23

1.4K 158 24
                                    

Hinata tengah berjalan di dalam Uchiha Corp, sesekali ia akan tersenyum membalas sapaan dari karyawan perusahaan itu.
"Selamat siang, Uchiha-sama" sapa beberapa karyawan.
"H-Ha'i, selamat siang" sapa Hinata merona malu, ini adalah kali pertamanya ia ke kantor suaminya itu.
"Hei, dia sangat cantik dan imut. Pantas saja Sasuke-sama terjerat dengannya" ucap seorang wanita.
"Kau benar" ucap wanita yang lainnya.

Beberapa menit kemudian, Hinata sampai di kaca berukuran besar dan tebal sebagai pintu ruangan Sasuke. Tanpa permisi, ia langsung masuk begitu saja.
"Sasu-kun" panggil Hinata menatap Sasuke yang sedang menandatangani dokumen.
"Hn, duduklah" ucap Sasuke dan Hinata segera berjalan dan mendudukkan dirinya di sofa yang ada di ruangan Sasuke.

Hinata menetap jam dinding.
'Lima menit lagi istirahat' batinnya. Ia pun segera menata makanan ke atas meja agar Sasuke bisa langsung menyantap makan siangnya.

Saat istirahat tiba, ia dan Sasuke segera menyantap makan siang bersama.
.
Sebulan telah berlalu, kehidupan pernikahan Sasuke dan Hinata tampak harmonis meski sesekali terlibat pertengkaran kecil hanya karena masalah sepele, salah satu masalahnya seperti sekarang ini, tampak sepele. Sangat terlihat sepele.
"Aku ingin makan ramen sekarang, Sasu-kun" rengek Hinata pada Sasuke yang akan berangkat kerja.
"Tidak sekarang, Hinata. Aku harus bekerja, siang nanti aku akan menjemputmu" Sasuke mencoba bersabar menghadapi Hinata yang sejak tadi mengajaknya untuk makan ramen.

Hinata terdiam menatap tajam pada Sasuke. Namun, secara tiba-tiba
"HUAAA AKU INGIN RAMEN SEKARANG HIKS" Hinata menangis histeris sambil berjongkok di depan Sasuke.
"Astaga. Hinata, sudah ku katakan nanti siang. Aku pergi" Sasuke dengan perasaan sedikit kesal meninggalkan istrinya itu yang menangis meraung di depan pintu mansion. Bukannya ingin menjadi suami yang kejam, hanya saja ia ada meeting penting pagi ini. Jadi, terpaksa ia meninggal istrinya yang menangis itu dengan perasaan bersalah tentunya.

Naruto, Suigetsu, dan para maid menghampiri Hinata yang menangis terus.
"Hinata-sama, kami mohon berhenti menangis. Kami akan membelikan ramen untuk anda" bujuk Suigetsu.
"TIDAK" teriak Hinata menatap tajam Suigetsu, lalu kembali menangis.
"Hinata-san, tolong berhenti menangis" mohon Naruto mengorek kupingnya yang mulai sakit dengan tangis keras Hinata.
"DIAAAAMMM HIKS... HUAAAA" teriak Hinata.

Mereka semua hanya bisa pasrah mendengar tangisan nona muda mereka karena tidak bisa pergi makan ramen bersama sang suami.

Dua jam kemudian, Hinata berhenti menangis membuat semua orang tampak lega. Mata mereka menatap Hinata yang berjalan cepat menaiki tangga, masuk ke kamar.
"Akhirnya dia berhenti menangis" lega Suigetsu.
"AARRGHHH HINATA-SAMA, APA YANG AKAN KAU LAKUKAN?" teriak Naruto menatap Hinata yang menuruni tangga sambil membawa sebuah pistol milik Sasuke.

Hinata diam, tidak menggubris teriakan Naruto dan yang lainnya. Ia berlari ke luar mansion, menaiki mobil dan menyuruh Ebisu mengantarnya ke kantor Sasuke.

Ebisu awalnya menolak, namun saat pistol itu ditodongkan ke kepalanya, ia langsung menyetujuinya dengan wajah pucat dan tegang.

Dengan gaun tidur yang cukup tebal sebatas lutut, berlengan pendek, rambut dan wajah yang acak-acakan, Hinata berjalan cepat di dalam kantor, mengabaikan tatapan semua karyawan yang tampak takut saat melihat dirinya membawa pistol di tangan kanannya.

Beberapa security mencoba untuk menahan istri pemilik perusahaan itu. Namun, Hinata lagi-lagi tidak bisa disentuh. Ia malah berteriak kuat membuat para security itu takut dan membiarkan nona muda mereka pergi.

BRAK

Hinata membuka pintu ruangan Sasuke dengan kasar, namun pria itu tidak ada di sana. Ruang rapat adalah satu-satunya yang kini terlintas dalam benaknya.

BRAK

Semua yang ada di ruang rapat termasuk Sasuke terkejut dengan suara bantingan pintu dan semakin terkejut lagi saat seorang wanita yang tidak mereka kenali selain Sasuke, Itachi, dan Shikamaru tengah melihat Hinata menodongkan pistol ke arah mereka, lebih tepatnya ke arah Sasuke.
"H-HINATA" teriak Sasuke membelalak kaget melihat Hinata yang acak-acakan menodong pistol ke arahnya, bahkan ia mengangkat tangannya ke atas.
"H-Hime, sayang, apa yang kau lakukan? Dari mana kau dapat pistol itu?" Tanya Sasuke khawatir.
Kenapa istri imutnya itu jadi sangat menyeramkan? Ia bahkan tampak seperti Yakuza. Ah, dia memang istri seorang Yakuza, batin Sasuke.

Semua yang ada di ruangan itu selain Shikamaru dan Itachi menatap terkejut ke arah Sasuke kala pria itu memanggil wanita yang berada di ambang pintu dengan sebutan 'Hime dan sayang'. Apa wanita itu kekasihnya atau istrinya? Batin mereka.
"AKU MAU MAKAN RAMEN" teriak Hinata.
"Ap-- Ya, ya, kita pergi makan ramen, tunggu-
"SEKARANG ATAU KU TEMBAK KAU SEKARANG" teriak Hinata memotong ucapan Sasuke.
"A-ada apa dengannya? Kenapa dia bertingkah menyeramkan seperti itu?" Tanya Itachi dengan napas tertahan.
"Jangan tanya padaku, bodoh" ucap Shikamaru ikut takut.
"Iya, kita pergi sekarang. Itachi, lanjutkan rapat ini" perintah Sasuke menatap Itachi sambil menurunkan tangannya.

Itachi mengangguk kaku mengiyakan ucapan adiknya itu.

Trak

Pistol di tangan Hinata tiba-tiba jatuh, mengalihkan pandangan mereka semua pada Hinata yang tampak terhuyung.
"Hinata" Sasuke langsung berlari menangkap tubuh Hinata yang hampir saja jatuh menyentuh lantai. Ia langsung menggendong istrinya itu, membawanya pergi dari kantor dengan terburu-buru menuju rumah sakit.
"Maaf, aku ingin bertanya. Siapa wanita itu?" Tanya seorang pria bersurai pirang dengan mata birunya.
"Oh, Maaf untuk kejadian tadi tuan-tuan. Wanita itu adalah adik iparku, istri adikku, Uchiha Sasuke. Sebenarnya dia wanita yang lembut, entah kenapa dia tiba-tiba seperti seorang Yakuza" Itachi berucap sambil meringis mengingat tingkah Hanya tadi.

Di rumah sakit, Hinata tengah berbaring di atas brankar. Di sisi kanan tampak Orochimaru baru saja selesai memeriksa keadaan Hinata dan sisi kiri, Sasuke tengah menatap wajah pucat istrinya sambil menggenggam erat tangannya.
"Hinata-sama baik-baik saja, begitu juga dengan janinnya" jelas Orochimaru santai.

Sasuke membelalak mendengar ucapan Orochimaru, ia langsung menoleh pada pria itu.
"Apa?" Sasuke bertanya untuk memastikan.
"Hinata-sama tengah hamil dan usia kandungannya empat Minggu, Sasuke-sama" jelas Orochimaru lagi.
"Benarkah? Kami-sama, terima kasih" onyxnya menatap wajah ayu istrinya dengan haru, lalu ia mengecup penuh kasih dahi istrinya itu, tak lupa mengusap lembut perut datar istrinya.
"Apa anda tidak mengetahui hal ini, Sasuke-sama?" Tanya Orochimaru.
"Tidak" Sasuke menggeleng.
"Kalau begitu saya ucapkan selamat pada anda dan Hinata-sama. Aku akan mengurus vitamin untuk Hinata-sama, permisi" ucap Orochimaru-san.

Beberapa menit setelah kepergian Orochimaru, akhirnya Hinata sadar. Sasuke dengan segera duduk di pinggiran brankar mengusap sayang kepala Hinata.
"Hime" panggil Sasuke.

Saat kesadaran Hinata penuh seutuhnya, ia langsung menepis tangan Sasuke kasar.
"Hime, maafkan aku" sesal Sasuke mencium dahi dan bibir Hinata sekilas.
"Jangan bicara, aku membencimu" ketus Hinata menjauhkan wajah Sasuke darinya.

Sasuke tampak tersenyum tipis melihat penolakan istrinya, ia pun mendekatkan bibirnya pada telinga Hinata.
"Terima kasih, Hime" bisik Sasuke.
"Diam" ketus Hinata membuang muka.
"Terima kasih karena sudah telah mengizinkan benihku tumbuh dan berkembang dalam rahimmu. Apa pun, apa pun akan ku lakukan untukmu, Hime. Begitu juga dengan janin yang tengah bersemayam dalam rahimmu. Terima kasih Kami-sama" lirih Sasuke mengecup pelipis Hinata.

Mendengar itu, Hinata menoleh menatap Sasuke.
"J-janin?" Hinata bertanya untuk memastikan.
"Hn, ada janin yang sekarang tengah berkembang di rahimmu, Hime. Buah hati kita" Sasuke mengusap perut Hanya lembut.

Amethyst Hinata tampak berkaca-kaca, ia menggigit pelan bibirnya. Pria itu langsung memeluknya lembut, mengecup pelipisnya berkali-kali.
"Kami-sama, terima kasih" air mata Hinata mengalir membasahi bantal.

Tangis bahagia ia keluarkan dalam pelukan Sasuke, suami tercintanya.





TBC

When Yakuza Fallin'Love Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang