[ forty-nine ]

9.5K 766 43
                                    

"Kamu nanya kenapa saya nggak biarin kamu mati? karna saya nggak mau menderita sendirian!" sentak Deon sembari mencengkram pipi Keirlan erat.

"Hidup saya menderita sejak kamu lahir di dunia ini, anak haram kaya kamu nggak pantas hidup bahagia di dunia ini," tutur Deon tajam.

Perkataan Deon mampu membuat hati Keirlan tergores, kalimatnya terlalu menyakitkan untuk Keirlan dengar. Bahkan anak itu sudah tidak dapat membendung air matanya agar tidak keluar.

"Bunuh aku aja, Pa." Keirlan berkata lirih.

"Nggak! saya nggak akan pernah biarin kamu mati sebelum saya puas," balas Deon sengit.

Di detik kemudian pria paruh baya itu tertawa sinis, menatap putra sulungnya dengan tatapan membunuh.

Cengkraman pada kedua pipi Keirlan terlepas, setelah itu sebuah benda keras melayang dan mengenai kepala Keirlan hingga benda itu pecah.

Deon terkekeh pelan ketika mendengar suara teriakan Keirlan dan melihat darah yang keluar dari kepala anak itu.

Tidak sampai disitu saja, pria itu menendang dada Keirlan hingga membuat anak itu terhempas ke lantai dengan keras.

Pria itu menginjak perut Keirlan hingga terdengar suara Keirlan yang mengerang kesakitan dan meminta Deon untuk berhenti.

"Diam!" bentak Deon.

"S-sakit, Pa!" teriak Keirlan dengan wajah memerah karena menahan rasa sakit yang menyerang tubuhnya.

"Kamu berisik sekali," gumam Deon.

Pria itu menjauh dari Keirlan dan pergi entah kemana. Sementara Keirlan yang tak merasakan injakan Deon lagi, kini berusaha bangkit dari lantai.

Namun baru saja ia hendak melangkah pergi, sebuah tarikan kasar di rambutnya membuatnya berhenti dan mendongak. Keirlan meringis saat jambakan itu semakin erat hingga membuat kepalanya terasa ingin pecah.

"Mau kemana? saya belum puas," ujar Deon yang berada dibelakang Keirlan.

"Aku mau pulang, Pa."

"Pulang kemana? rumah kamu disini," balas Deon seraya menyumpal mulut Keirlan dengan sebuah botol berisi alkohol.

Keirlan memberontak saat merasakan sebuah cairan yang masuk ke rongga mulutnya.

"Minum!" perintah Deon sembari mengencangkan jambakannya pada rambut Keirlan.

Keirlan terbatuk saat menelan cairan itu dengan terpaksa. Ia menggelengkan kepalanya ketika Deon lagi-lagi ingin menjejalinya minuman keras itu.

"Jangan, nanti Lily marah sama aku," ujar Keirlan.

"Berisik! jangan bawa-bawa namanya!" sentak Deon yang kini kembali memukul kepala Keirlan dengan botol alkohol yang ia genggam.

Keirlan berteriak kesakitan saat merasakan kepalanya yang kembali dihantam oleh benda keras, kepalanya seraya ingin pecah karena saking sakitnya.

"Anak lemah! siapa yang nyuruh kamu nangis, hah?"

"Saya bilang jangan nangis!" bentak Deon lagi karena Keirlan tak kunjung menghentikan tangisnya.

Deon menyeret Keirlan menggunakan satu tangannya yang masih setia menjambak rambut Keirlan, pria itu menyeret putra sulungnya tanpa belas kasihan.

"Sakit, lepas! lepasin!" pekik Keirlan seraya memberontak meminta dilepaskan.

"Please! sakit, Pa!" teriak Keirlan lagi ketika air hujan yang mengguyur tubuhnya mengenai luka-lukanya.

Giant Baby [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang