SEBELAS

2.7K 442 2
                                    

Persaingan kekuasaan di kekaisaran ini terlalu memuakkan untuk Kill. Seumur hidupnya, Kill tidak pernah harus berusaha sebanyak ini hanya untuk bertahan hidup. Ketika semasa hidupnya, Kill hanya perlu membunuh untuk bertahan hidup. Namun disini, Kill bertahan hidup bukan menggunakan belati atau senjata, melainkan kelicikan dan wajah penuh muslihat. Entah sampai kapan kesabarannya ini bisa bertahan.

"Anda sudah selesai bersiap-siap Putri?" Tanya Aoron, ketika Kill keluar dari kamarnya. Kedua dayang barunya sudah ia utus keluar di dampingi oleh prajurit istana yang bertanggung jawab melindunginya. Sehingga mereka bertiga bisa keluar dengan leluasa dari istana secara diam-diam.

"Ayo kita berangkat!" Perintah Kill, yang juga sudah mengganti pakaiannya, menjadi pakaian laki-laki orang biasa. Begitu juga dengan kedua pengawalnya. Jangan sampai keberadaan mereka menarik perhatian orang luar.

Selama ini, selama Kill berada di istana Mawar, Kill tetap melatih kedua pengawalnya itu di waktu orang masih terlelap. Kill dan kedua pengawalnya menyelonong keluar menuju hutan yang berada di belakang istananya secara diam-diam. Namun, Kill tidak bisa merasa berpuas diri hanya melatih kedua orang itu. Dia perlu menantang dirinya sendiri, agar tubuhnya tidak kaku nantinya.

Tujuan perjalanan mereka kali ini adalah menuju tempat penjualan senjata. Kill perlu membeli senjatanya sendiri, yang sesuai dengan proporsi tenaga serta ukuran tubuhnya. Setelah itu, mereka akan pergi menuju hutan untuk berburu. Kill ingin mendapatkan seekor beruang kali ini.

"Hallo selamat siang, anda mau mencari apa?" Tanya si pemilik toko ketika Kill dan kedua pengawalnya masuk.

"Belati. Perlihatkan belati yang kau punya!" Perintah Kill tenang. Gadis itu bahkan tidak berniat melirik etalese toko untuk menemukan hal lain. Sedangkan kedua pengawalnya tampak sedang mencoba beberapa pedang yang ada di toko itu.

Walau terlihat bingung karna baru kali ini ia bertemu dengan seorang wanita yang mencoba membeli senjata, ia tetap membawa semua persedian belati yang berada di tempat penyimpanannya. Di bantu dengan beberapa pekerjanya, beberapa kotak belati sudah tersedia di atas meja etalase.

Si pemilik toko memilih diam di tempatnya dan membiarkan pekerjanya untuk menjelaskan struktur belati yang di pegang perempuan itu. Ia pikir, perempuan itu hanya melihat dari segi bahan serta bentuk yang mereka gunakan. Ia tidak percaya, ketika matanya melihat perempuan itu mencoba melakukan beberapa hal dengan belati yang ia pilih. Mulai dari mencoba memutar belati itu beberapa kali, serta mengayunkannya ke depan. Sungguh, seseorang sebagai pembunuh bayaran yang ia kenal saat membeli belati saja tidak pernah menunjukkan atraksi seperti itu.

"Tidak ada yang lain? Semua belatinya terlalu berat untuk di ayunkan" ucap Kill tenang, masih mencoba beberapa belati yang ia pegang.

Tentu saja ucapan itu mengejutkan si pemilik toko serta pekerjanya. Cara memutar dan mengayunkan belati yang di lakukan Kill saja sudah terlihat profesional, seakan tidak ada masalah dengan belati apapun yang ia pegang. Namun saat mendengar komentar itu, tentu saja mengejutkannya.

Teringat sesuatu, si pemilik toko akhirnya mendekati mereka. "Saya punya satu belati yang tidak pernah laku terjual, karna terkenal sebagai belati terkutuk. Anda mau melihatnya?" Tanya si pemilik toko dengan antusias. Detak jantungnya berdetak kencang, karna merasa akan menemukan orang yang cocok dengan belati yang sudah hampir menemani seumur hidupnya. Toko ini adalah toko yang di turunkan dari generasi ke generasi, dan saat pertama kali ia mempelajari perihal persenjataan, kedua orang tuanya sudah menjelaskan bahwa toko mereka memiliki sebuah benda kutukan, yang berupa balati. Belati itu di katakan kutukan karna sudah beberapa kali membunuh tuannya sendiri. Ketika belati itu di keluarkan dari sarungnya, itu berati belatinya harus di persembahkan darah, jika tidak ingin menjadi kutukan pada tuannya. Ia harap, perempuan yang ada di depannya ini mampu memuaskan kutukan dari belati itu.

"Ini dia!" Ujarnya sambil menaruh kotak yang berisi belati terkutuk itu.

"Belati ini sudah berumur seratus tahun lebih dan keluarga saya berhenti menghitung umur belati ini sejak sudah seratus tahun berlalu. Ini adalah belati terkutuk karna semua pemilik dari belati ini mati karna belati ini. Ketika belati ini di keluarkan dari sarungnya, kita harus meneteskan darah ke atas belati ini agar kutukannya tidak aktif. Saya bisa menjamin bahwa belati ini memiliki bahan yang paling terbaik yang kami punya. Hanya saja, seperti yang saya katakan, belati ini adalah belati terkutuk yang haus darah" jelas pemilik toko itu semangat.

Kill mengangguk mengerti. "Begitu ya? Kalau begitu, mari kita buktikan, siapa yang lebih terkutuk. Aku atau belati ini" ucap Kill menyeringai, yang langsung mengeluarkan belati itu dari sarungnya tanpa ragu.

Seperti sebelumnya, Kill mencoba memutar belati itu beberapa kali, sebelum mengayunkkanya. Kill bahkan dengan berani menyentuh belati itu dengan jari-jarinya.

Si pemilik toko menjelaskan bahwa seumur hidupnya, ia baru sekali melihat bentuk belati itu. Karna sebagai belati terkutuk haus darah, mereka jarang memperlihatkan belati itu pada pembeli. Bahkan pembeli yang mereka tawarkan belati itu saja langsung menolak dengan tegas saat tahu bahwa belati itu adalah belati terkutuk yang haus darah.

Mendengar penjelasan itu, Kill tau bahwa perkataan pemilik toko itu benar. Walau tidak pernah di asah, belati ini masih sangat tajam, tidak peduli sudah beberapa tahun berlalu.

"Mari kita lihat, apakah belati ini memilihku menjadi tuannya atau tidak" ucap Kill yang langsung melempar belati itu ke atas kepalanya.

Kill ingin melihat, jika belati itu memang haus darah, belati itu pasti akan melukainya saat terjun di atas kepalanya. Namun..

Tak!!

Belati itu terjatuh di kakinya, saat sudah beberapa kali berputar-putar di atasnya, tanpa melukai tubuhnya sedikitpun. Semua orang terlihat menahan nafas saat Kill melakukan hal itu.

"Ternyata kutukan aku yang lebih kuat dari pada belati ini!" Simpul Kill sambil memumngut belati itu di bawahnya.

Seperti penjelasan dari pemilik toko, belati ini harus di beri darah jika sudah di keluarkan dari sarungnya. Namun Kill dengan enteng memasukan belati itu lagi ke dalam sarungnya, tanpa ada tetesan darah sedikitpun yang ia beri.

"Saya beli belati ini!" Tukas Kill santai, sama sekali tidak terlihat ketakutan.

Kedua pengawalnya pun masih berdiri di sana dengan tatapan terpukau. Jelas-jelas arah belati itu di lemparkan pasti akan melukai tuannya dengan menancap di kepala gadis itu. Namun, tanpa menghindar sedikitpun, belati itu tidak melukai tuan putri mereka sama sekali. Ini adalah pemandangan langkah, yang sangat mereka syukuri karna bisa melihatnya.

Keputusan mereka memang tidak salah untuk mempercayai Putri Killa sebagai master mereka.

Tbc

Kill.aTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang