalu Rain panggil Umma?" Tebak Nara.
Syakia mengangguk dan tersenyum "Iya, Ilham pernah cerita?"
Nara mengangguk "Sering, dan kenapa Umma memanggilnya Rain dengan Ilham?"
"Dulu Rain dipanggil Ilham ketika kecil, tapi semenjak dia tinggal bersama ayahnya di jadi dipanggil Rain, hingga sekarang" Ucap Syakia, Nara mengangguk cantik.
"Umma sangat cantik" Puji Nara tersenyum di sela-sela air matanya.
"Kau juga, pantas Rain sangat mencintaimu"
"Terimakasih, Umma" Nara tersenyum malu.
"Kamu boleh bersedih sayang itu wajar, tapi jangan berlebihan, akan lebih baik jika kamu mendoakan ayahmu, karena tidak ada yang lebih baik daripada doa anak Sholeh yang senantiasa mendoakan orangtuanya"
Nara langsung memeluk Syakia setelah dia menasehatinya. Ia seperti melihat sosok ibunya dalam diri Syakia. Dulu Clara ibunya juga sangat lembut seperti Syakia, sepertinya Nara akan lebih dekat lagi dengan Syakia.
🍁🍁🍁
Sudah satu minggu setelah ayahnya meninggal, Nara kembali bersama Rain ke mansionnya di resort itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
AFFAIR (Completed)
General Fiction[21+] Naradira, dia sangatlah ingin membunuh laki-laki di hadapannya, yang tidak lain adalah suaminya sendiri. Kecewa? Sudah pasti. Marah? Tentu saja. Nara sama sekali tidak mentolerir pengkhianatan. Lulus SMA Nara diharuskan menikah dengan Ilham Ra...