15. Antara Larangan dan Bosan

51 4 0
                                    

-Kasih sayang seseorang itu akan selalu berbeda-beda cara. Sebab, tidak mungkin air sungai disamakan dengan air laut.-

°°°

"Ci!"

Bruk!

"Astaghfirullah!" ringis Arashi yang tanpa sengaja menabrak seseorang dan malah membuatnya terdorong ke bekalang.

"Eh, lo jalan bisa pakai mata gak, sih?" tanya siswa itu dengan marahnya.

"Heh! Kamu juga salah kali! Malah nyolot, bukannya bantuin kek," timpal Arashi tidak suka.

"Jelas-jelas lo yang salah. Kalau lo jalan pakai mata, pasti kejadian ini juga gak bakalan terjadi kali!"

"Heh, di mana-mana jalan itu pakai kaki. Mata itu untuk melihat saat jalan, mangkanya belajar IPA itu yang benar!" kesal Arashi seraya menatap siswa itu tajam.

"Apa lo bilang?" ucapnya yang sudah siap ingin melayangkan tamparannya kepada Arashi, namun langsung ditahan oleh seseorang.

"Tangan lo oke juga, tapi kayanya sayang banget kalau enggak gue patahin, ya?" ucap Adzfan yang hampir saja ingin mematahkan tangan siswa itu.

"A-ampun Bang," ucapnya seraya menahan tangan Adzfan agar tidak melanjutkan pergerakannya.

Dan Arashi yang melihat pergerakan Adzfan itupun langsung membulalakkan matanya.

"A-bang, udah!" ucap Arashi yang spontan langsung berdiri dari posisinya dan memberhentikan pergerakan Adzfan. Dan melupakan rasa sakit pada kakinya saat ini.

"Karena adik gue yang minta, maka kali ini lo gue maafin. Tapi, lain kali lo gak akan bisa lagi gue maafin. Ingat itu!" tegasnya yang langsung menghempaskan tangan siswa itu yang membuatnya langsung meringis.

Adzfan yang masih merasa marah dengan siswa itupun langsung menarik Arashi untuk pergi dari sana dan menuju ruangan OSIS.

"Lo gak pa-pa?" tanya Adzfan kepada Arashi sesampainya mereka di ruangan OSIS.

"Gak pa-pa," alibinya yang mengalihkan pandangan.

"Lo gak bisa bohong, Ci!" tegas Adzfan yang menggelengkan kepalanya. Lalu, beralih ke tempat persediaan kotak P3K di ruangan ini.

"Sini, biar gue obatin!" ucapnya seraya mengambil alih kaki Arashi dan membuka sepatu gadis itu beserta kaus kakinya.

Dengan penuh kasih sayang, Adzfan mengusap lembut kaki adiknya itu dan mencoba untuk mencari titik rasa sakitnya pada pergelangan kaki Arashi. Hingga akhirnya membuat Arashi menjerit kesakitan.

"Aw! Ih Abang! Sakit!" ucapnya yang secara spontan langsung memukul Adzfan dan malah membuat Adzfan terkekeh menatap kekesalan adiknya itu.

"Tahan bentar, Ci!" ucapnya yang mulai mengolesi minyak pada bagian pergelangan kaki Arashi yang sakit tadi.

Krek!

"Aw!" teriaknya yang merasakan sakit yang luar biasa.

"Udah, coba lo gerakin," ucap Adzfan yang mulai menurunkan kaki Arashi dari pangkuannya.

Dan Arashi yang diperintahkan itupun langsung mengikuti perintah kakaknya itu. Setelah mencobanya, ternyata rasa sakit itu sekarang sudah hilang, membuat Arashi kembali mengembangkan senyumannya.

"Makasih Bang Afan!" ucapnya seraya memeluk Adzfan.

"Iya."

...

Semenjak kejadian tadi, Arashi terus saja berdiam diri di ruangan OSIS. Dan ini semua bukanlah keinginannya, namun perintah dari Adzfan yang tidak ingin Arashi kembali terluka. Sedangkan dirinya malah mengurusi tugasnya yang saat ini menjabat sebagai ketua OSIS.

Gata (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang