5

2.7K 338 10
                                    

Tuk
Tuk
Tuk

Suara high heels terdengar memasuki mansion megah dengan langkah tegas dan elegan. Semua maid yang melihatnya menyambut wanita itu dengan penuh rasa hormat.
"Dimana dia?" Tanya wanita itu dengan suara lembutnya.
"Sepertinya di kamar, Nyonya" ucap salah satu maidnya.
"Hn" gumam wanita itu berjalan meletakkan tasnya ke atas sofa, lalu naik ke lantai dua menuju kamar seseorang.

Cklek

Tanpa mengetuk atau mengucapkan sepatah kata, ia membuka pintu kamar itu, masuk ke dalam dan menutupnya kembali. Sedikit helaan nafas keluar dari bibir tipis itu kala melihat seseorang yang ia cari masih bergelut di tempat tidurnya. Ia pun melangkah mendekati dan duduk di pinggiran tempat tidur itu.
"Sasuke-kun, ayo bangun. Bagaimana bisa kau masih tidur saat Kaa-san berkunjung, hm?" Tangannya menggoyangkan bahu Sasuke.

Merasa risih karena terganggu, akhirnya pria itu bangun dan melihat ibunya berada di kamarnya.
"Apa yang Kaa-san lakukan disini?" Tanyanya dengan nada khas baru bangun tidur.
"Apa yang ku lakukan di sini? Memangnya Kaa-san tidak boleh datang ke rumah anak sendiri, hm?" Wanita itu berdiri menyibak selimut yang masih membungkus tubuh anak tampannya itu.
"Bangun dan segera mandi. Temui Kaa-san di ruang kerja, ada yang ingin ku bicarakan denganmu" lanjutnya berbalik pergi dari kamar anaknya.
.
.
.
Sasuke duduk di sofa, tepat menghadap Mikoto sang Kaa-san yang duduk dengan kaki menyilang.
"Ku dengar kau sedang dekat dengan seorang gadis" ucap Mikoto mengambil cangkir berisi teh dari atas meja dan menyeruputnya.
"Hn" gumam Sasuke.
"Gadis yang kau dekati itu... dia masih bersekolah, bagaimana bisa kau tertarik dengan anak seperti itu?" Mikoto meletakkan cangkir itu kembali ke atas meja.
"Dia memang masih sekolah" ucap Sasuke santai.
"Apa kau sudah mengetahui latar belakangnya? Dari informasi yang Kaa-san dapat, dia hanya sebatang kara, asal usulnya tidak jelas" Mikoto menatap mata Sasuke.
"Aku tidak peduli dengan statusnya Kaa-san dan jika Kaa-san hanya ingin menjelekkannya, lebih Kaa-san kembali, aku tidak punya waktu untuk membahas hal yang tidak penting ini" Sasuke berdiri memperbaiki jasnya, berjalan ke arah meja kerjanya.
"Kaa-san hanya tidak ingin kau salah memilih seorang gadis. Baiklah, Kaa-san pergi" Mikoto berdiri, melangkah pergi menuju pintu.
"Jangan berani-berani Kaa-san menyentuh ataupun mendekatinya" nada yang dikeluarkan terdengar dingin, namun sarat akan ancaman.

Mikoto yang mendengar itu hanya bergumam meninggalkan Sasuke.
.
.
.
Hinata baru saja selesai mengantar pesanan, dan ia langsung dipanggil untuk mencuci piring yang sudah menumpuk di wastafel.
"Aku tidak sabar untuk gajian nanti" ucap Kiba meletakkan piring kotor ke atas wastafel.
"Aku juga" ucap Hinata menatap Kiba sekilas dan kembali mencuci.
"Pria yang sering datang ke sini dan berbicara denganmu, apa itu ke kasihmu?" Tanya Kiba blak-blakan.

Mendengar pertanyaan yang tiba-tiba dari Kiba, gadis itu langsung merona menunduk dalam.
"T-tidak. Dia hanya t-temanku saja" ucap Hinata pelan.
"Kau tau? Dia pria yang sangat tampan, kaya, disukai semua wanita dan itu membuatku iri setiap melihatnya. Sayangnya dia seorang Ya-" ucapan Kiba terpotong saat Chiyo memanggilnya.
"K-Kiba-kun, C-Chiyo Baa-san m-memanggilmu" ucap Hinata merona.
"Nanti kita bicara lagi" ucap Kiba melenggang pergi.

Hinata menghela nafas lega karena Kiba pergi. Ia tidak tahan jika pria Uchiha itu diungkit-ungkit terus oleh pria penyuka anjing itu.
.
.
.
Malam telah tiba dan sudah waktunya untuk menutup Cafe, namun seorang wanita datang saat Hinata membersihkan meja.

Hinata menoleh pada wanita itu. Seketika ia terpukau akan kecantikan, keanggunan, keeleganan, dan kharisma yang ada pada wanita itu. Ia menggeleng dan segera menghampiri wanita itu.
"Apa masih ada makanan di tempat ini?" Tanya wanita itu duduk di kursinya.
"Maaf Nyonya. Ini sudah waktunya tutup dan sepertinya makanan sudah tidak ada lagi" Hinata membungkuk maaf pada wanita itu.
"Benarkah? Hah... Kemana lagi aku harus mencari makan dijam segini. Aku sangat lapar" ucap wanita itu.
"U-uhm... Saya akan melihat ke dapur sebentar, apakah masih ada yang bisa Nyonya makan" Hinata segera pergi ke dapur.

Di dapur, Hinata hanya menemukan dua potong pancake yang akan ia bawa pulang. Tapi karena merasa kasihan pada wanita itu, ia mengambil dan meletakkannya ke atas piring, lalu membuat secangkir teh hangat.

Tuk

Hinata meletakkan sepiring pancake dan secangkir teh hangat itu ke atas meja wanita itu.
"Maaf, hanya itu yang tersisa, Nyonya" ucap Hinata.
"Tidak apa" ucap wanita itu.
"Hinata-chan, kemari sebentar" ucap Chiyo mengajaknya masuk ke dalam ruangannya.

Mata wanita itu menatap tubuh Hinata yang masuk ke dalam sebuah ruangan. Ia mengambil beberapa lembar uang ke atas meja setelah selesai memakan pancake dan menghabiskan tehnya dan segera pergi.

Cklek

Hinata membuka pintu ruangan Chiyo dan melihat wanita yang ia tinggal sebentar itu sudah pergi.

Ia berjalan mengambil piring dan cangkir kotor itu, tidak lupa dengan uang yang diletakkan dengan nominal yang tidak sedikit.
"U-uang ini terlalu banyak" gumamnya.

Saat ia akan mendorong kursi ke bawa meja, matanya melihat sebuah dompet tergeletak di atas lantai. Ia mengambilnya dan membawanya ke dapur.
.
.
.
Di dalam kamar, Hinata membuka dompet itu. Ia terkejut melihat ada banyak lembaran uang tersimpan dalam dompet itu. Jemarinya segera mengambil kartu identitas pemilik itu.
"Uchiha... Mikoto?" Gumamnya, sekilas wajah Sasuke muncul dalam benaknya, dan ia langsung menggeleng mengenyahkan pikirannya.
.
.
.
Keesokan harinya sepulang sekolah, Hinata segera pergi ke rumah pemilik dompet yang ia temukan semalam.

Setelah menempuh perjalanan hampir setengah jam menggunakan bus, akhirnya ia sampai di sebuah mansion yang teramat megah.

Ia menatap kartu identitas di tangannya, lalu melihat mansion itu lagi.
"Ini benar alamatnya" gumamnya segera berjalan ke arah mansion itu.

Sesekali ia melirik ke sana kemari untuk mencari keberadaan seseorang, tapi tempat itu terlalu sepi.

Ting tong

Ia menekan bel yang ada di dekat pintu dan terlihat seorang maid membuka pintu itu.
"Siapa?" Tanya maid itu.
"A-ah... A-apakah U-Uchiha Mikoto ada di sini?" Tanya Hinata gugup.
"Sebentar ku panggilkan" ucap maid itu memanggil majikannya.

Dua menit Hinata menunggu di ambang pintu, akhirnya Mikoto datang menghampirinya.
"Kau bukankah pelayan di cafe semalam?" Mikoto menatap Hinata.
"Selamat sore, Uchiha-san. Ha'i, saya pelayan semalam" Hinata membungkuk hormat.
"Ada apa?" Tanya Mikoto heran melihat Hinata datang ke mansionnya.
"A-ah... Saya ingin mengembalikan dompet ini pada anda" Hinata memberi dompet itu pada Mikoto.
"Oh astaga, ternyata terjatuh disana. Aku sampai mencarinya kemana-mana" Mikoto menerima dompet itu dengan senyum tipis.
"Kalau begitu, saya permisi" ucap Hinata membungkuk pada Mikoto.
"Tunggu. Terima kasih sudah mengantar dompetku. Apa kau tidak ingin masuk terlebih dahulu? Pasti kau lelah sudah menempuh perjalanan jauh untuk mengantar dompetku ini, nak" ucap Mikoto.
"Maaf Uchiha-san, saya harus segera pergi, Uchiha-san. saya harus bekerja" tolak Hinata halus.
"Baiklah. Ah... Siapa namamu, nak?" Tanya Mikoto.
"H-Hinata, Hyuga Hinata, Uchiha-san" ucap Hinata.

Setelah kepergian Hinata, Mikoto duduk di sofa memandang dompetnya yang isinya tidak berkurang sedikit pun.
'Ternyata aku salah sangka pada anak itu' batinnya.
"Kaa-san" panggil Sasuke yang baru datang dengan nada sedikit keras.
"Ada apa, Sasuke-kun? Kenapa berteriak seperti itu?" Tanya Mikoto melihat Sasuke berdiri di dekat guci.
"Aku sudah mengatakan untuk tidak mendekatinya. Kaa-san ingin menyingkirkannya? Jika Kaa-san melakukan hal itu, aku tidak akan segan pada Kaa-san" ancam Sasuke.
"Kaa-san? Hahaha kau salah paham sayang. Sebaiknya kau duduk dulu, ayo" Mikoto terkekeh menghampiri Sasuke dan menariknya untuk duduk.
"Kaa-san malam itu hanya ingin mampir ke cafe untuk makan malam sehabis dari rumah Kushina dan ternyata Kaa-san bertemu gadis itu. Jujur saja, Kaa-san sempat berpikir kalau gadis itu tidak baik, jadi Kaa-san sengaja menjatuhkan dompet Kaa-san di sana. Awalnya Kaa-san pikir dia akan membawa kabur dompet Kaa-san karena dia tidak mencari Kaa-san malam itu dan ternyata Kaa-san salah sangka, dia mengantar dompet Kaa-san tadi ke sini" jelas Mikoto.
"Apa? Dia ke sini?" Sasuke mengernyitkan dahi.
"Iya, sepuluh menit yang lalu dia baru pergi" Mikoto memperhatikan ekspresi anaknya yang sedikit kesal itu.
"Aku pergi" Sasuke

TBC

When Yakuza Fallin'Love Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang