[ forty-three ]

10K 857 73
                                    

"Abang, aku mau ke rumah ambil barang," ijin Gallen kepada Keirlan yang tengah asik bermain dengan ponselnya.

"Semua barang lo udah disini," sahut Keirlan tanpa melihat ke arah adeknya.

"Tapi aku cari nggak ada, Bang."

"Tanya Lily," ujar Keirlan.

Gallen menggelengkan kepalanya. "Kakak juga nggak tau."

"Ck, gue anter."

"Aku bisa sendiri," tolak Gallen yang langsung dihadiahi tatapan tajam oleh Keirlan.

"Nurut."

Gallen menganggukkan kepalanya dengan cepat. Lantas Keirlan segera mematikan ponselnya dan mengambil kunci motornya yang ia taruh di atas meja belajar, laki-laki itu juga tidak lupa untuk mengabari Kimberly jika ia dan Gallen ingin pergi ke rumah.

Keduanya berjalan keluar dari rumah dan bergegas naik ke atas motor Keirlan, laki-laki itu melajukan motornya menuju gerbang utama dan menambah kecepatannya setelah keluar dari gerbang dan pergi ke jalan utama.

"Lo cari apa?" tanya Keirlan kepada Gallen ditengah-tengah perjalanan mereka, butuh waktu sepuluh menit untuk sampai di rumah mereka.

"Kalung," balas Gallen dengan suara sedikit dikeraskan agar Abangnya dapat mendengar suaranya dengan jelas.

"Lo yakin nggak ada di kamar?" tanya Keirlan lagi, karena setahu laki-laki itu barang-barang milik Gallen sudah dipindahkan semua tanpa tersisa.

"Iya!"

Tak lama kemudian motor yang mereka kendarai memasuki kawasan perumahan yang bisa dibilang cukup elit, Gallen melihat sekelilingnya dengan mulut yang sedikit terbuka.

"Nggak ada yang berubah ya, Bang?" tanya Gallen.

"Ada," balas Keirlan singkat.

"Apa?"

"Suasananya."

Gallen menganggukkan kepalanya. Memang benar apa yang dikatakan oleh Abangnya, suasana perumahan ini tidak lagi terlihat hangat.

Lapangan basket yang dulunya banyak dipakai oleh anak-anak remaja di sore hari, kini tidak ada seorang pun yang bermain disana. Begitu juga dengan taman bermain lainnya yang baru saja mereka lewati.

Keirlan berhenti tepat di depan rumah bernomor dua belas, laki-laki itu menghela nafasnya pelan. Lalu menyuruh Gallen turun untuk membuka pagar rumah itu.

"Siapa yang bersihin rumahnya, Bang?" tanya Gallen setelah anak itu membuka gerbang rumah dan masuk ke dalam.

"Pak Aji," balas Keirlan.

Sembari menunggu Abangnya memasukkan motornya ke dalam rumah, Gallen mulai berjalan-jalan mengelilingi rumah. Sesekali anak itu berhenti saat mengingat kenangan yang pernah ia lakukan di tempat ini.

"Jadi kangen Mama," gumam Gallen ketika anak itu berjalan mendekati ayunan yang sudah mulai berkarat.

"Masuk, ambil barang lo terus pulang," suruh Keirlan yang sudah membuka pintu utama rumah.

Gallen menoleh, lalu segera menghampiri Keirlan dan masuk ke dalam rumah.

Selagi anak itu pergi ke kamarnya, Keirlan bergegas menuju kamar Sang Mama. Sudah bertahun-tahun ia tidak menginjakkan kakinya disini, membuat laki-laki itu menahan semua perasaan rindunya pada rumah ini. Rumah yang memberinya obat namun juga luka.

Keirlan menatap sebuah pigura besar yang memperlihatkan wajah cantik Kalana yang waktu itu masih muda, foto itu diambil saat Keirlan menginjak kelas dua SMP, saat Kalana membelikannya sebuah camera yang sangat dinanti-nanti oleh Keirlan.

Giant Baby [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang