[ forty-four ]

9.6K 794 46
                                    

"Tiba-tiba gue kepikiran buat rumah makan gratis deh, coba yuk?" celetuk Serlin disela-sela keheningan mereka.

"Maksud lo?" tanya Jayden.

"Ya, rumah makan gratis buat semua orang? tapi kalo bisa buat orang-orang jalanan, lo pada kasian nggak sih liat mereka harus tetap cari uang padahal mereka harusnya istirahat dirumah, ngabisin sisa-sisa hidupnya dirumah bareng keluarganya," cerocos Serlin yang hanya ditanggapi oleh anggukan kecil dari jayden, hal itu membuat Serlin mendengus kesal.

"Boleh juga, tapi biar rumah makan itu jalan terus kita butuh investor tetap yang mau ngeluarin duitnya dengan cuma-cuma." Jovanka menyahut.

"Gue mau," sahut David.

"Gue juga, walaupun pake duit Papa tapi gue ikhlas lahir batin," imbuh Rafael.

"Kita semua aja yang jadi investor tetap," usul Gabriel yang membuat mereka menganggukkan kepalanya, kecuali Kimberly yang sedari tadi hanya melamun saja.

Menyadari Kimberly yang sedari tadi hanya melamun, membuat mereka yang ada disana menatap gadis itu khawatir. Mereka semua tahu pikiran Kimberly sekarang tidak ada disini, gadis itu pasti sedang memikirkan Keirlan yang masih terbaring di atas brankar rumah sakit.

"Queen?" panggil Gabriel seraya menepuk pundak Kimberly pelan.

Meskipun tepukan itu pelan, namun mampu membuat Kimberly berjengkit kaget.

"Kim, are you okay?" tanya Jovanka.

Kimberly mengangguk, lalu tersenyum tipis. Meyakinkan teman-temannya jika gadis itu baik-baik saja.

Namun mereka tidak bodoh, semua tahu Kimberly berbohong. Sayangnya mereka tidak bisa berbuat apa-apa selain hanya diam dan pura-pura percaya pada Kimberly.

"Ck, pulang aja lah!" decak Gabriel yang sudah tidak tahan dengan semua kebohongan yang dilakukan oleh sepupunya itu.

Semua mengangguk setuju, lalu membereskan barang-barang mereka dan bergegas pergi keluar dari Cafe.

"Ke rs aja, El," ujar Kimberly yang sudah naik ke atas motor milik Gabriel.

"Oke."

👶🏻

Kimberly duduk disebelah Keirlan yang tengah terbaring di atas brankar dengan alat-alat medis yang terpasang tubuhnya, Keirlan mengalami kritis karena terlalu banyak kehilangan darahnya.

Dokter juga tidak dapat memprediksi kapan laki-laki itu akan terbangun dan memastikan semuanya akan baik-baik saja, namun mereka akan berusaha sebaik mungkin.

"Baby, udah dua hari, kapan mau bangun?" tanya Kimberly seraya mengusap pelan lengan laki-laki itu, ia belum berani untuk menyentuh kepala Keirlan.

Kimberly menghela nafasnya pelan, padahal Keirlan belum sepenuhnya sembuh namun laki-laki itu harus kembali lagi terbaring di brankar rumah sakit ini.

"Gallen kemarin nangis, katanya kamu jahat, dia nggak mau maafin kamu kalo kamu nggak bangun," cerita Kimberly yang tentunya tidak akan mendapatkan tanggapan dari Keirlan.

"Gallen juga nggak mau jenguk kamu, takut katanya." Kimberly terkekeh pelan, lalu kembali melanjutkan ucapannya.

"Abang adek sama aja, penakut."

Kimberly mencium punggung tangan Keirlan, "tangan aja ya, aku nggak berani kalo dikepala."

"I love you, a lot."

Gadis itu bergegas keluar ruangan setelah lama mengamati wajah Keirlan yang terpejam, saat ia keluar, sudah ada Gallen yang berdiri di depan pintu.

"Abang udah bangun?" tanya Gallen.

Giant Baby [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang