8. Sayang dari Cici

79 8 0
                                    

-Tidak akan pernah ada benci untuknya. Sebab, tiadalah boleh menghakimi satu kesalahan di antara lainnya.-

°°°

Tok ... tok ... tok ...

Pintu rumah itupun diketuk beberapa kali oleh Adel yang sudah membawa boneka di tangannya.

Tak lama kemudian, pintu rumah itupun terbuka, menampilkan sosok Adzfan dengan wajah datarnya.

"Rashinya gak ada, lebih baik lo pulang aja." Setelah mengatakan itu, Adzfan langsung saja menutup kembali pintu rumahnya itu. Membuat Adel merasa sedikit kesal akan anak lelaki tersebut.

"Ih, gak ngehargain banget, sih!" gerutunya. Dan pada akhirnya, dengan terpaksa Adel harus meninggalkan rumah itu.

Kembali pada Adzfan. Setelah menutup pintu itu, tiba-tiba saja Arashi sudah berada di belakangnya, membuat Adzfan menjadi terkejut sendiri.

"Ngapain lo di sini?" tanyanya judes.

"Bang Afan ngusir Adel?" tanya Arashi dengan polosnya.

"Sok tau, lo!" elak Adzfan.

"Abang, gak baik gitu. Adel itu kan cuma pengen main sama Cici. Terus kenapa Abang juga bohong sama dia? Kata Bunda, tamu itu adalah raja. Seharusnya, Abang bersikap lemah lembut sama dia, bukan kaya gini," nasehat Arashi yang hanya ditanggapi dengan ejekan oleh Adzfan.

"Ih ... Abang! Cici lagi ngomong!" ucap Arashi menjadi kesal sendiri.

"Udah? Lama-lama bosan gue dengarin celotehan gak bermutu lo itu," ucapnya lalu meninggalkan Arashi. Namun, belum sampai lima langkah Adzfan memberhentikan langkahnya.

"Tugas gue?" ucapnya seraya mengulurkan tangannya ke arah Arashi. Arashi yang mengerti akan maksud kakak tirinya itupun bersikap tak acuh pada Adzfan. Dia pergi begitu saja menuju kamarnya tanpa peduli dengan ekspresi Adzfan saat ini.

"Eh, lo berani sama gue?" tantang Adzfan dengan sedikit berteriak.

"Terserah!" ucap Arashi tiada peduli.

...

"Bunda," panggil gadis kecil itu kepada Zahra yang saat itu baru saja pulang dari supermarket.

"Iya?" tanya Zahra yang belum mengalihkan pandangannya dari bahan-bahan masakan yang dia beli.

"Cici izin ke rumah Adel bentar ya, Bun" pintanya dengan memohon.

"Loh, inikan sudah sore, Sayang" heran Zahra.

"Cici mau minta maaf sama Adel, Bun."

"Loh, kenapa Cici minta maaf? Memangnya Cici udah ngelakuin kesalahan apa Sayang?"

"Maaf Bunda, Cici gak bisa cerita sama Bunda. Tapi, boleh ya, Bun!" mohonnya lagi.

"Em ... yaudah, deh. Tapi, Cici harus hati-hati nyeberangnya, ya. Lihat kiri kanan, dan jangan lama-lama. Ini udah jam lima."

"Okay, Bunda. Assalamualaikum!" Setelah berpamitan, Arashi langsung saja beranjak dari hadapan Zahra dan pergi ke kamarnya sebentar, lalu membawa sebuah boneka keluar dari kamarnya tersebut. Dan mulai keluar dari rumahnya, menuju ke rumah Adel.

Adzfan yang tidak sengaja melihat Arashi yang baru saja keluar dari rumahnya tersebut dengan membawa sebuah boneka beruang, langsung saja mengikuti langkahnya Arashi.

"Assalamualaikum! A ... del!" panggilnya seraya mengetuk-ngetuk pintu rumahnya Adel.

Selang beberapa detik kemudian, pintu rumah itupun terbuka, menampilkan sosok Adel yang terlihat sedang tidak bersahabat.

Gata (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang