[ twenty three ]

13.9K 990 11
                                    

Laki-laki yang tengah duduk di balkon mansion mewah itu tersedak minumannya ketika melihat siapa orang yang baru saja turun dari mobil yang tadinya ditumpangi oleh Richard dan Damian.

Berbeda dengannya, laki-laki lain yang duduk di sampingnya tersenyum sumringah. Ia melambaikan tangannya pada mereka ketika mata mereka bertemu.

"Queen!" sapanya.

"Kak Gio!" balas Kimberly.

"What the hell, Gallen?!" pekik Giovan ketika melihat seorang anak laki-laki yang mirip dengan Keirlan keluar dari mobil.

Gallen yang merasa dipanggil pun mendongak, menyengir lebar ke arah Cavan dan juga Giovan. Lantas anak itu melambaikan tangannya pada mereka.

"Kalo gini caranya, susah buat nyulik Queen," celetuk Cavan.

"Lo beneran mau nyulik Queen? Om Rich udah ngasih peringatan sama lo," balas Giovan.

Cavan berdecak. "Gue cuma mau main sama Queen anjir, Keirlan posesif bener dah!"

"Wajar sih, lo ngajak main Queen sampe dua hari mereka nggak ketemu."

"Udah, lah! turun yok? gue mau marah ke Queen kenapa boongin gue."

"Berani lo?" tanya Giovan.

Cavan nyengir. "Nggak lah!"

Di sisi lain, Kimberly dan juga yang lain sedang berada di kamarnya masing-masing. Ah, bukan, hanya Gabriel dan Zeffrey yang pergi ke kamar mereka.

Disaat Kimberly sedang menata buku-buku dan juga make upnya, Gallen rebahan di atas tempat tidurnya sembari bermain dengan ponselnya.

Sedangkan Keirlan juga rebahan di sofa yang ada disebelah tempat tidur, laki-laki itu juga tengah bermain game di ponselnya.

"Akhirnya selesai," gumam Kimberly.

Lantas gadis itu berjalan menghampiri Keirlan, ia duduk di sofa setelah laki-laki itu bangkit dari tidurannya, lalu kembali lagi tiduran dengan paha Kimberly yang dijadikan sebagai bantal.

"Bang! bantuin Gallen, ini mau mati! mau mati!" pekik Gallen dengan matanya yang tetap fokus ke ponselnya, sedangkan tangannya sibuk menekan-nekan layar ponselnya.

"Sembunyi, recall disana jangan disitu," ujar Keirlan yang kini membantu Gallen untuk melawan lawannya.

"Yah mati," keluh Gallen saat tiba-tiba ada lawan dari arah lain membunuhnya.

"Lo payah," balas Keirlan.

"Ih! Ilan nggak boleh gitu," tegur Kimberly seraya menyentil pelan bibir Keirlan. Sedangkan si pemilik bibir hanya terkekeh pelan.

Bunyi ketukan pintu terdengar, Kimberly meminta Keirlan untuk bangun agar gadis itu bisa membukakan pintu kamarnya.

"Nggak, itu Cavan," tolak Keirlan yang tidak mau bangun.

"Hm? tau darimana itu Cavan?" tanya Kimberly.

Keirlan diam tak menjawab pertanyaan Kimberly, laki-laki itu lebih memilih untuk bermain dengan ponselnya.

"Gallen aja yang bukain," usul Gallen setelah anak itu mendesah kecewa lantaran karakter game nya terbunuh lagi.

Kimberly tersenyum tipis, lalu mengangguk.

Gallen langsung bangkit dari tempat tidurnya, lalu berlari kecil ke arah pintu kamar. Anak itu membuka pintunya, dan benar saja, hal yang pertama Gallen lihat adalah wajah Cavan dan juga Giovan yang berdiri dibelakangnya.

"Kenapa? Kakak lagi istirahat," tanya Gallen yang membuka setengah pintu, tangannya tidak ia lepaskan dari knop pintu.

Hal itu membuat kedua laki-laki yang berdiri didepannya menatap Gallen heran, lalu Cavan mendengus sebal saat mengetahui jika anak itu berpihak pada Keirlan.

Giant Baby [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang