7

2.3K 260 5
                                    

PRANK

Entah sudah berapa botol sake yang ia minum dan ia pecahkan setelah habis. Bahkan, wajah pria itu sudah memerah, duduknya pun terhuyung-huyung.
"Hinata" lirihnya terus menerus.

Naruto dan Suigetsu hanya bisa menyaksikan perbuatan majikan mereka itu tanpa bisa menghentikan pria yang sedang mabuk berat itu.
"Kheh, ah... khekhekhe dia sudah tau" racau Sasuke.

Saat ia akan menenggak alkohol itu, Naruto langsung merampas botol yang dipegang Sasuke.
"Sudah cukup. Perhatikan kesehatanmu Sasuke. Sudah tiga hari kau seperti ini. Jika kau masih melakukany, akan ku adukan pada Mikoto Ba-sama" ucap Naruto mengancam.
"Siapa kau memerintahku, huh?" Onyx Sasuke mendelik tajam, tangannya langsung menyambar botol yang dipegang Naruto dan meminumnya.

Cukup, Naruto tidak tahan lagi. Ia langsung mengambil handphone dari dalam sakunya dan menghubuhu Mikoto.
.
.
.
Tuk tuk tuk

Langkah kaki berbalut high heels tiga centimeter itu terdengar terburu-buru memasuk mansion anak bungsunya.
"Ya Tuhan" itulah kata pertama dengan nada penuh kejutan terucap dari mulut wanita itu saat melihat keadaan mansion anaknya yang dihiasi dengan pecahan botol dan guci.
"Mikoto Ba-sama" Naruto membungkuk hormat pada Mikoto.
"Naruto, ada apa ini sebenarnya? Apa yang terjadi pada Sasuke? Dimana dia sekarang?" Tanya Mikoto khawatir.
"Sasuke ada di kamarnya, Mikoto Ba-sama" ucap Naruto tak enak hati.

Sesampainya di kamar, Mikoto mihat Sasuke yang terbaring dengan keadaan kacau. Wajahnya yang memerah dipenuhi keringat dan suara lenguhan membuat ia semakin khawatir.
"Sasu-kun, kenapa kau seperti ini sayang?" Mikoto bertanya sambil mendudukkan dirinya di pinggiran tempat tidur.
"Ugh... Hime..." Lirih Sasuke dalam tidurnya.

Tangan Mikoto terangkat untuk menyeka keringat di dahi Sasuke. Betapa terkejutnya ia saat merasakan rasa panas pada dahi anaknya itu.
"Ya ampun, kau demam Sasu-kun. Tunggu sebentar, Kaa-san akan menghubungi Orochimaru" ucap Mikoto khawatir mengambil handphonenya dari dalam tas.
"Tidak" ucap Sasuke lemah dengan pandangan sayu menatap ibunya.
"Sasu-kun, kau harus dirawat. Kaa-san tidak ingin kau kenapa-kenapa" ucap Mikoto mengusap lengan Sasuke.
"Tidak... Kaa-san..." Lirih Sasuke dengan napas memburu.
"Ada apa sebenarnya denganmu, Sasu-kun? Kau membuat Kaa-san sangat takut" Mikoto memandang Sasuke dengan mata berkaca-kaca. Tidak biasanya anak bungsunya itu seperti ini. Sungguh, ia lebih suka jika anaknya itu menampilkan ekspresi garangnya dari pada ekspresi lemahnya ini.
"Kaa-san hah..." Lirih Sasuke sangat pelan.
"Hm? Ada apa, Sasu-kun? Apa ada yang kau inginkan? Kaa-san akan mengabulkannya" Mikoto membelai surai raven Sasuke lembut, lalu mengusap air matanya sendiri.
"Hinata hah... A-aku ingin hah... Hinata" lirihan itu terdengar sangat pelan, namun dapat didengar Mikoto.
"Iya, Kaa-san akan bawa dia. Kaa-san janji, sayang. Kaa-san janji" Mikoto berdiri dari duduknya, mencium dahi Sasuke sebelum akhirnya pergi.
.
.
.
Kepala Hinata menunduk-nunduk beberapa kali kala tangan Sakura mendorong kepala kepala belakangnya.
"Kau sudah berani melawanku ya" ucap Sakura geram.

Tangannya kemudian mencengkram rahang Hinata, membuat gadis itu mendongak menatapnya.
"Kau mau ku perlakukan lebih dari ini, hm? Sepertinya bagus jika kau ditendang dari sekolah ini" setelah mengatakan itu, Sakura melepaskan tangannya dengan kasar dari rahang Hinata.
"Aku... Aku tidak akan menurutimu lagi, Sakura-san. Sudah cukup semua peelakuanmu selama ini" ucap Hinata tegas, namun sedikit takut.
"Hoo... Baiklah" Sakura menyeringai dan berlalu pergi begitu saja.
.
.
.
Hinata berlari kencang menuju cafe tempat ia bekerja.
"Ssh... kau... terlambat lagi, Hinata"  ucap Kiba meringis. Pasalnya ya ini sudah kelima kalinya gadis itu terlamat masuk bekerja.
"M-maaf" ucap Hinata menyesal.
"Hinata, ikut ke ruanganku" ucap Chiyo memasuki ruangannya.

Sesampainya di ruangan nenek tua itu, Hinata hanya bisa diam berdiri tanpa mengeluarkan sepatah kata pun.
"Ini... Gajimu. Maaf, kau dipecat" ucap Chiyo.
"Ha'i, terima kasih dan maaf Chiyo Baa-san" ucap Hinata tidak enak hati sambil mengambil gajinya.
.
.
.
Hinata menatap amplop berisi uang gajiannya dengan lesu.
"Hah... Bagaimana sekarang aku mencari uang?" Gumamnya tidak semangat.

Amethystnya melirik ke arah biolanya yang bersender di lemarinya. Ia langsung mengganti pakaian dan pergi sambil membawa biolanya.

Disinilah Hinata sekarang, berdiri di pinggir jalan yang cukup besar. Banyak pasang mata memperhatikan dirinya yang berdiri memegang biola.

Sedikit rasa ragu dan takut menyusup ke dalam hatinya. Apa ia bisa mencari uang dengan begini? Apa orang-orang akan menyukainya? Pikirnya pesimis.

Tiba-tiba seorang anak kecil berumur delapan tahun menarik dressnya dan mengalihkan perhatiannya.
"Eh? Ada apa anak manis?" Tanya Hinata membungkuk dirinya agar sejajar dengan anak perempuan itu.
"Nee-chan bisa bermain biola?" Tanya anak itu.

Hinata melihat biolanya, lalu tersenyum menatap anak itu dan mengangguk.
"Ha'i" ucap Hinata.
"Benarkah? Aku ingin mendengarkan Nee-chan bermain biola. Aku suka biola" ucap anak itu senang.

Terbesit rasa senang di dalam hati Hinata saat anak itu sangat antusias ingin mendengarkan permainan biolanya. Akhirnya ia meletakkan biola itu pada pundaknya. Sejenak ia menutup mata dan membuang napas, hingga akhirnya ia mulai memainkan biolanya (Annie Mari 2002 violin cover).

Alunan biola itu terdengar menyenangkan di telinga, bahkan tanpa ia sadari sudah orang-orang mulai berdatangan untuk melihat hat permain biola Hinata.

Tubuhnya tanpa sadar mulai bergerak-gerak kecil dan anggun, matanya yang terpejam serta senyum manisnya yang tidak luntur membuat para penonton ikut terpukau dengan penampilan Hinata.

Saat ia selesai memainkan lagunya, semua orang bertepuk tangan membuat ia terkejut. Orang-orang itu mulai memberikan uang pada kotak yang Hinata sediakan saat ia tiba tadi.

Ia membungkuk dan mengucapkan terima kasih berkali-kali pada orang yang memuji dan menyumbangkan uang padanya.

Beberapa jam kemudian, hari telah beranjak sore, susah saat Hinata pulang ke rumah.

Alih-alih ingin pulang ke rumah, seseorang membekapnya dari belakang dan membawanya masuk ke dalam mobil dalam keadaan pingsan akibat bius dari sapu tangan yang membekapnya.

TBC

When Yakuza Fallin'Love Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang