1

7.2K 519 21
                                    

Siang itu, cuaca sangat cerah dan sedikit panas, tapi tak menyurutkan aktifitas semua orang.

Damai, itulah yang dirasakan semua orang meski terdengar suara kendaraan berlalu-lalang.

PRANK

Tiba-tiba jendela di sebuah cafe pecah diterbos oleh seorang pria berpakaian serba hitam.
"KYAAAAAAA" teriak semua pelanggan cafe.
"JANGAN SAMPAI DIA LOLOS" teriak seorang pria bertubuh besar.
.
.
.
Pria berkemeja hitam itu terus berlari terus tanpa memperdulikan darah yang semakin mengalir dari perutnya dan rasa sakit pada tubuh dan kepalanya.
"Ugh hah... hah..." Ia berhenti dan bersandar di sebuah rumah yang terlihat layak gubuk baginya.
"Sialan ggrrhh..." umpatnya menggeram menahan sakit sambil memejamkan matanya.
.
.
.
Seorang gadis berseragam sekolah terlihat berjalan dengan menunduk. Tas sekolahnya yang sedikit usang ia peluk dengan erat.

Saat ia hampir sampai di rumah, ia merogoh kunci dari saku roknya.

Bruk

Mendengar suara dentuman pelan dari sekitar rumahnya, membuat ia sedikit terlonjak kaget.

Ia perlahan berjalan ke sisi kiri rumahnya.
'S-suara apa itu?' batinnya menggenggam erat strap tasnya.

Deg
Bruk

Ia terkejut dan menjatuhkan tasnya begitu saja saat melihat seorang pria tak ia kenali tergeletak tak berdaya di di atas tanah.
"Kami-sama" ia langsung menghampiri pria itu dan duduk berlutut di depan pria itu.

Sedikit rasa takut hinggap dipikirannya kala ingin menyentuh pria itu.
"B-bagaimana ini?" gumamnya menoleh kesana kemari, lalu melihat pria itu lagi.

Tangannya menyentuh pria itu sekali, namun tidak ada pergerakan dari pria itu. Tangannya menepuk dada pria itu dua kali dan merasa basah pada telapak tangannya, ia pun melihat tangannya dan terkejut saat darah menempel pada telapak tangannya.
"K-Kami-sama" ia menutup mulutnya dengan tangan kirinya yang bersih. Ia segera berdiri dan menyeret pira itu dengan susah payah ke dalam rumahnya.

Pria itu kini berbaring di atas futonnya yang tipis di dalam kamarnya yang kecil.

Gadis itu keluar dari kamar mandi setelah ia mengganti seragamnya dengan celana hitam di bawah lutut dan kaos ungu muda. Ia memasuki kamar dan duduk bersimpuh di samping pria itu. Tangannya dengan gemetar membuka kancing kemeja pria itu, wajahnya bahkan terlihat pucat dan mengeluarkan keringat dingin.

Setelah berhasil melepas kemejanya, ia segera mengambil air hanya dan handuk kecil. Perlahan ia membersihkan darah pada tubuh atletis itu dengan sangat hati-hati. Lalu ia mengobati pria itu dan membebat perban pada tubuh itu dengan telaten.
.
.
.
Malam telah tiba, gadis itu sedang memasak makan malam sedikit banyak karena ada tamu tak diundang di rumahnya.

Di dalam kamar, alis mata pria itu mengerutkan hingga akhirnya mengerjap membuka matanya.
"Ugh..." Rintihnya dengan tangan memegang dadanya. Saat merasa tubuhnya dibebat perban, mata hitam segelap malam itu langsung melihat tubuhnya yang diperban.

 Saat merasa tubuhnya dibebat perban, mata hitam segelap malam itu langsung melihat tubuhnya yang diperban

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Matanya mulai menelusuri ruangan sempit itu.
'Dimana ini?' batinnya heran.

Ia mendudukkan dirinya dengan susah payah sambil menahan sakit yang mendera pada tubuhnya, dan memakai kemejanya.

Menenangkan, itu yang ia rasakan saat ia mencium aroma ruangan itu. Ia merogo saku celananya dan mendesah lega saat handphonenya tidak hilang, dengan segera ia mengotak-atik handphone dan menghubungi seseorang.

Setelah menghubungi anak buahnya, ia memakai kemejanya dan berjalan dengan memegang di dinding sebagai alat bantu untuk menopang tubuhnya.
"Sial" umpatnya pelan.

Tuk

Ia melihat seorang gadis membelakanginya tengah meletakkan mangkuk berisi makanan ke atas meja.
"Ahk... A-anda sudah s-sadar?" Tanya gadis itu terkejut saat berbalik untuk melihat kondisi pria itu dan malah mendapati pria itu berdiri dihadapannya.
"Siapa kau?" Tanya pria itu dingin dengan tatapan tajam.

Gadis itu menunduk takut saat melihat tatapan pria itu yang seolah ingin membunuhnya.
"Siapa kau?" Tanya pria itu sekali lagi dengan suara berat.
"A-a-aku H-Hyuga H-Hinata, T-Tuan" jawab Hinata gagap dengan tubuh gemetar takut melihat wajah garang dan tatapan tajam pria itu.
"Dimana ini?" Tanya pria itu lagi.
"A-anda b-berada di r-rumahku, T-Tuan" jawab Hinata tanpa melihat pria itu.
"Apa kau yang merawat dan membebat perban pada ribuhku?" Pria itu tetap menatap gadis bernama Hinata itu dengan tajam.
"H-h-ha'i. A-aku m-melihat a-anda t-terkapar di samping r-rumahku, Tuan" Hinata meremas ujung kaosnya.
"Cih" decih pria itu ingin berjalan keluar, namun langsung dicegah Hinata dengan memegang tangan pria itu.

Pria itu menatap tangan Hinata yang menyentuh tangannya.
"Ah... M-maaf, s-sebaiknya anda makan d-dulu, Tuan" ucap Hinata menjauhkan tangannya.

Tok tok tok

Suara ketukan pintu mengalihkan perhatian Hinata, ia dengan buru-buru membuka pintu, meski ia heran mengapa ada orang yang berkunjung ke rumahnya saat malam begini.

Baru saja ia membuka pintu rumahnya, dua orang pria berpakaian hitam langsung menerobos masuk ke dalam rumahnya, membuat ia terkejut dan semakin terkejut lagi saat melihat beberapa mobil dan orang berpakaian hitam berdiri di depan rumahnya. Ia segera berlari menghampiri pria yang terluka tadi.
"T-tunggu" ucap Hinata berdiri di diantara ketiga pria itu.
"Menyingkir" ucap pria bertubuh besar bersurai hitam dengan luka memanjang di pipinya.
"Siapa kalian? K-Kenapa kalian d-datang ke rumahku?" Tanya Hinata memberanikan diri meskipun ia sangat takut.
"Kami ingin membawa Tuan kami pergi" jawab pria itu.
"Tidak. A-aku tidak yakin k-kalian teman, T-Tuan ini" ucap Hinata tidak percaya.

Sementara itu, pria yang berdiri di belakang Hinata menatap kepala gadis itu dalam diam, membiarkan gadis itu bertingkah mempertahankan dirinya.

Pria bertubuh besar itu mengambil handphone dan menunjukkan foto dirinya bersama pria itu.
"Menyingkirlah" ucap pria itu menyimpan handphonenya kembali.

Hinata pun menunduk dan segera mundur ke samping kiri pria yang ia tolong itu.
"Maaf sudah menunggu lama, Sasuke-sama" ucap kedua pria itu membungkuk hormat pada Sasuke.
"Hn" gumam pria itu dingin.
"Sebaiknya kita langsung kembali, Sasuke-sama. Anda harus segera dirawat" ucap pria dengan luka di pipinya.
"S-sebaiknya k-kalian makan terlebih d-dahulu" ucap Hinata mengangkat wajahnya.

Sasuke memandang wajah Hinata.
'Manis' batinnya.
"Tidak, kami akan langsung pulang. Ini imbalan untukmu karena sudah merawat Tuan kami" pria bertubuh besar itu memberikan segepok uang pada tangan Hinata.

Hinata memandang uang yang ada di tangannya dengan terkejut.
"Tidak. A-aku tidak membutuhkan u-uang ini" Hinata mengembalikan uang itu.
"Kau menolak? Biasanya semua orang tidak menolak uang sebanyak ini" sindir pria itu, membuat Hinata menunduk.
"J-jika k-kalian ingin mengucapkan terima kasih. A-aku akan senang j-jika kalian mau makan m-malam bersama denganku" cicit Hinata.
"Tidak. Tuan kami tidak bisa makan makanan orang asing" ucap pria itu kasar dan sedikit menyakiti hati gadis itu.
"Hn" gumam Sasuke berjalan menduduki bangku meja makan.
"Tapi Tuan-"
"Layani aku" ucap Sasuke memotong ucapan anak buahnya, dan kedua anak buahnya langsung duduk bergabung bersama Sasuke

Hinata yang melihat Sasuke sudah duduk dan mendengar perkataannya, langsung tersenyum lebar.
"Ha'i" ucap Hinata mengambil empat buah piring dan menyendokkan makanan yang ia masak, lalu meletakkannya dihadapan ketiga pria itu dan dirinya.
"Selamat makan" ucap Hinata. bahagia, terpancar dari bibirnya yang tersenyum dan binar matanya.

Saat Sasuke akan menyendokkan nasinya ke mulutnya, salah satu anak buahnya menahan tangan Sasuke.
"Sasuke-sama, tunggu. Kau yakin makanan ini tidak beracun?" Pria itu menatap Hinata.
"Tidak. Ah, a-aku akan makan lebih dulu" Hinata memakan makanannya, setelah tidak terjadi sesuatu dan dirasa aman, barulah mereka makan.
.
.
.
Hinata melambai pada beberapa mobil yang membawa pria yang ia tolong tadi dengan senyum manisnya. Setelah mereka tidak lagi terlihat, senyumnya dan matanya menyendu karena ia kembali merasa sepi.
"Hah... Aku kesepian lagi" gumamnya masuk ke dalam rumah sederhananya.













TBC

When Yakuza Fallin'Love Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang