-Hal paling diimpikan oleh siapapun adalah kasih sayang. Sebab, kasih sayang adalah kunci atas segala-galanya.-
°°°
"Hai! Adek kenapa?" tanya seseorang yang tiba-tiba saja menghampiri Arashi. Membuat Arashi langsung menegakkan kepalanya, menatap siapa yang tengah mengajaknya berbicara.
"Gak pa-pa," alibinya. Dan langsung bangkit. Lalu, berlalu begitu saja dari hadapan siswa beralmet OSIS itu.
"Dek!" panggil siswa itu menghentikan langkah Arashi.
"Boleh kenalan?" tanyanya dengan senyuman yang sama sekali tidak dilihat oleh Arashi.
"Saya Aksa," ucapnya yang masih menatap punggung Arashi.
Bukannya menjawab atau apa, namun Arashi malah langsung meninggalkan siswa yang bernama Aksa itu. Membuat Aksa merasa sedikit aneh dengan gadis itu.
"Sa?" ucap Adzfan yang tiba-tiba saja datang dan menepuk bahu Aksa.
"Eh?" terkejutnya yang langsung membalikkan badannya.
"Kenapa?" tanya Adzfan dingin.
"Eh, gak pa-pa. Tadi, gue gak sengaja lewat sini," ucapnya dengan menampilkan senyuman kepada Adzfan.
"Ooh ... yaudah, lo mau ikut gue atau mau tetap di sini?" tanya Adzfan yang tengah memegang baju kotornya.
"Ikutlah, ngapain gue di sini. Mau temanan sama nyamuk? Ya kali," ucapnya yang menghadirkan kekehan dari Adzfan. Dan akhirnya mereka pun beranjak dari sana dan menuju lapangan sekolah. Di mana kegiatan MPLS dilaksanakan saat ini.
"Adek-adek semuanya! Kebetulan saat ini ketua OSIS kita bisa ikut berpartisipasi, maka dari itu marilah kita berikan waktu untuk dirinya agar menyampaikan sesuatu hal untuk kita semua," ucap salah satu anggota OSIS di depan semua siswa dan siswi kelas 10.
"Kepada ketua OSIS kita, Adzfan Asandra Dirata, disilahkan!" ucapnya seraya memberikan tempat kepada sosok Adzfan.
Mendengar nama kakaknya yang disebutkan, membuat Arashi membulatkan matanya. Pasalnya Adzfan tidak pernah memberi tahunya, jika dia menjabat sebagai ketua di sini.
"Ra, abang lo ketua?" tanya semua teman-teman barunya.
"Hehehe ... mungkin," jawabnya cengengesan.
"Aduh ... mampus!" ucap mereka serentak, membuat semua mata langsung menatap mereka semua.
"Kalian! Ke depan!" titah Adzfan tiba-tiba saja, membuat mereka semua langsung terkejut dan merasa was-was akan apa yang bakalan terjadi selanjutnya.
"Saya bilang, ke depan!" ulangnya sekali lagi dengan tegas. Membuat mereka semua dengan terpaksa untuk mengikuti kemauan Adzfan tersebut, termasuk Arashi.
Aksa yang melihat Arashi ikut ke depan pun ikut terkejut. Mengapa gadis itu malah jadi ikut-ikutan berbuat onar seperti mereka itu.
"Apa yang kalian bicarakan?" tanyanya dingin. Dan membuat mereka semua terdiam, termasuk Arashi yang tidak berani untuk menegakkan kepalanya.
"Jawab!" sentak Adzfan lagi.
"Ma-maaf, kak!" ucap mereka serentak, namun tidak dengan Arashi yang masih setia untuk menunduk.
Pikiran-pikiran negatif sudah mulai merajalela di dalam benaknya untuk saat ini. Dia benar-benar yakin, bagaimana marahnya Adzfan saat ini kepada dirinya.
"Apa yang kalian bicarakan tadi, ha?" tanya Adzfan kedua kalinya dengan nada bentakannya.
"Pe-perihal yang ta-tadi, Kak" jawab Kanya dengan gelagapan.
"Yang tadi yang mana?" tanya Adzfan lagi yang semakin membuat nyali mereka semua menciut.
"Kejadian yang di depan ruang OSIS tadi, Kak" jawab Ayra.
"Terus?"
"Ka-kami ga-gak tau kalau Kakak adalah ketua OSIS, Kak!" ucap Eyra yang memberanikan diri untuk menatap Adzfan. Sedangkan, Adzfan yang ditatap itu malah memberikan mereka semua tatapan tajamnya.
"Terus? Jika saya ketua OSIS di sini, kalian tidak akan pernah melakukannya? Begitu?" tanyanya.
Bisikan-bisikan pun mulai terdengar di pancara indera Arashi. Membuat Arashi semakin merasa tidak tahan dengan ini semua.
"Mereka sudah minta maaf, Bang!" ucapnya yang memberanikan diri untuk menatap Adzfan.
"Apa lo bilang? Sudah minta maaf? Sejak kapan minta maaf udah gak punya etika lagi, ha?" bentaknya kepada Arashi yang seketika itu juga membuat Arashi menegang di tempat, hingga membuat badannya mulai bergetar ketakutan.
"Mereka udah minta maaf baik-baik. Tapi, Abang yang gak mau dengarin mereka!" bentak Arashi yang diikuti oleh air matanya.
Mendengar bentakan Arashi, membuat Adzfan memutar bola matanya dengan malas. Lalu, kembali menatap Arashi dengan tajamnya.
"Sejak kapan gue pernah ngajarin lo berbicara kaya gini, ha?" bentaknya seraya. Menunjuk wajah Arashi. Sekarang, keduanya benar-benar sudah tersulut emosi.
"Abang yang mulai! Kalau Abang bisa ngehargai maaf mereka, Cici juga gak bakalan kaya gini! Tapi, apa ini? Sejak tadi Abang sama sekali gak peduli dengan apa yang Cici katakan! Abang egois! Abang tidak pernah mau mendengarkan penjelasan siapapun!" bentaknya yang tak mau disalahkan terus-menerus oleh Adzfan.
"Ci, udah!" bujuk Kanya seraya mengusap lengan Arashi. Namun, langsung ditepis oleh Arashi.
"Terus? Bagaimana dengan lo? Gue udah larang lo! Tapi?" ucapnya membalikkan semuanya kepada Arashi kembali.
Mendengar perkataan Adzfan yang membalikkan semuanya kepada dirinya, membuat Arashi tertawa dengan air mata yang terus mengalir.
"Jadi, Abang nyalahin Cici?" ucapnya benar-benar tidak mengerti lagi.
"Lo yang nyalahin gue!" bentak Adzfan begitu saja.
"Abang ngerti gak, sih! Harus berapa kali lagi harus Cici bilang, ha? Mereka semua udah minta maaf! Tapi, Abang masih aja perpanjang semuanya!" bentak balik Arashi lagi.
"Ci, udah Ci. Lo gak perlu gini demi kita, Ci!" ucap Eyra mencoba menenangkan emosional temannya itu.
"Huh! Bodoh!" umpat Adzfan begitu saja seraya merenggangkan tangannya. Ingin memeluk gadis manis itu, karena tidak tega lagi untuk melihat tetesan air mata yang keluar untuk kesekian kalinya. Namun, pergerakan Adzfan langsung ditepis oleh Arashi.
Tak lama kemudian, tempat itupun menjadi bising dengan adanya nyanyian selamat ulang tahun dari anak-anak OSIS. Di tambah lagi dengan adanya sebuah kue ulang tahun yang disodorkan ke hadapan Arashi dan Adzfan oleh salah satu anak OSIS. Dan langsung diambil alih oleh Adzfan.
Arashi yang menyaksikan itu semua langsung terdiam membeku untuk kesekian kalinya. Dan menatap semua orang dengan begitu tidak percayanya.
"Happy Birthday, adik imut gue!" ucap Adzfan seraya menyeka air mata yang mengenang di pipi dan pelupuk matanya Arashi.
Arashi yang baru menyadari ini semua, seketika langsung saja masuk ke dalam dekapan Adzfan, membuat Adzfan terkekeh kecil karena adiknya itu.
"Rencana Abang gak lucu!" ucapnya seraya memukul dadanya Adzfan.
"Tapi, kamunya lucu," ucap Adzfan seraya mencubit pipi chubby milik Arashi.
"Happy Birthday, Ci!" ucap semua teman-temannya dengan terkekeh.
"Maaf, karena kami udah buat lo marah. Tapi, serius! Ini bukan kesalahan kami, tapi Abang lo sendiri." Adzfan yang disalahkan itupun menatap Kanya dengan tidak sukanya.
"Hehehe bercanda, Kak" ucapnya yang mendapatkan tatapan tajam dari Adzfan.
"Makasih ya," ucap Arashi dengan senyumannya.
"Selamat ya, Dek!" ucap anak-anak OSIS kepada Arashi yang ditanggapi dengan senyuman oleh Arashi.
Senyuman manis yang terpancar dari wajah Arashi, sama sekali tidak pernah luput dari pandangannya Aksa.
"Cantik."
![](https://img.wattpad.com/cover/294621522-288-k679920.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Gata (END)
Teen Fiction"Abang, kembaliin bonekanya Adel!" "Gak!" "Abang! Kembaliin!" "Kalau gue gak mau gimana?" "Kembaliin, cepat!" "Gak! Gue gak akan kembaliin ini boneka! Dan ini juga bukan boneka lo lagi kan, jadi bukan lo yang seharusnya mengemis kaya gini." "Kalau a...