9

687 131 11
                                    

"Kerja lembur bagai kudaaa~" Gumam Aurora saat baru saja keluar dari mobil.

"Gak papa bagai kuda, yang penting cuannya deres." Imbuhnya.

Kaki jenjang gadis itu mulai diarahkan menuju lift, hari ini Aurora mendapat panggilan dari Jevandra untuk datang ke kantor karena paket kotak akrilik telah sampai yang artinya Aurora juga harus kembali bekerja setelah 2 hari absen.

Tidak bisa disebut 100% absen karena gadis itu memang bukan karyawan di Sky Maestro, selain itu 2 hari belakangan juga tidak ada yang perlu ia lakukan di perusahaan hiburan raksasa ini, jadi untuk apa ia datang?

Terakhir kali Aurora menginjakkan kaki di gedung ini adalah pada saat kejadian Jevandra yang tiba-tiba mengajaknya makan siang berdua, hanya berdua, dan pada kesempatan itu pula Jevandra mulai mengintrogasi putri sulung keluarga Cokroatmojo.

Aurora tidak kaget saat Jevandra memberikan pertanyaan mengenai kedekatannya dengan Jeano, putra sulung Jevandra dari Alecya. Aurora sudah menduga hal itu akan terjadi cepat atau lambat setelah dirinya dengan blak-blakan memperlihatkan hasil karya sang murid.

Jevandra memberi Aurora pertanyaan yang langsung bisa dijawab dengan mudah oleh gadis itu. Tanpa ragu Aurora mulai bercerita dari awal hingga akhir, semuanya ia ceritakan kepada Jevandra tanpa ada yang dilebihkan maupun dikurangi.

Aurora awalnya memang hanya ingin bercerita sesuai dengan apa yang Jevandra tanyakan, namun pada tengah cerita atau pada bagian klimaksnya tiba-tiba saja Jevandra meneteskan air mata, Aurora yang melihat itu pun juga tak kuasa menahan emosinya.

Hingga di penghujung cerita Aurora menyebut Jevandra dengan sebutan pembunuh, langsung saja pria itu tertunduk dan mengakui kesalahannya. Tapi seperti kata pepatah, nasi sudah menjadi bubur, semua yang sudah terjadi tidak bisa diulang kembali dan sekarang hanya penyesalan yang tersisa.

Sudah, hanya itu saja yang Jevandra tanyakan kepada Aurora.

Dan setelah itu mereka berusaha bertingkah laku seolah-olah tidak terjadi apapun hingga keesokan harinya Aurora memilih untuk tidak hadir di kantor. Alasan pertamanya memang karena untuk apa juga ia datang, alasan kedua karena jujur ia malas, dan alasan yang terakhir adalah karena Aurora memberi Jevandra waktu untuk menyelesaikan rasa emosionalnya.

Aurora tidak merasa takut apalagi menyesal karena sudah menyebut Jevandra sebagai seorang pembunuh. Aurora juga tidak akan mengungkit lagi pembicaraan pada siang hari itu, hanya saja gadis itu tahu Jevandra tidak akan semudah itu untuk melupakan semua ceritanya.

Jevandra mungkin saja akan merasa canggung ketika berhadapan langsung dengan Aurora jadi lebih baik gadis itu saja yang mengalah, toh Sky Maestro memang bukan tempat utamanya bekerja kan?

Setelah 2 hari tak berpapasan pagi tadi Seana selaku sekretaris dari Jevandra tiba-tiba saja menghubungi, ia mengatakan jika Aurora diminta Jevandra datang karena paket kotak akrilik sudah datang dan gadis itu diminta untuk memeriksanya sendiri. Maka dari itu sekarang Aurora sudah berada di gedung Sky Maestro, tepatnya sudah berada di lantai paling atas tempat ruangan Jevandra berada.

"Permisi Bu Seana." Sapa Aurora saat melihat Seana yang tengah serius mengerjakan sesuatu.

"Oh Aurora, langsung masuk aja ya." Ujar Seana.

"Beneran nih Bu langsung masuk?" Tanyanya.

Seana mengangguk, "Udah ditunggu dari tadi."

Kening Aurora sedikit berkerut, "Ngapain saya ditungguin?"

Seana mengangkat bahu, "Mungkin urusan kotak album itu Ra, besar banget soalnya kardus paketnya."

"Beneran Bu?"

True Eternity -JJH-Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang