4

3K 338 11
                                    

Hinata berdiri menatap gedung sekolahnya, ia berharap hari ini ia tidak mendapatkan hal-hal buruk seperti sebelum-sebelumnya. Ia ingin tenang tanpa adanya gangguan dari orang-orang.

Ia melangkah memasuki sekolahnya sambil menunduk. Sesampainya di kelas ia langsung duduk menunggu gurunya masuk.

Tiba-tiba Sakura datang menepuk-nepuk kepala Hinata dengan buku tulis yang digulung, lalu ia goyangkan di depan wajah Hinata.
"Kerjakan, jangan sampai salah" ucap Sakura meletakkan buku itu ke atas meja Hinata.
"Ha'i" Hinata membuka buku tulis Sakura, lalu mengambil buku dan pen dari tasnya.
.
.
.
Sasuke berjalan memasuki kantornya dengan langkah tegap nan tegas, wajah terangkat angkuh, dan sorot mata tajam. Setiap karyawan yang melihatnya langsung membungkuk hormat tanpa ia pedulikan sama sekali.

Sesampainya di ruang kerjanya, ia mendudukkan dirinya di kursi kebesarannya. Mengambil pen dan mulai mendatangi berkas-berkas perusahaan.

Tiba-tiba alis mata kirinya terangkat, ia langsung mengambil telepon yang terletak di ujung meja kerjanya dan menghubungi seseorang.
"Kheh, tidak ku sangka ada tikus yang menyusup masuk ke perusahaanku" gumamnya menyeringai kejam.
.
.
.
Bruk

Hinata tidak sengaja menyenggol Sakura hingga minuman yang dipegang Sakura membasahi seragamnya saat ingin pulang.

Sakura menatap Hinata dengan emosi yang bergetar takut melihat Sakura.
"M-m-maaf, S-Sakura-san" cicit Hinat.
"BRENGSEK! KEMARI KAU SIALAN" Teriak Sakura menarik Hinata keluar kelas.

Bruk

Sakura mendorong Hinata sekuat tenaga hingga ia jatuh terduduk. Mata gadis itu mencari sesuatu dan melihat ada ember berisi air kotor bekas pel. Ia langsung mengambil ember itu dengan cepat.

Byur

Air kotor itu membasahi kepala hingga sepatu Hinata, sebagian siswa yang masih berada di sekolah tertawa dan menatap kasihan pada Hinata yang menjadi bulan-bulanan Sakura.
"Rasakan itu" ucap Sakura melempar ember yang ia pegang ke lantai. Saat ia pergi, ia menyempatkan diri menendang paha Hinata.

Hinata masih duduk menunduk melihat lantai. Ia merasa malu pada dirinya saat ini, tubuhnya bergetar menahan tangis. Mendengar langkah kaki sebagian siswa yang masih di sekolah pergi, barulah ia berdiri sambil mengusap air matanya.

Ia berjalan menunduk pergi sambil menggenggam erat tali tasnya, sesekali Isak tangis keluar dari bibirnya.
"Hiks... hiks..." Ia tidak peduli berbagai pasang mata menatap heran pada dirinya yang terlihat kotor.

Ckrek

Seorang pria manangkap gambar Hinata menggunakan handphone, ia pergi dari tempat itu setelah menggeleng kepala.
.
.
.
Sasuke memandang pria yang tersungkur di lantai dengan tubuh terikat dan darah segar keluar dari mulutnya hingga dagu.

Grep
Sasuke menarik surai hitam pria itu hingga duduk dan mendongak menatapnya.
"Siapa yang menyuruhmu?" Tanya Sasuke untuk ke sekian kalinya.
"Cih" pria itu meludahi wajah Sasuke.

PLAK

Sasuke menampar wajah pria itu sekuat tenaga hingga membentur lantai. Ia mengambil sapu tangan dari saku jasnya dan melap wajahnya.
"Khekhekhe sebentar lagi kau akan hancur" ucap pria itu terkekeh.
"Hah..." Sasuke mendesah, ia menarik pelatuk dan langsung menembak kepala pria itu.
"Seandainya kau mengatakannya, kau takkan berakhir seperti ini... Eho" ucap Sasuke melangkah pergi dari ruangan itu, meninggalkan mayat Eho dengan mata terbuka membelalak.

Dua anak buah Sasuke langsung masuk ke dalam ruangan itu untuk membuang mayat Eho.
.
.
.
Tring

Baru saja Sasuke akan mendudukkan dirinya di sofa, handphonenya langsung berbunyi. Ia mengambil handphonenya dari saku jasnya dan membuka chat masuk, matanya sedikit membelalak saat melihat sebuah foto masuk yang dikirim oleh Naruto. Ia langsung segera pergi dari mansion dengan terburu-buru menggunakan mobilnya.

When Yakuza Fallin'Love Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang