1 Minggu setelahnya kondisi Ardan semakin membaik, dia sekarang mulai kembali ke ruang kerjanya. Dia sudah mulai bekerja lagi sekarang dari rumah.
Dua hari yang lalu, Nara di kabari oleh Ranti bahwa keadaan ayahnya sudah membaik dan disitu Nara langsung jingkrak-jingkrak karena senang.
Hari ini Ardan memanggil Dani sang asisten ke ruangannya. Tanpa menunggu lama Dani sudah menghampiri Dani dengan menjinjing tas hitam kecil.
"Duduklah Dan, kita bicara santai saja" Sambut Ardan.
"Terimakasih tuan Ardan" Dengan sopan Dani duduk di kursi sebrang Ardan.
"Jadi apa yang kau dapatkan selama 3 bulan mengawasi putri dan menantuku?" Tanya Ardan setelah menyesap teh hangatnya.
Sejak awal pernikahan Nara dan Rain, Ardan memang selalu mengawasi mereka melalui beberapa orang suruhannya. Bukan karena apa-apa, Ardan tidak mencurigai apa pun, ia melakukan itu karena tahu bahwa dulu putrinya itu sangat membenci suaminya, jadi dia ingin tahu apakah Nara masih tetap membenci Rain dan tidak bahagia karena itulah Ardan menyuruh orang-orangnya mengawasi mereka selama tiga bulan ini. Namun mendengar penuturan Nara waktu itu, bahwa dia kini mencintai Rain jadi Ardan menghentikan pengawasannya.
Dan hari ini Ardan meminta hal-hal yang di dapatkan anak buahnya selama 3 bulan itu.
"Maaf tuan, saya sangat ragu untuk memperlihatkan hal-hal yang didapatkan selama mengawasi putri dan menantu anda" Ujar Dani.
Ardan mengerutkan kening keriputnya "Ada apa Dani? Cepatlah berikan padaku, aku ingin melihatnya"
"Tapi tuan, saya takut anda..."Dani menggantungkan kalimatnya.
"Cepatlah Dan"
Kemudian Dani memberikan sesuatu dari dalam tas itu dengan berat hati. Sesuatu di dalamnya berupa beberapa lembar foto Rain juga Nara. Dari mulai Nara yang bertemu Revan, Nara yang saat itu terperosok karena ulat bulu, Nara yang saat itu pergi ke Ranca Upas bersama Rain, saat Nara pergi ke rumah nenek Rain. Semua itu ada di dalam foto-foto yang Dani bawa.
Ardan tersenyum melihat beberapa foto Nara yang terkesan lucu dan senyum bahagia dari putrinya itu saat di ajak pergi ke tempat rusa bersama Rain. Tapi perlahan senyum Ardan memudar kala melihat foto Rain bersama wanita lain.
Di dalam foto itu terlihat Rain sedang bersama wanita di salah satu hotel ternama di Indonesia, lalu foto Rain yang tengah memeluk dan mencium wanita itu di lorong rumah sakit, yang terakhir adalah foto Rain mencium kepala wanita itu di dekat tangga, tangga rumahnya. Dan parahnya wanita itu adalah sang perawatnya. Rahang Ardan mengeras, tangannya mengepal erat, Ardan memegang kepalanya yang berdenyut keras dan sebelah tangannya yang memegang foto itu bergetar hingga foto-foto itu terjatuh.
Mata Dani membelalak terkejut khawatir. "Dani, antarkan aku ke kamarku" Pinta Ardan masih memegang kepalanya, ia tak berkomentar apa-apa tentang foto itu.
Dani dengan segera memapah Ardan menuju kamarnya, inilah yang Dani takutkan. Karena itulah tadi dia ragu untuk memberikan bukti-bukti itu.
"Tuan, apa harus saya hubungi nona Nara?" Tanya Dani setelah membaringkan Ardan di kasurnya.
Ardan menggeleng "Tidak, jangan bilang apa pun pada putriku, dia juga tidak boleh mengetahui hal ini, aku minta kau merahasiakan hal ini darinya"
"Tapi tuan, apakah anda akan membiarkan nona Nara terus dikhianati di belakangnya?"
"Saat itu putriku bilang, dia mencintai suaminya, lalu bagaimana perasaannya saat dia tahu bahwa suaminya bersama perempuan lain? Dia akan sangat terluka, aku tidak ingin putriku menangisi hal itu" Air mata keluar dari sudut mata Ardan, pertanda bahwa kesedihan begitu dalam.

KAMU SEDANG MEMBACA
AFFAIR (Completed)
Ficção Geral[21+] Naradira, dia sangatlah ingin membunuh laki-laki di hadapannya, yang tidak lain adalah suaminya sendiri. Kecewa? Sudah pasti. Marah? Tentu saja. Nara sama sekali tidak mentolerir pengkhianatan. Lulus SMA Nara diharuskan menikah dengan Ilham Ra...