[ twenty-nine ]

11.2K 858 31
                                    

"Pak Ben itu siapa, Kak?" tanya Abya ketika mereka dalam perjalanan menuju halaman belakang mansion.

"Yang ngurusin semua tempat main kita."

"Semua? emangnya ada berapa tempat?" tanya Abya lagi.

Kimberly hanya bisa tersenyum tipis mendengar pertanyaan Abya, sebenarnya bisa saja gadis itu menyebutkan semuanya langsung. Namun hari ini ia malas untuk banyak bicara.

"Nanti tanya Daddy aja," ujar Kimberly.

Keduanya berjalan menghampiri Gallen yang sudah melambaikan tangannya sedari awal mereka memasuki area halaman belakang.

"Kakak nggak ikut?" tanya Gallen saat menyadari jika Kimberly tidak membawa apapun.

"Nggak, aku nonton aja," balas Kimberly seraya menunjuk ke arah gazebo yang berada di pinggir halaman.

"Kamu jangan nangis ya kalo nanti kena," pesan Gallen sebelum anak itu memberikan tactical vest yang sudah terpasang banyak peluru pada Abya.

"Kalimat itu buat kamu juga, Gallen," komentar Kimberly.

"Iya-iya, ayok!"

Gallen menarik tangan Abya untuk segera masuk ke tempat yang dibatasi jaring-jaring tinggi itu, Kimberly pun berjalan ke arah gazebo yang letaknya juga strategis untuk menonton permainan mereka.

Gadis itu melihat Gallen dan Abya tengah memperhatikan Pak Ben yang sedang menjelaskan aturan permainan itu. Keduanya nampak antusias, membuat Kimberly tersenyum simpul.

"Gallen seneng banget dapet temen baru," gumamnya.

Di tengah-tengah ia menonton, bunyi ponsel yang berdering membuatnya mengalihkan atensinya dari Gallen dan Abya.

Melihat nama Rafael yang tertera di ponselnya, membuat gadis itu mengernyit heran. Tidak biasanya laki-laki itu menelponnya.

"Kenapa, El?" tanya Kimberly setelah gadis itu menggeser tombol hijau.

"Akhirnya, Kim! kita udah sampe bandara, lo lupa jemput kita apa gimana? mana Riel sama Keirlan juga susah ditelpon," oceh Rafael diseberang sana.

"Hah? hari ini?"

"IYAAA! BURUAN JEMPUT KITAA!"

"Oke."

Sambung telepon terputus.

Kimberly segera pergi dari halaman belakang setelah memberitahu Pak Ben, tanpa babibu lagi, gadis itu langsung menyuruh dua bodyguard untuk membawa dua mobil dan segera pergi ke Bandara. Gadis itu juga tak lupa memerintah beberapa bodyguard untuk ikut, berjaga-jaga jika terjadi sesuatu.

Sengaja tidak memberitahu yang lain karena mereka tengah sibuk dengan permainan mereka sendiri, takutnya mood mereka akan hancur kalau Kimberly tiba-tiba datang dan membuat kegiatan mereka tertunda.

Sesampainya di Bandara, Kimberly dapat melihat teman-temannya sudah menunggu di depan dan duduk di lantai tanpa alas.

Penampilan mereka yang santai dan lebih terlihat seperti pergi main, membuat mereka terlihat seperti anak jalanan.

Kimberly melambaikan tangannya ketika Jayden melihat ke arahnya, dapat gadis itu lihat ekspresi yang tadinya bosan kini berubah menjadi cerah ketika mereka melihatnya.

"Akhirnya lo dateng juga," ujar Rafael lega.

"Sorry, kalian nggak ngabarin dulu kalo jadinya hari ini," balas Kimberly sembari tertawa ringan.

Matanya menatap satu persatu teman-temannya, lalu mengernyit bingung karena ia merasa seperti ada yang kurang.

"Dave lagi ke toilet," celetuk Jovanka yang membuat Kimberly mengangguk-anggukan kepalanya dan membuat mulutnya menjadi seperti bentuk O.

Giant Baby [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang