[ forty-two ]

11K 760 23
                                    

Kimberly tertawa kecil ketika mengingat kejadian beberapa jam yang lalu, gadis itu sudah panik setengah mati ketika menyadari Keirlan tak sadarkan diri digendongannya.

Namun kata dokter, Keirlan hanya tertidur karena terlalu banyak mengeluarkan tenaganya dan berakhir kelelahan. Untuk muntah darah, Kimberly tidak mau membahasnya.

"Jadi, kalian mau cerita apa nggak?" tanya Kimberly yang kini melirik ke arah Jayden dan Rafael yang duduk di sofa yang tak jauh dari mereka.

Meskipun sebenarnya Kimberly sudah mengetahui semuanya dari beberapa pengawal yang selalu mengawasi gerak-gerik Keirlan, namun ia juga harus mendengarkan kronologinya dari sudut pandang kedua sahabatnya yang selalu bersama Keirlan itu.

"By the way, lo tau darimana kita kesini?" tanya Rafael setelah laki-laki itu menceritakan semuanya dari awal hingga akhir dan tidak ada yang terlewat satupun.

"Beberapa siswa sekolah kita itu anak dari pengawal keluarga kita, mereka juga ikut ngawasin gerak-gerik Keirlan dan laporan ke gue," jelas Kimberly yang membuat kedua remaja itu menelan ludahnya kasar.

Mereka baru mengetahui hal ini sekarang setelah bertahun-tahun sahabatan dengan Kimberly, dan secara tidak langsung, Kimberly mengatakan jika gadis itu tau semua yang Keirlan dan mereka lakukan saat tidak ada Kimberly didekat mereka.

"Keirlan tau?" tanya Jayden.

"Nggak," balas Kimberly singkat.

"Berarti lo tau dong kalo kita sering bolos? mangkal di pohon, jajan diluar sekolah, sama ngerjain orang yang lewat belakang sekolah?" tanya Jayden.

"Ngerjain orang dibelakang sekolah? gue nggak pernah denger," balas Kimberly seraya mengetuk-ngetuk pelan dagunya.

"Ah, pasti cuma kalian, kan? udah dibilang yang diawasin cuma Keirlan, kalian nggak ikutan," lanjutnya lagi yang membuat dua anak adam itu menghela nafasnya lega.

Lagipula Kimberly tahu jika ia meminta bantuan dua sahabatnya itu untuk mengawasi Keirlan, mereka akan selalu berada di keadaan serba salah dan bingung.

"Kita balik, deh! seharusnya malem ini ada balapan, tapi karna Keirlan tumbang, mungkin salah satu dari kita harus gantiin dia," ujar Rafael.

"Ajak Alpha aja," usul Kimberly.

"Bocah kaku itu?" tanya Jayden dengan tatapan tak percaya.

Kimberly mengangguk. "Skill dia nggak kalah jauh kok sama Keirlan," ujarnya.

"Kalo dia mau, kita oke-oke aja," balas Rafael.

"Pasti mau."

"Suruh hubungin kita kalo dia mau, kita pamit," ujar Jayden sebelum kedua anak adam itu keluar dari ruangan Keirlan dirawat.

Suasana di ruangan itu menjadi hening setelah kepergian Jayden dan Rafael beberapa saat lalu.

Kimberly menunggu Keirlan terbangun dari tidurnya. mungkin karena terlalu banyak menghabiskan tenaga, laki-laki itu bisa tidur dengan sangat nyenyak.

"Kakak!" panggil Gallen yang baru saja membuka pintu ruangan itu tanpa mengetuk pintu terlebih dahulu.

"Gallen? kok bisa kesini?" tanya Kimberly heran karena gadis itu belum memberitahu pada siapapun tentang keadaan Keirlan.

"Tadi Gallen nggak sengaja lihat ibu-ibu kesakitan sambil pegangin perutnya, terus aku sama triplets bawa kesini, terus ketemu Om Sam, katanya Abang sakit," jelas Gallen.

"Ohh, triplets kemana?" tanya Kimberly karena yang datang hanya Gallen saja.

"Pulang, mereka ada les," balas Gallen.

Giant Baby [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang