[ thirty-five ]

10.9K 830 39
                                    

Kimberly mengedarkan pandangannya ke seluruh tempat ini, gadis itu tahu ada yang tidak beres ketika tadi melihat Alpha yang biasanya tenang menjadi gugup seperti itu.

Ia berhenti mengayuh sepeda, nafasnya sudah mulai tidak beraturan karena terlalu banyak mengayuh. Kimberly benar-benar payah jika berhubungan dengan olahraga.

"Ilan?" panggil Kimberly ketika matanya tak sengaja menangkap sosok laki-laki yang tengah menelungkupkan wajahnya diantara kedua tangannya.

Kimberly memarkirkan sepedanya dipinggir jalan, lalu menghampiri Keirlan yang bersembunyi dibalik pohon yang bisa dibilang besar.

"Hey," sapa Kimberly yang kini berjongkok didepan Keirlan, tangan gadis itu menggapai surai halus Keirlan, lalu mengusapnya pelan.

Keirlan menghindar, membuat Kimberly berhenti mengusap kepala laki-laki itu. Lalu, gadis itu mendudukkan dirinya disamping Keirlan, membiarkan laki-laki itu berkelana dengan pikirannya sendiri.

Mereka saling diam selama lebih dari setengah jam, tak ada satupun diantara mereka yang berniat membuka suara.

Kimberly hanya diam menatap ke depan dengan sesekali melihat ke arah Keirlan yang masih setia menyembunyikan wajahnya di antara kedua tangannya, gadis itu tidak tahu apa yang sebenarnya sudah terjadi sebelum ia datang.

Tapi jika melihat tangan Keirlan yang memerah, ia yakin laki-laki itu bertengkar dengan Alex.

Kimberly menoleh saat tiba-tiba Keirlan mengangkat kepalanya dan bersin, didetik kemudian gadis itu terkejut ketika melihat luka dibagian kening Keirlan yang mengeluarkan darah.

"Ini kenapa??" tanya Kimberly seraya menyibak rambut Keirlan yang mengenai lukanya.

Keirlan menoleh ke arah belakang Kimberly, lalu menunjuk sebuah batu besar yang tak terlalu jauh dari tempat mereka.

"Salah dia," ujar Keirlan.

"Benda mati kok disalahin?" tanya Kimberly yang tengah menahan tawanya agar tidak meledak, bisa ngambek bayinya nanti kalo ia tertawa.

Keirlan kembali bersin saat hendak menyanggah ucapan Kimberly, sementara gadis disampingnya itu mengedarkan pandangannya ke sekitar mereka dan menemukan makhluk berbulu tebal yang berdiri tak jauh dari Keirlan.

"Lucu banget," gumam Kimberly yang tak mengalihkan pandangannya dari makhluk itu.

"Pulang, yuk? kita obatin lukanya, sakit, kan?" ajak Kimberly yang langsung dibalas gelengan oleh Keirlan.

"Geleng itu nggak sakit apa nggak mau pulang?" tanya Kimberly.

"Nggak mau pulang," kata Keirlan.

Kimberly tersenyum tipis, lalu mengangguk kecil, menuruti permintaan Keirlan. Karena laki-laki itu tidak mau pulang, akhirnya Kimberly membawa Keirlan untuk pergi ke tempat lain karena takutnya makhluk berbulu tadi mendekat ke arah mereka dan membuat suaminya terus-terusan bersin.

Keduanya berjalan menyusuri jalan dengan Kimberly yang menuntun sepeda dan Keirlan yang berjalan disamping gadis itu dengan tangannya yang memegang ujung baju Kimberly.

Selama mereka berjalan, jalanan terlihat sepi. Maklum saja, disini bukan kawasan yang bisa dengan mudah dipenuhi oleh penduduk biasa dan bukan sembarang orang yang bisa dengan seenaknya keluar masuk di wilayah ini.

Ditengah-tengah perjalanan mereka, Keirlan berhenti secara mendadak, membuat Kimberly yang merasakan tarikan dibajunya pun ikut berhenti.

"Kenapa?" tanya Kimberly.

"Ada anjing," jawab Keirlan sembari menunjuk ke arah depan yang terdapat seekor anjing yang mirip seperti serigala itu dengan jari telunjuknya.

"Lily kok dia kesini?" tanya Keirlan yang kini bersembunyi di belakang punggung Kimberly.

Giant Baby [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang