14. SMA

57 5 0
                                    

-Hal yang paling penting dalam hidup ini bukanlah uang yang dikatakan segalanya. Namun, kesehatan yang menjadi sumber atas segalanya.-

°°°

6 tahun kemudian.

Langkah anggun terdengar begitu menggema di anak tangga yang terlihat sepi ini. Gadis yang berbalut pakaian SMA itu berjalan perlahan-lahan menuruni anak tangga satu demi satu, seraya melempar senyuman ke lantai dasar, ruang makan. Sesampainya di ruang makan, gadis manis itupun mulai menduduki kursi meja makan.

"Pagi semua!" sapanya.

"Pagi Sayang!" jawab Zahra dan Akhram.

"Pagi!" jawab Adzfan yang tengah menikmati sarapannya.

"Kenapa telat, Ci?" tanya Zahra yang tengah menyajikan makanan kepada Akhram.

"Hehehe ... Cici ketiduran, Bun."

"Memang semalam kamu tidur jam berapa?" tanya Akhram.

"Cepat kok, Yah."

"Udah jam dua belas masih dibilang cepat?" ledek Adzfan.

Plak!

"Aduh!" ringis Adzfan di saat kepalanya mendapatkan serangan jitakan tiba-tiba dari Arashi. Dan tak lupa gadis manis itu melayangkan tatapan kesalnya kepada Adzfan.

"Cici," peringat Zahra pada putrinya itu. Dan malah membuat Arashi mengerucutkan bibirnya tidak suka.

"Sayang, tidur lama itu tidak baik. Apalagi buat kamu yang pada masa sekarang ini sedang butuh istirahat cukup. Sekurangnya jam tidur kamu itu adalah 8 jam. Kurang dari itu bisa mengganggu aktivitas kamu. Contohnya ketika kamu belajar di sekolah, kamu pasti akan cepat ngantuk, Nak" nasehat Akhram pada putrinya itu.

"Iya, Yah" ucapnya menunduk.

"Yaudah, sekarang ayo sarapan. Nanti kamu malah tambah telat lagi," putus Akhram mengakhiri kecanggungan di ruang makan itu.

...

"Ci, lo bareng gue aja!" ucap Adzfan yang terdengar seperti perintah, namun juga seperti pernyataan.

"Gak," ucap Arashi dengan dinginnya.

"Gue gak nerima penolakan!" ucap Adzfan lagi dengan santainya yang membuka pintu mobil untuk Arashi.

"Bodo amat!" tegas Arashi yang langsung berlalu ke arah Akhram dan mengabaikan Adzfan yang sudah membukakan pintu mobil untuknya.

"Ayah, Cici berangkat bareng Ayah, ya!" pintanya kepada Akhram.

"Rashi, maafin Ayah. Kali ini Ayah gak bisa nganterin kamu, Nak. Ayah tiba-tiba ada meeting dadakan pagi ini. Dan sekretaris Ayah baru mengabari Ayah. Maaf ya, Nak!" timpal Akhram merasa bersalah kepada putrinya itu.

Mendengar itu, Arashi pun menatap Adzfan yang tengah bersedekap dan bersandar pada mobilnya itu, seraya memasang senyuman mengejeknya. Melihat itu, seketika membuat Arashi menghentakkan kakinya kesal.

"Em ... baiklah Ayah. Kalau gitu Cici naik angkot aja, Assalamualaikum!" ucapnya seraya mencium punggung tangan Akhram dan langsung berlalu dari sana.

"Eh, Nak! Kenapa tidak bareng dengan abangmu saja?" teriak Akhram kepada Arashi yang sudah menjauh dari hadapannya.

"Tidak usah, Yah!" timpal Arashi tanpa mengalihkan pandangannya ke belakang dan terus berjalan menuju gerbang depan rumahnya.

Melihat Arashi yang masih kesal membuat Adzfan terkekeh geli dengan sikap adiknya itu. Yang malah membuat Akhram melayangkan tatapan tajamnya kepada Adzfan.

Gata (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang