24

1.6K 145 4
                                    

Semua yang berada di mansion milik Sasuke terlihat begitu bahagia ketika mendengar kabar kehamilan nona muda mereka.

Mikoto dan Fugaku pun yang mendapat kabar langsung bergegas mengunjungi rumah putra bungsunya itu.

Itachi pun langsung pulang setelah rapat selesai. Ia tampak terkejut setelah kejadian mengerikan yang terjadi beberapa saat lalu di kantor, hampir menewaskan dirinya dan yang lainnya karena wanita yang dikabarkan ternyata tengah hamil itu.

Keluarga Uchiha saat ini tengah duduk menatap Hinata dan Sasuke yang tengah mengusap perut datar istrinya dengan senyum tipis menggambarkan kebahagiaannya.
"Jadi, berapa usia kandunganmu, Hinata-chan?" Tanya Mikoto.
"Orochimaru-san mengatakan sudah empat minggu, Kaa-san. Hasil dari dokter kandungan juga sama, Kaa-san" jelas Hinata.
"Syukurlah. Kaa-san benar-benar sangat senang mendengar kabar ini. Kaa-san akan sesering mungkin datang untuk membantumu" ucap Mikoto.
"Hinata, kau tau? Aku benar-benar hampir mati saat kau datang ke kantor menodongkan pistol" Itachi mengungkit masalah pagi tadi.
"Maaf, Itachi-nii. Ini karena si pantat ayam ini tidak mau membawaku makan ramen" Hinata menyindir Sasuke dengan senyum manis terkesan menyeramkan. Sedangkan yang menjadi tersangka menatap tajam pada Hinata karena menyebutnya 'pantat ayam'.
"Kau mengatakan aku apa? Pantat ayam?" kesal Sasuke.
"Tutup mulutmu sebelum ku robek sekarang juga" Hinata berucap datar dengan tatapan dingin, menatap tepat ke onyx Sasuke.

Glek

Sasuke menegak air liurnya susah payah, ia kemudian mengangguk patuh pada istrinya itu.
"Sepertinya calon anakmu akan menjadi penerus Yakuza ini" ucap Itachi asal-asalan.

Hinata langsung menoleh dengan tatapan melotot tajam pada Itachi, membuat pria itu menegang.
"Jika anakku mengikuti jejak pria ini, akan ku pastikan pria itu mati lebih dulu di tanganku. Tidak peduli aku akan menjadi janda. Jika anakku menjadi anak yang baik, aku tidak peduli kehilangan pria ini" ucapan Hinata terdengar bersungguh-sungguh.
"HINATA, APA YANG KAU KATAKAN, HAH?" Bentak Sasuke mendengar perkataan istrinya itu.

Hinata tersentak kaget mendengar bentakan keras itu, ekspresi Hinata yang tadinya terlihat menyeramkan berubah takut menatap Sasuke.
"HUAAAA KAA-SAN" tangis Hinata takut.
"Sasuke-kun, kenapa kau membentaknya?" Marah Mikoto.
"Dia mengatakan hal yang tidak-tidak, bagaimana bisa aku diam ketika istriku salah?" Geram Sasuke.
"Aku tidak mau bicara denganmu hiks..." Hinata menepis kasar tangan Sasuke, berlari menaiki tangga, masuk ke kamar dengan membanting pintu dan menguncinya.
"Ya ampun, Sasu-kun. Hinata-chan tidak mengatakannya dengan sungguh-sungguh, itu hanya karena hormon kehamilannya" Mikoto mendesah frustasi.
"Aku tidak peduli, perkataannya itu sudah kelewatan" Sasuke masih tampak kesal.
"Kaa-san dulu juga mengatakan hal itu saat mengandung dirimu. Tapi, Tou-san mu tidak menganggap serius karena tau itu hanya omongan belaka akibat hormon kehamilan" jelas Mikoto.

Sasuke melirik ibunya dalam diam, tidak ingin menjawab.
"Kau harus membujuknya, jangan sampai membuat dirinya stres atau calon bayi kalian dalam bahaya" lanjut Mikoto.

Ekspresi kesal Sasuke kini berubah khawatir setelah mendengar ucapan ibunya itu.
.
.
.
Siang berganti malam, Hinata sama sekali tidak keluar dari kamarnya untuk makan siang ataupun malam. Ia begitu betah mengurung diri di dalam kamar.

Semua yang ada di mansion benar-benar sangat mengkhawatirkan wanita yang tengah hamil muda itu dan kerena itu jugalah Sasuke berdiri di depan pintu kamarnya yang tertutup sejak sepuluh menit yang lalu.
"Hinata, keluarlah, kau harus makan" ucap Sasuke entah untuk yang keberapa kalinya, tapi tidak ada jawaban dari istrinya itu.
"Hinata" Sasuke mengetuk pintu.
"Aku minta maaf karena membentakmu tadi. Sekarang, ayo keluar. Kau harus makan, kau dan calon bayi kita akan sakit jika tidak makan" Sasuke mulai gusar, ia mengacak surainya.
.
.
.
Sementara Sasuke sedang stres di luar kamar, lain hal dengan Hinata yang duduk di atas tempat tidur menikmati makanan ringan dari keripik hingga cokelat. Bahkan bungkusan makanannya itu berserak di atas tempat tidurnya.

Bukannya tidak mendengar suara suaminya tengah membujuknya, ia masih kesal pada pria itu karena membentaknya. Jadi, ia tidak mau keluar untuk melihat pria itu dan lebih memilih untuk mengurung diri di kamar, tidak lupa menyuruh salah satu anak buah Sasuke untuk membelikannya makanan ke minimarket secara diam-diam.
.
.
.
Perasaan khawatir kini menyeruak ke hati Sasuke, takut terjadi sesuatu Hinata, berjalan menuruni tangga, masuk ke dalam ruang kerjanya, membuka laci dan mengambil sebuah kunci kamar cadangan. Buru-buru ia kembali ke lantai dua.
"Sasu-kun, jangan sampai terbawa emosi" peringat Mikoto menatap anaknya itu.

Cklek
Cklek

Dari dalam kamar, Hinata menatap terkejut ke arah pintu kala mendengar suara kunci yang diputar. Cepat-cepat ia menyimpan bungkus-bungkus makanannya ke bawah selimut, berbaring membelakangi pintu kamar, tidak lupa menutup seluruh tubuhnya dengan selimut, ditemani bungkus makanan.

Sasuke membuka pintu kamar itu, mendapati istrinya bergelung di bawah selimut. Ia segera menghampiri gadis itu.
"Hinata, ayo makan. Ini sudah malam" Sasuke menepuk bahu Hinata pelan.
"Tidak mau" ucap Hinata mengeratkan cengkramannya pada selimutnya.
"Ayo makan" paksa Sasuke yang kini mulai menarik selimutnya sedikit susah.
"Tidak" Hinata bersekeras.
"Ayo makan" Sasuke menarik selimut itu kuat hingga menampakkan Hinata.
"KYAAAA" teriak gadis itu dengan rambut acak-acakkan akibat selimutnya ditarik paksa.

Sasuke tampak terkejut melihat tempat tidurnya yang penuh dengan bungkus dan remah-remah makanan.

Hinata menatap Sasuke dengan kesal.
"KYAAAAA" Teriaknya kuat menuruni tempat tidur, keluar dari kamar, menuju ke ruang makan.
"Ya ampun" Sasuke memegang pelipisnya, tidak habis pikir dengan wanita yang tengah mengandung anaknya itu.

Bagaimana bisa wanita itu makan dengan santai dan mengotori tempat tidur mereka, sementara ia dan seisi rumah tengah khawatir dengan dirinya yang mengurung diri. Benar-benar keterlaluan, pikir Sasuke.
.
.
.
Hinata mendudukkan kasar dirinya di bangku meja makan dengan wajah ditekuk membuat Mikoto, Fugaku, dan Itachi hanya bisa diam karena sudah tahu kalau wanita itu masih kesal pada Sasuke.

Sreett

Mendengar suara bangku disampingnya yang sudah pasti pelakunya ada Sasuke, Hinata langsung memutar duduknya, membelakangi Sasuke.
"Hah... Makan ini" Sasuke menyendokkan nasi, sayur, serta lauk ke dalam piring, meletakkannya ke atas meja di depan Hinata.
"..."
"Hinata, makanlah. Jangan menyiksa dirimu dan janin dalam rahimmu" Sasuke mencoba untuk bersabar melihat istrinya duduk menyamping itu.
"Hinata-chan, makan ya, nak. Ingat, kau sedang mengandung, kau harus makan agar kau tetap sehat, begitu juga dengan janinnya. Kasihan dia tidak makan" bujuk Mikoto.

Mendengar itu, Hinata langsung meluruskan duduknya ke arah meja. Baru saja mereka memegang sendok, ingin menyuapkan nasi ke mulut mereka, namun harus diurungkan karena Hinata meletakkan sendoknya kembali ke atas piring.
"Ada apa?" Tanya Sasuke.
"Aku ingin makan Cinnamon Roll" lirih Hinata menyenderkan tubuhnya ke senderan bangku.

Semua yang berada di ruang makan itu saling memandang.
"Tidak ada toko yang buka di jam segini, Hinata. Besok aku akan belikan untukmu" ucap Sasuke.
"Aku ingin Cinnamon Roll" lirih Hinata lagi.
"Besok kita akan beli, sekarang kau makan ini dulu, oke? Aku mohon Hime" Sasuke mengecup pelipis istrinya itu.
"Apa ingin ku suapi?" Lanjut Sasuke, dibalas anggukan oleh istrinya.
.
.
.
Hinata duduk di atas tempat tidur dengan selimut menyelimuti kaki hingga pahanya, matanya menatap lurus ke arah jam dinding, sesekali kepalanya akan ia miringkan ke kiri dan ke kanan, memikirkan sesuatu.
'Jadi, akhir-akhir ini aku sering mual karena sedang hamil?' batinnya.

Sasuke yang baru keluar dari kamar mandi menatap heran istrinya yang tengah duduk menatap sesuatu. Ia pun ikut melihat ke arah yang dilihat istrinya, mengernyit heran karena tidak ada hal menarik selain jam murahan yang menggantung di dinding, ia kembali melihat istrinya, dan kembali melihat ke arah jam.
"Hime" panggil Sasuke.
"..."
"Hime, kau sedang apa?" Tanya Sasuke duduk di samping Hinata.
"Jangan berisik, aku sedang menghitung detikan jam" ketus Hinata.

Sudut bibir pria itu tampak berkedut mendengar kegiatan dan nada ketus dari istrinya itu.
"Apa jam murahan itu lebih menarik dari pada suamimu ini, Hime?" Sasuke bertanya lirih menatap wajah cantik istrinya.
"Ck, aku ingin tidur" Hinata berdecak kesal, ia membaringkan tubuhnya, menarik selimut hingga menutup hidungnya.
"Hn, oyasumi Hime" ucap Sasuke mengecup dahi Hinata, ia kemudian naik ke tempat tidur, masuk ke dalam selimut, memeluk sang istri.









TBC

When Yakuza Fallin'Love Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang