[thirty-eight]

9.6K 772 19
                                    

Kimberly berpisah dengan Gabriel dan David karena kelas mereka berbeda arah, gadis itu berjalan sendirian menyusuri koridor.

Terlihat jelas ekspresi lelah yang melekat diwajah Kimberly, gadis itu berpikir terlalu keras saat rapat tadi.

"Hai, Kim!" sapa seorang siswi yang baru saja keluar dari dalam toilet.

"Hai," balas Kimberly diselingi senyuman tipis.

"Are you okay? lo keliatan pucet," tanya siswi itu.

Kimberly mengangguk, menandakan jika gadis itu baik-baik saja. Namun siswi yang menjadi lawan bicaranya itu nampak tak percaya.

"Gue anter ke UKS, deh. Lo pucet banget, atau ijin aja? atau gue panggilin cowok lo? tapi gue takut sama dia sih. Ah! gue panggilin Gabriel!" cerocos siswi itu yang membuat kepala Kimberly semakin pusing mendengarnya.

"Nggak usah, gue nggak papa, kok!" sela Kimberly cepat ketika siswi itu hendak menghubungi Gabriel, entah ia dapat nomor ponsel laki-laki itu darimana, mungkin saja ia teman kelasnya.

"Ya udah, gue anter ke UKS aja, ya? nggak boleh nolak!"

Kimberly mengangguk pasrah, dengan sigap siswi itu menuntun Kimberly menuju UKS.

"Thanks ya," kata Kimberly setelah gadis itu duduk di atas brankar UKS.

"My pleasure, ada yang lo butuhin nggak? makan? minum? atau obat gitu?" tanya siswi itu.

Kimberly menggelengkan kepalanya pelan, lalu tersenyum tipis.

"Gue tinggal, ya? tadi cuma ijin ke toilet doang soalnya," pamit siswi itu.

"Tunggu!" cegah Kimberly saat siswi itu hendak beranjak pergi.

"Ya?"

"Nama lo siapa?" tanya Kimberly.

"Alesya," ujar siswi yang bernama Alesya itu.

Kimberly mengangguk, sedangkan Alesya segera beranjak pergi darisana karena takut terkena omelan guru.

Karena merasa kepalanya semakin berat, Kimberly memutuskan untuk merebahkan tubuhnya sejenak. Gadis itu akan kembali ke kelas setelah rasa pusingnya menghilang.

Tak lama setelah Kimberly memejamkan matanya, Gabriel datang dengan ekspresi cemas. Laki-laki itu mendapati sepupunya yang tiduran diatas brankar, matanya terpejam dengan wajah yang pucat.

"Queen?" panggil Gabriel pelan.

Kimberly membalasnya dengan gumaman.

"Pulang aja, lah! daripada ntar makin parah," saran Gabriel, namun tak kunjung mendapatkan jawaban dari Kimberly.

"Gue panggil Keirlan," ujarnya lagi seraya mengotak-atik ponselnya.

Gabriel beberapa kali menghubungi Keirlan, namun tidak diangkat oleh laki-laki itu. Ia juga mengirim beberapa pesan ke laki-laki itu.

Karena lama tak ada balasan, Gabriel akhirnya keluar dari ruang UKS dan mencari keberadaan Keirlan. Meninggalkan Kimberly sendirian yang kini sudah tertidur pulas.

Terdengar suara pintu yang terbuka, lalu diikuti oleh suara langkah kaki dari seseorang yang baru saja membuka pintu UKS itu.

Dengan langkah yang berhati-hati, ia berjalan mendekati brankar yang digunakan oleh Kimberly. Mata tajam itu mengamati wajah Kimberly yang terlihat pucat, lalu ia mengangkat tangannya dan menempelkannya di dahi Kimberly.

"Panas," gumamnya pelan.

Setelah itu ia berjalan keluar UKS, meninggalkan Kimberly yang masih tertidur.

Giant Baby [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang