-Hanya rencana-Nya lah yang terbaik dari apapun itu.-
°°°
Dengan langkah beratnya, Qisha memasuki rumah yang telah 6 tahun tidak pernah dia datangi lagi.
"Mas," lirih Zahra yang tengah menuruni anak tangga dan melihat sosok Qisha di samping suaminya. Sungguh, itu membuat hati Zahra begitu sakit.
"Nyonya," sapanya dengan menahan rasa sakit.
"Jangan panggil saya Nyonya, saya bukan nyonya kamu lagi, Zahra" ucap Qisha dengan wajah datarnya.
"Ba-baik Mbak," ucap Zahra terbata-bata.
"Bagaimana kondisi Adzfan?" tanya Akhram mengalihkan pembicaraan mereka.
"Dia tadi bersama teman-temannya di atas Mas," jawab Zahra yang diangguki oleh Akhram.
"Ya sudah, nanti kita temui Adzfan. Sekarang, kamu silahkan duduk dulu," ucap Akhram seraya menunjuk sofa ruang tamu dan hanya ditanggapi oleh anggukan dari Qisha.
"Zahra, tolong buatkan minum untuk Qisha, saya mau ke atas dulu!" pesan Akhram yang setelah itu melangkahkan kakinya menuju lantai atas, di mana kamar Adzfan berada.
"Ba-baik, Mas." Lagi-lagi Zahra merasakan kepedihan pada hatinya. Kenapa harus dirinya? Kenapa tidak suruh saja Qisha membuatnya sendiri, bukankah ini juga rumahnya, walaupun itu dulu?
"Ayo, Mbak! Silahkan duduk!" ucapnya yang langsung dilakukan oleh Qisha.
Setelah itu, Zahra langsung saja beranjak untuk ke dapur guna membuatkan minum untuk Qisha.
Setelah selesai membuatkan minum itu, Zahra langsung kembali untuk memberikan minuman itu kepada Qisha.
"Silahkan diminum, Mbak!" ucapnya menyodorkan minuman itu ke hadapan Qisha.
"Zahra," panggil Qisha di saat Zahra hendak kembali ke dapur.
"Iya Mbak?" tanyanya berbalik badan.
"Saya ke sini hanya ingin bertemu Adzfan, tidak lebih dari itu. Jadi, kamu tidak perlu khawatir." Mendengar ketulusan dari perkataan Qisha tersebut, sontak membuat Zahra tersenyum senang dan mengangguk. Dan kembali melanjutkan langkahnya yang terhenti.
...
Teman-teman Adzfan, yaitu Digo dan Aksa, beserta para adik kelasnya yang tak lain adalah para sahabat dari Arashi, saat ini tengah berada di dalam kamarnya Adzfan. Yang dikarenakan oleh kabar Adzfan yang sudah dua minggu tidak masuk sekolah semenjak kejadian hari itu.
Sebenarnya, sudah jauh-jauh hari mereka sangat ingin menjenguk pria itu. Namun, karena mereka sibuk akan tugas-tugas sekolah, jadinya untuk hari ini mereka paksakan agar bisa menjenguk Adzfan secepatnya.
"Fan, lo kenapa, sih?" tanya Digo yang saat ini tengah duduk di samping Adzfan.
"Gue gak pa-pa," jawabnya dengan santai, namun dalam keadaan yang lemah dan pucat.
"Lo gak bisa bohong, Fan!" ucap Aksa melihat raut wajah Adzfan yang begitu kehilangan.
Adzfan yang dikatakan seperti itupun hanya tersenyum simpul. Lalu, dirinya pun mencoba untuk meraih gelas yang berada di atas nakas.
"Lo mau minum? Biar gue aja," ucap Digo yang langsung mengambilkan gelas yang berisikan air hangat itu untuk Adzfan.
"Makasih," ucapnya menerima gelas itu. Dan hanya ditanggapi dengan anggukan oleh Digo.
"Kak, kenapa lo gak dirawat di rumah sakit aja?" tanya Kanya yang tiba-tiba membuka suaranya. Membuat semua mata mengalihkan pandangan mereka kepada Adzfan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Gata (END)
Teen Fiction"Abang, kembaliin bonekanya Adel!" "Gak!" "Abang! Kembaliin!" "Kalau gue gak mau gimana?" "Kembaliin, cepat!" "Gak! Gue gak akan kembaliin ini boneka! Dan ini juga bukan boneka lo lagi kan, jadi bukan lo yang seharusnya mengemis kaya gini." "Kalau a...